Less and Less

26 1 0
                                    

Beberapa kali setelah senja, aku merasa merindukanmu. Rasa rindu ini memanggil kembali ingatanku, tentang kita yang saling menjauh di beberapa waktu. Akhir-akhir ini, kamu sibuk dengan sekitarmu, hingga membuatku semakin enggan untuk menatap ke arahmu.

Aku kerap kali membuang muka untuk menghindari mata jujurmu. Terus terang saja, aku tidak bisa melihat matamu terlalu lama. Sebab hatiku terlalu lemah. Aku takut, ketika melihat luka di matamu, aku akan berlari untuk menyembuhkannya. Padahal, kau tidak pernah melakukan hal yang sama kepadaku.

Di beberapa waktu, aku meruntuk sebab tak mampu objektif melihat wajahmu. Tetap saja aku khawatir, jika sendu sedikit saja bertengger di garis ronamu.

Hal yang paling aku khawatirkan adalah, aku benar-benar terbawa perasaan. Yang akan bermuara pada kebingunganku untuk bersikap bagaimana nantinya.

Di lain waktu, rindu membuatku bersikap tak tahu malu. Mengirim pesan singkat untuk mengusikmu, agar kau tau aku di sini hanya menatap ke arahmu.

Sedang di malam-malam yang sudah berlalu, aku dengan bodohnya memimpikanmu. Lalu terbangun dan meringkuk, berbisik pada malam, “aku merindukanmu”.

Kau tau? Aku merindukanmu bersandar di bahuku. Aku merindukanmu menggenggam erat tanganku. Dan aku merindukan waktu kita untuk bertemu, tanpa sekat semu.

Kita Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang