Dalam Upaya

38 1 0
                                    

Merelakan bukan hal yang mudah. Kita sering kali terjebak dalam usaha merelakan. Berfatamorgana kata ikhlas, namun sungguh belum benar-benar berani untuk rela melepas.

Melepaskan adalah hal yang rumit. Setiap orang bisa melakukannya. Namun tidak sebentar. Tidak mudah. Membutuhkan proses. Memakan waktu. Menggadaikan ketenangan hati. Merasakan sakit ketika duri-duri perasaan itu dicabut dengan perlahan atau berlari.

Melupakan adalah hal yang selalu mungkin. Namun kita sering kali terperosok dalam keadaan yang selalu mengingat. Kita sering kali salah dalam memahami. Kita sering kali salah mengendalikan diri dan hati. Melupakan yang sejatinya adalah hal sederhana, kita ubah menjadi hal yang tidak bisa diselesaikan sekalipun oleh orang-orang di luar sana.

Satu hal yang harus diingat oleh kita yang ingin melupakan, belajarlah mengabaikan. Sebab melupakan adalah perihal mengabaikan. Dan cukup sampai di sana.

Dalam upaya merelakan, melepaskan hingga melupakan, kita selalu tertatih dalam diam dan panjangnya malam. Kita selalu belajar menahan diri untuk sekedar bertanya perihal kabar. Kita selalu menahan suara untuk saling berucap sapa. Dan kita selalu menahan pikir untuk bertanya, "Dia sedang apa di sana?".

Dalam upaya merelakan, melepaskan hingga melupakan, kita berulang kali jatuh. Padahal langkah gerak maju pun belum dikayuh. Terantuk pada rindu-rindu kecil yang menggerogoti ruang terpencil. Terganggu mimpi tengah malam yang menggambarkan ronamu yang tentram. Terhempas badai kenyataan-kenyataan masa lalu yang terlambat membelenggu.

Dalam upaya merelakan, melepaskan hingga melupakan, aku ingin kau tau. Aku berjalan ditengahnya, memeluk rindu yang ingin bertemu.

Bima Sakti, 2019.

Kita Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang