ILY BABY 10C

8.4K 703 84
                                    

DEG!

Sachi sesak nafas ketika menyadari Arion sudah berdiri tegak disampingnya. Dan jangan lupakan pelukan posesif yang ia lingkarkan di pinggangnya. Tatapan mata pria ini tak bisa diartikan. Marahkah? Kesalkah? Atau lelah? Hanya Arion dan Tuhan yang tahu arti sorot tajam dan dingin itu.

Sachi sadar ia tak melakukan hal aneh dengan berbincang secara sembunyi-sembunyi dibelakang Arion, tapi kedatangan tunangannya secara tiba-tiba membuatnya merasa terintimidasi. Apalagi dengan penekanan kata sayang-nya itu. Merinding.

" oh, dia teman SMA. Namanya Leon ", Sachi menoleh ke arah Leon yang melongo melihat betapa menempelnya pria tinggi tampan disamping Sachi, " Leon, ini Pak Arion "

Keduanya bersalaman, tapi Sachi paham ada banyak pertanyaan didalam mata Leon. Sachi pun sengaja tak menyebutkan nama belakang Arion.

" ada perlu apa bicara dengan istri saya? "

Tidak hanya Sachi yang terkejut, bahkan rahang Leon hampir terlepas dari tempatnya mendengar pertanyaan tanpa basa-basi yang dilontarkan Arion.

" i~istri.. ? ", Leon terbata-bata. Dia baru saja datang dan ketika melangkahkan kakinya memasuki hall mansion, ia menemukan Sachi duduk seorang diri. Tentu saja saat Arion membicarakan pembatalan pertunangan dengan putri semata wayang Danuardja, ia tidak ada disana dan menyadari keadaan yang sesungguhnya.

Telunjuknya bergerak dari depan Arion ke Sachi. Dari Sachi ke Arion, dengan mulut yang terbuka. Masih tak percaya dengan apa yang di lihat dan di dengarnya.

Tanpa banyak kata, Arion memamerkan cincin berlian di jari manis Sachi ke depan wajah Leon. Leon tampak kesusahan menelan ludah. Tubuhnya menegang ditempat. Terkejut, panik dan gugup.

" jika memang sudah tidak ada lagi yang penting untuk dibicarakan, kami permisi. Ayo, Sayang ", Arion langsung menarik tangan wanitanya, berjalan menjauhi Leon yang masih mematung. Hanya bola matanya yang mengikuti kemana dua insan itu pergi.

Jangankan pamit, Sachi bahkan tak bisa melihat Leon karena Arion sudah memblok pandangannya dengan menyeretnya dari samping. Leon yang menurutnya sudah tinggi itu bahkan tak ada apa-apanya dibanding Arion yang berdiri menjulang disisinya. 

~~~

Kamar Mansion

Arion melipat kedua tangan didepan dada. Menatap Sachi yang duduk di pinggir ranjang dengan penuh intimidasi. Sementara dirinya berdiri di tengah ruangan.

" mantan pacar, huh? ", tanyanya ulang

Sachi mengangguk. Wajahnya terlihat tenang, " Bapak marah? "

" pria mana yang nggak marah melihat istrinya berbicara berdua dengan seorang pria. Ternyata mantan pacarnya "

" calon, Pak ", desis Sachi, " tapi kan itu hanya mantan. Sudah nggak ada apa-apa lagi diantara kami berdua "

" saya nggak peduli. Saya nggak suka, Sachi ", tandas Arion

" saya pun nggak tahu kalau dia salah satu tamu acara malam ini. Lagian saya ngobrolnya juga di tempat terbuka. Bahkan dekat sama Bapak ", Sachi tak mau kalah dan salah

Rahang Arion mengeras. Giginya gemerutuk menahan amarah. Inilah yang tidak pernah ia sukai jika meninggalkan Sachi sendiri. Pasti akan ada satu orang pria yang mengajak Sachi berbincang. Ia pun paham jika Sachi mampu membawa diri. Tidak bersikap berlebihan didepan lawan jenis. Yang menjadi masalah adalah lawan jenis itu sendiri. Mereka menatap Sachi dengan lapar. Ia seorang pria, ia tahu arti tatapan memuja mata-mata keranjang itu.

Tapi, ia terkadang bertanya pada dirinya sendiri, wajarkah sikapnya ini?

Sial! Ia tak bisa menahan diri. Tangannya mengepal dan bergetar saking eratnya hingga buku-buku jarinya memutih. Ia tak bisa menghilangkan bagaimana mantan sialan itu menatap kekasihnya. Menyesal sudah memutuskan wanitanya ini? Langkahi dulu mayatku, bocah tengik!

ILY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang