"Om? Tante?"
Ternyata yang bertamu adalah Papa dan Mama Seungwoo. Mereka berdua duduk di ruang tamu dengan wajah yang sedih. Saat melihat kedatangan Jioh, mereka berdua bangkit dari sofa.
"Sudah lama nunggu? Maaf tadi saya--"
Tiba-tiba mama dan papa Seungwoo berlutut di depan Jioh. Jioh sampai harus mundur selangkah saking terkejutnya.
"Om, tante, kenapa? Tolong jangan kaya gini," Jioh berusaha membantu mama Seungwoo untuk berdiri, tapi beliau menolak. Mama Seungwoo tetap dalam posisi berlutut dan kali ini beliau menangis.
"Kami tidak akan bangun sebelum kamu maafin kami dan Seungwoo." kali ini Papa Seungwoo yang bicara.
Jioh sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Matanya mendadak panas dan air mata tidak sanggup dibendungnya lagi. Ia ikut berlutut di depan papa dan mama Seungwoo.
"Om, tante, tolong banget jangan kayak gini. Kita ngomongnya baik-baik sambil duduk aja, ya?"
"Ngga, Nak Jioh. Kami akan tetap seperti ini sampai nak Jioh memaafkan kami."
Jioh menarik nafas panjang. Dadanya terasa sesak.
"Saya ngga nyalahin siapa-siapa kok, om, tante. Saya cuma merasa syok karena ada Seungwoo di dalam tabir pahit kehidupan saya."
"Tapi kata Seungwoo, kamu putus kontak sama dia?" tanya Mama Jioh.
"Saya cuma belum sanggup ketemu dia karena hati saya masih sakit. Saya juga khawatir kalau perasaan Seungwoo ke saya ga kaya dulu lagi. Saya takut dia cuma kasian sama saya."
Mama Seungwoo lantas bangkit untuk memeluk Jioh. Air mata keduanya tumpah ruah.
"Kami ngga bisa membayangkan betapa menderitanya kamu selama ini. Bagaimana pun kami bersalah karena ngga berusaha menemukan kamu dan meminta maaf ke kamu lebih cepat. Andai kami meminta maaf lebih cepat, kamu ngga akan tenggelam dalam trauma yang berlarut-larut," Papa Seungwoo menyeka air matanya. Mama Seungwoo sudah tidak sanggup bicara.
"Dan kamu tahu semuanya setelah kalian sudah sejauh ini. Pasti berat rasanya, tapi kami ke sini selain ingin minta maaf, kami bersedia memberikan apapun untuk kamu, Nak."
"Om," Jioh menahan isakannya, "Saya ngga minta apa-apa. Kalian sudah jujur sama saya, saya sudah cukup lega. Saya ngga harus menyalahkan diri saya sendiri lebih lama lagi."
"Jangan menolak, Nak Jioh. Kami pun tidak ingin hidup tenang dengan cuma-cuma." Mama Seungwoo yang sudah bisa mengendalikan diri, kini ikut bicar.
"Kami akan menyerahkan Seungwoo untuk menjaga kamu seumur hidupnya."
Kalimat lanjutan itu membuat suasana mendadak hening. Jioh menatap kedua orang tua Seungwoo bergantian. Ia mungkin bisa mengerti maksud mereka adalah memberikan restu , tapi kalimat itu terdengar janggal di telinganya.
"Ma--maksudnya gimana?" Jioh ingin memastikan dugaannya lagi.
"Seungwoo harus menjaga kamu, entah itu jadi suami atau jadi pembantu, bodyguard, asisten, terserah."
Jioh terduduk di lantai. Ia harusnya senang menerima tawaran itu, tapi bukan ini yang diinginkannya. Jioh lalu menggenggam tangan Papa dan Mama Seungwoo.
"Saya ingin Seungwoo mencintai saya dengan tulus, bukan ingin menjadi beban hidup atau majikannya. Selain dari Seungwoo, saya juga ingin penerimaan dan cinta dari kalian berdua, kalau diizinkan."
Kedua orang tua Seungwoo bertatapan sebentar, lalu kemudian berbarengan memeluk Jioh.
"Tentu saja, Nak. Kami mau, bahkan sebelum kamu meminta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Last | Han Seungwoo 🔞✔️
FanfictionSeungwoo jatuh cinta kepada seorang gadis bernama Kim Jioh. Gadis itu berhasil membuatnya lemah dan tidak berdaya karena ketegaran dan kemandiriannya. Namun cerita cinta mereka diwarnai oleh masa lalu yang menyakitkan. Melibatkan orang-orang yang m...