ILY BABY 9B

9.1K 598 23
                                    

Ruang Tengah

Didesain dengan gaya rustic tropis, dengan sofa L berwarna putih, sebuah meja kayu persegi ditengah, yang berdiri diatas karpet bulu lembut. 2 buah kursi kayu single ditempatkan disudut ruangan mengapit meja kaca kecil. Jendela kaca besar sebagai pembatas antara ruang tengah dengan halaman belakang.

Seperti menonton pemandangan alam secara langsung. Setiap pergantian musim menjadi latar belakang ruang tengah nan nyaman ini. Seperti musim gugur saat ini, daun-daun berwarna jingga yang berguguran dari pohonnya tampak begitu dramatis jika dilihat dari balik jendela.

Sachi, Bella, Bianca, Crissy dan Dimi duduk diatas karpet, mengelilingi meja persegi. Mengenakan dress code yang sudah disepakati sebelumnya, piyama. Bukan Lingerie atau Bikini seperti yang diteriakkan Dimi di halaman belakang. Diatas meja tersedia berbagai camilan, baik yang disediakan penjaga villa, maupun yang dibawa masing-masing sebagai oleh-oleh.

Berbincang, saling meledek, tertawa, berteriak dan hal absurd lainnya didalam ruangan itu tanpa canggung. Sachi merasa beruntung karena ia dan sahabatnya diterima oleh Soedarjo's sister. Mereka sungguh membumi. Ketika berbicara pun, tak ada nada angkuh atau bossy. Sachi sedikit kaget ternyata ketiga saudari tersebut layaknya orang biasa yang ia kenal. Bahkan tak malu bersikap konyol. Sifat memandang sebelah mata Mayang Soedarjo seperti tak ada yang menurun pada putra-putrinya ini. Mereka hangat seperti Rama Soedarjo.


Baru saja Crissy dikerjai dengan menggulung tubuhnya dengan wrapping plastics, pintu ruang tengah diketuk cukup keras. Semua terlonjak dan menoleh kearah pintu dengan mulut melongo. Ya, ruang tengah ini tidak menyatu dengan ruang makan, ruang tamu dan dapur. Ada sekat berupa jendela besar nan tinggi yang kedap suara. Terlihat jelas apapun yang dikerjakan dari luar sana, tapi tak bisa mendengar suara apapun dari dalam.

" masih ada orang? ", pekik Dimi

Kedua mata Sachi membola. Cepat-cepat ia bangkit dan setengah berlari ke pintu ruang tengah.

" Pak Rion ", Sachi mendesis melihat pria tinggi menjulang dihadapannya dengan berkacak pinggang

" sibuk? ", Arion bernada sinis

" kan saya udah cerita kalau ada acara kum~ "

Arion seperti tak peduli dengan penjelasan Sachi. Ia menarik pergelangan tangan tunangannya, namun Sachi menahannya. Arion menoleh dengan tatapan tidak suka.

" Pak.. please ... "

Arion melepaskan cengkramannya, " dengar! saya nggak suka kamu ngerjain saya seperti tadi. Itu bukan untuk bahan becandaan, Sachi ", mengusap wajahnya. Frustasi. Ia bahkan butuh setengah jam mendinginkan kepala dibawah guyuran shower karena bayangan Sachi mengganti bra dan underwear masih berjalan begitu jelas di otaknya.

" maaf ", cicit Sachi, " hanya itu satu-satunya cara supaya saya bisa keluar "

" kenapa kamu nggak bisa nurut sama saya?! ", suara Arion meninggi. Kesal bukan main.

Untung Sachi sudah menutup pintu kokoh dibelakangnya itu.

Ia rindu bukan main dengan tunangannya ini. Pekerjaannya semakin menggila. Kadang dia menggunakan jatah libur untuk menghadiri meeting atau rapat pemegang saham. Intensitas bertemu semakin sempit.

Seperti saat di Korea ini, ia tidak bisa pergi bersama Sachi dan sahabatnya karena harus menghadiri peresmian pembukaan bisnis baru di Ontario dan lanjut meeting dengan relasi bisnis di Berlin.

Berdua dengan Sachi tidak selalu diatas ranjang. Ia juga ingin bermanja-manja dengan menghabiskan waktu berdua saja. Tapi sepertinya wanitanya ini berpikir berbeda. Bahkan tak habis pikir bisa menggodanya habis-habisan seperti itu hanya untuk bisa kabur darinya.

ILY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang