ILY BABY 2

16.9K 805 43
                                    

Arion menepati janjinya. Selama sesi makan siang bersama di ruang kerjanya, ia memperlakukan Sachi dengan sopan. Treat like a lady. Ia pun berusaha membuat suasana makan lebih nyaman. Mulai dari memilihkan makan siang yang sanggup diterima Sachi, mengajak berbincang mulai dari hal basa-basi hingga lambat laun ia tak malu menyembunyikan senyum bahkan tawanya. Ia bahkan pernah memergoki Sachi yang mematung menatapnya yang sedang tertawa. Ia sendiri pun tak mengerti kenapa bisa selepas ini dihadapan Sachi. Gadis yang notabene baru dikenalnya dalam hitungan hari.

Tidak. Ia tak mau cepat menyimpulkan diri. Cepat mengartikan perasaannya yang semenjak makan siang (gagal) hari pertama itu, membuatnya selalu ingin bertemu dengan Sachi, lagi, lagi dan lagi. Ketagihan? Entahlah. Dia seperti menemukan kenyamanan saat bersama gadis berambut ikal gantung sepunggung itu.

" Bapak kenapa senyum-senyum sendiri begitu? "

Arion gelagapan. Sachi menatapnya bingung dengan sebelah alis terangkat.

" enggak papa. Saya cuma teringat sesuatu yang lucu sebelum makan siang ini ", elak Arion, agak terbata. Ini pertama kalinya ngeles didepan wanita. dan untungnya Sachi terlihat tak ambil pusing dengan alasannya. Gadis itu melanjutkan makan siangnya dalam diam.

Arion berdehem, mencoba menetralkan suasana, " kamu suka steak-nya? "

Sachi mengangguk, " suka, Pak. Terimakasih "

Suasana kembali hening. Entah kenapa muncul rasa tak senang dalam diri Arion. Biasanya Sachi begitu aktif dengan pertanyaan-pertanyaan cerdas dikepalanya, hingga Arion sempat kewalahan memberi jawaban. Tapi hari ini, Sachi begitu diam. Bahkan sejak masuk kedalam ruangannya, hanya senyum simpul yang tampak diwajah cantiknya itu.

Oh sh*t! apakah barusan Arion mengakui salah satu penyebab kegugupannya ini?

" Umm.. Sachi "

Sachi mendongak, " Ya, Pak "

Arion kembali gelagapan, mata bulat coklat itu, batinnya meronta, tapi ia membulatkan tekad, " apa terjadi sesuatu? Kamu tampak beda hari ini "

Sachi menghela nafas panjang. Meletakkan garpu dan pisau makannya. Dan itu membuat dahi Arion semakin berkerut.

" Pak, apa boleh saya menolak ajakan makan siang Bapak mulai besok? "

" kenapa? ", tanya Arion cepat, dengan nada tidak suka

" kamu dibully sama anak-anak kantor? ", Arion menebak-nebak dan jujur hatinya khawatir jika hal itu benar terjadi

" bukan dibully sih, Pak "

" lalu? "

" saya capek jelasin ke mereka kalau tujuan saya datang ke ruangan Bapak hanya untuk memenuhi ajakan Bapak untuk makan siang bersama. Berasa diinterograsi saya, Pak "

Melihat Sachi yang menunduk dan memainkan jari-jari tangannya itu membuat Arion merasa bersalah. Arion paham jika ia menjadi pusat perhatian di kantor ini, dan dengan mengundang Sachi ke ruangannya setiap istirahat pasti memunculkan tanda tanya besar. ia tahu Sachi gadis yang jujur, tapi kejujurannya tak berlaku ketika menghadapi serbuan pertanyaan anak buahnya yang terlalu ingin tahu.

" maafkan saya, Sachi. Bukan maksud saya membuat kamu terjebak dengan keingintahuan bawahan saya. Saya hanya ingin makan siang sama kamu. Itu aja "

Sachi menarik nafas panjang, " kalau boleh saya beri usul, gimana kalau Bapak ajak yang lain makan siang bareng? Di kantor gitu "

Tak ada reaksi ataupun respon dari SM-nya ini.

Sachi kembali bersuara, " nggak setiap hari, Pak. Seminggu atau sebulan sekali mungkin. Saya lihat Bapak seperti menjaga jarak dengan karyawan disini. Mungkin ini yang menyebabkan mereka begitu ingin tahu tentang Bapak "

ILY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang