Kita: Dalam Aksara

61 2 2
                                    

Ditujukan untuk seseorang yang aku semogakan kebahagiaannya.

Ada yang bilang, perempuan hidup dengan masa lalu. Sedangkan laki-laki, hidup dengan masa depannya. Aku bilang, kita terlalu sibuk pada persepsi. Memagari diri sendiri. Membatasi ruang gerak dan pikir yang kita miliki. Tidakkah kita terlalu jahat pada diri kita sendiri? Memutus kesempatan untuk kembali dari luka-luka yang tanpa sadar kita buat sendiri. Untuk memaafkan diri dan merajut ulang kembali apa yang tersisa kali ini.

Dengan persepsi ini, kamu yang seorang lelaki, akan baik-baik saja saat memulai mencintai. Namun dengan persepsi yang sama, aku yang seorang perepuan akan dihantui masa lalu ketika aku jatuh cinta. Betapa tidak adilnya, persepsi yang tanpa sadar selalu kita gunakan.

Kamu tidak akan pernah tau, betapa terbebaninya aku saat menyukaimu sekarang, ketika mengingat bahwa dulu aku pernah menyukai teman dekatmu. Kamu tidak akan tau, betapa khawatirnya aku untuk menyukaimu sekarang, ketika mengingat bahwa kamu tau segala tentangku dulu. Kamu tidak tau, apapun yang terjadi dulu, sudah menjadi gunting yang memutus harapan untuk merindukanmu sekarang.

Kamu sendiri punya masa lalu. Tapi sayang, persepsi melupakan hal itu. Aku sendiri punya masa depan. Namun sayang, persepsi mengabaikan itu. Tanpa sadar, kita terikat semu. Kita terpenjara dalam pikiran. Kita dibatasi untuk bergerak.

Kita. Empat huruf tanpa makna. Sebatas uraian aksara.

Mungkin lebih baik untuk melupakan, sebelum semuanya terlalu sakit untuk dipecahkan. Mungkin lebih baik untuk bersikap biasa saja, sebelum keadaan hancur berantakan. Kita boleh menyalahkan persepsi, tapi jangan lupa menyalahkan diri sendiri. Yang sudah mau hidup dalam genggaman elegi.

Kita. Empat huruf yang belum sempat membentuk makna. Ratusan hari hanya bisa dijelaskan oleh aksara.

Bima Sakti, 2019.

Kita Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang