*Extra 3* - Mate

4.2K 303 27
                                    

Malam itu Seungwoo pulang kerja pukul 7. Sesampainya di rumah, bukannya menghampiri Jioh yang sedang menyiapkan makan malam, ia justru langsung menyibukkan diri di lemari sepatu.

"Nyari apa, Yang?" tanya Jioh yang berjalan menghampiri Seungwoo sambil mengelus perut.

"Sepatu futsal aku." jawab Seungwoo tanpa mengalihkan atensi. Ia sampai harus celingukan ke belakang lemari sepatu siapa tahu sepatunya terjatuh.

"Di sini, Yang."

Seungwoo menoleh ke arah Jioh dan istrinya sedang menunjuk laci di belakang tubuhnya sendiri. Seungwoo pun membuka laci itu kemudian mengembuskan nafas lega. Sepatunya ada di sana dalam keadaan bersih.

"Syukurlah ketemu. Kok kamu pindahin ke situ?"

"Kemarin aku titip cuci di laundri sepatu. Baru diantar hari ini. Emangnya mau dipakai kapan?"

"Besok. Ada tanding sama perusahaan sebelah."

Jioh mengangguk-angguk.

"Yang." panggil Jioh, membuat Seungwoo berhenti sejenak dari kegiatan melepas sepatu kerja. Ia bahkan belum sempat lepas sepatu saat mencari sepatu futsalnya tadi.

"Iya?"

"Peluk cium nya mana?" Jioh mengerucutkan bibir. Seungwoo menepuk jidatnya.

"Maaf maaf, Yang. Aku terlalu semangat mau tanding sampai lupa."

Seungwoo meraih bahu Jioh kemudian menghujani istrinya dengan ciuman bertubi-tubi. Mereka mengakhiri ciumannya dengan tawa kecil.

"Iya dimaafin. Kamu mau mandi dulu atau makan dulu?"

"Mandi dulu aja deh, udah keringetan banget dari tadi siang." Seungwoo merangkul Jioh dan mereka berjalan menuju ke kamar. "Hari ini gimana? Ada kontraksi, mules atau sebagainya?"

Usia kandungan Jioh sekarang sudah 9 bulan lebih seminggu. Tinggal menghitung hari menuju persalinan, tapi Jioh tidak merasakan sakit yang berarti sampai hari ini.

"Ngga ada sih, Yang. Paling pinggang sama kaki aku pegel-pegel gitu, trus bawaannya kangen kamuuuuu terus."

Seungwoo tersenyum mendengar penuturan Jioh. Memang benar, dalam satu hari Jioh bahkan lebih memilih untuk membalas chat Seungwoo dengan telepon atau video call.

"Mandi air hangat katanya bagus buat ngurangin pegel sama relaksasi gitu. Kamu udah mandi?" tanya Seungwoo.

"Siang tadi udah mandi sih, gerah banget soalnya. Kalau mandi sore belom."

Seungwoo mengerling pada Jioh.

"Mandi bareng mau ngga? Ntar aku pijitin." tawar Seungwoo yang langsung disetujui oleh Jioh.

"Boleeeh."

******

Besoknya saat Seungwoo sudah siap berangkat, Jioh tiba-tiba menahan lengannya.

"Iya, Yang?"

"Hati-hati."

Seungwoo tersenyum kemudian mengangguk. Tak lupa sebuah ciuman sebelum pergi, di bibir dan di perut.

"Ayah pergi dulu ya, Nak. Jagain Ibu." ucap Seungwoo di depan perut Jioh. Jioh tersenyum saat mendengarnya.

"Aku pergi dulu, Yang."

"Iya."

Seungwoo melambaikan tangannya kemudian menghilang di balik pintu. Setelah pintu tertutup, Jioh termenung menatap daun pintu. Cukup lama sampai akhirnya ia berujar.

Our Last | Han Seungwoo 🔞✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang