"Belum ngantuk?"Jioh menoleh bertepatan dengan Seungwoo yang menaruh susu hangat ke atas meja kerjanya. Seungwoo memijat ringan bahu Jioh yang tampak kaku di matanya.
"Ngantuk sih, tapi belum selesai."
"Kalau nunggu selesai sampai bulan apa kamu ngga tidur, Yang?"
Jioh tertawa mendengar pertanyaan Seungwoo yang lebih mirip sindiran. Ia lalu memejamkan mata, menikmati pijatan yang diberikan oleh Seungwoo.
Satu bulan sudah Byungchan meninggalkan mereka semua. Meskipun sudah tidak terlihat murung seperti seminggu setelah kepergian Byungchan, Jioh masih terlihat sedih kalau malam tiba. Paginya karena ia bekerja, jadi perhatiannya bisa teralihkan. Setelah berada di rumahnya yang terkadang sepi, Jioh masih kepikiran Byungchan.
Jadilah sekarang ia setiap hari berakhir si kamar kosong di apartemen Seungwoo, yang ia pakai sebagai ruang kerja. Jioh ingin menulis buku yang diilhami dari kisah hidup Byungchan.
Targetnya, peringatan 100 hari kematian Byungchan nanti, buku itu harus sudah rilis.
Seungwoo sebagai suaminya, sedikit banyak merasakan kesepian karena Jioh dalam sebulan ini hanya bicara seperlunya. Semalaman dihabiskan Jioh untuk menulis. Kadang Seungwoo ikut tertidur di samping meja kerjanya Jioh saat menunggu istrinya begadang.
"Yang," panggil Seungwoo.
"Hm?"
"Kamu capek aja, atau capek banget?"
Jioh mengernyit, mencoba mencerna pertanyaan aneh Seungwoo. Beberapa saat kemudian ia mengerti maksud Seungwoo.
Sejak hari kematian Byungchan, Jioh belum memberi Seungwoo 'jatah' sama sekali. Seungwoo tidak tega meminta pada sang istri yang masih berkabung dan terlihat sangat sedih.
Namun kepala Seungwoo rasanya berdenyut terus seminggu terakhir ini.
Jioh menyentuh tangan Seungwoo yang sedari tadi memijit bahunya, menyuruh pria itu berhenti.
"Bentar, aku matiin laptop dulu."
"Abis itu?"
Jioh mematikan laptop selagi Seungwoo menunggu jawabannya. Setelah mematikan laptop, Jioh memeluk pinggang Seungwoo.
"You've got headache, right?"
Seungwoo menjengitkan alis, kemudian mengangguk.
"it's been a month. Kalau kamu butuh aku, harusnya kamu bilang."
"Mana tega aku, Yang, lihat kamu lagi sedih gitu trus aku minta dienakin?" Seungwoo mengelus lembut pipi Jioh.
"Tapi karena kelamaan nahan, akhirnya pusing."
Seungwoo cuma bisa nyengir.
"I need you inside me, too, honey."
Jioh menatap mata Seungwoo lekat-lekat, dan suaminya menangkap kode itu.
"Kita selesaikan di kamar."
*******
Seungwoo lebih dulu terbangun daripada Jioh. Ini tidak biasa terjadi karena biasanya Jioh selalu bangun lebih awal darinya. Istrinya masih tertidur pulas membelakanginya dengan punggung telanjang.
Seungwoo melihat jam di hpnya. Jam lima lewat 15 menit. Dirinya sendiri heran kenapa bisa bangun duluan, tumben.
"Ermmm.." Jioh menggeram sembari membalikkan badan dan terekspos lah dada yang menantang itu tanpa ada sehelai benang pun melapisinya. Seungwoo kesulitan meneguk ludah, birahinya kembali naik. Tapi Seungwoo menggelengkan kepalanya dan cepat-cepat menutup tubuh Jioh dengan selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Last | Han Seungwoo 🔞✔️
FanficSeungwoo jatuh cinta kepada seorang gadis bernama Kim Jioh. Gadis itu berhasil membuatnya lemah dan tidak berdaya karena ketegaran dan kemandiriannya. Namun cerita cinta mereka diwarnai oleh masa lalu yang menyakitkan. Melibatkan orang-orang yang m...