ILY BABY 5

14K 653 16
                                    

Sachi merasa tubuhnya melayang dan objek pandangnya menjadi terbalik. Spontan ia memekik dan memukul punggung Arion. Kedua kakinya pun menendangi perut yang terasa keras diujung sol sepatunya. Tubuhnya berguncang mengikuti derap langkah Arion yang cepat.

" jangan nakal, Sayang! ", Arion memukul pantat Sachi yang berada dekat dengan wajahnya. Suaranya sedikit serak karena tanpa sengaja kaki Sachi menyenggol tubuh bagian bawahnya

" TURUNIN PAK! ", Sachi kembali membabibuta dengan menendang kesegala arah

Sachi menengadahkan kepala. Keningnya berkerut, merasa luang lingkupnya menjadi sempit. Seperti tak membawa beban berat, gerakan Arion begitu tenang saat melangkahkan kaki masuk ke dealam lift.

" kok masuk lift? Mau kemana kita, Pak? "

Tak ada sahutan. Di dalam lift, Sachi melihat posisi dirinya yang dipanggul Arion, dengan ujung gaun peach-nya yang didalam siku tangan Arion supaya tidak tertarik keatas dan menjadi konsumsi orang-orang disekitar mereka.

Ngomong-ngomong mengenai orang-orang, sepanjang jalan tadi ia tak melihat satu orang pun yang bersisihan dengan mereka berdua

" pak, kok sepi sih? Ini kita dimana? "

" ke apartemen saya ", jawab Arion datar

" ngapain? "

" ngurung kamu "

" ngapain ngurung saya? ", Sachi mulai panik

" karena kamu membantah saya "

" aduh, Pak! Saya pusing! Turunin, Pak! Please.. ", Sachi merengek. Suaranya dibuat semenyayat hati mungkin. Mengabaikan rasa malu karena sikap seperti ini sama sekali bukan dirinya. Tapi setidaknya ia harus mencoba. Mungkin bisa memancing rasa iba didalam diri Arion.


TINGG!!

Arion melangkahkan kaki keluar lift dan berjalan sepanjang koridor. Sepi. Lengang. Sachi tak memberontak. Mencoba memindai setiap langkah yang dilalui Arion. Mematri didalam otak dan menghitung seberapa jauh jarak dan seberapa lama ia perlu berlari.

Suara pintu terbuka membuat Sachi mengenyahkan dirinya dalam dunianya sejenak. Masih dalam posisi yang sama, ia bisa melihat sofa abu-abu tertata rapi dekat pintu masuk. Ruang tamu. Lantai marmer. Berbelok ke kanan. Sebelah kiri meja makan berwarna hitam untuk empat orang. Sebelah kanan dapur modern lengkap dengan mini bar. Letakanya persis disamping tangga dengan lantai marmer yang sama

" pak?! " Sachi was-was mendengar suara pintu terbuka

BRUKK!

Tubuh Sachi memantul ketika Arion menjatuhkannya diatas tempat tidur. Secepat kilat Sachi bangkit namun gerakannya kalah cepat. Karena Arion berhasil meraih pinggang dan membantingnya kembali diatas tempat tidur. Sejenak kepalanya terasa berputar.

" pikirkan kembali ucapan kamu tadi. Saya nggak akan buka pintu kalau kamu masih menyebut kalimat lancang seperti itu "

Arion masih menatap Sachi marah, namun tak segelap di restoran. Ia berbalik dan.. BLAMM!. Pintu ditutup keras dan Sachi mendengar suara kunci diputar.

Fix! Arion tak pernah main-main dengan ucapannya.

Sachi terduduk diatas ranjang empuk dengan seprai putih dan selimut tebal warna abu-abu. Matanya mengedar kesekeliling ruangan. Dominasi warna abu-abu, hitam dan putih. Nakas dan lemari berwarna hitam. Karpet kamar warna hitam. Hiasan dinding dengan pigura warna hitam dan putih. Sofa dujung kamar berwarna abu-abu.

Membosankan.

Sachi berdecak pelan. Kamar ini benar-benar digunakan untuk beristirahat. Ia bahkan tak menemukan satu set meja dan kursi kerja jika meyakini Arion adalah seorang pewaris Soedarjo Group. Karena didalam imajinasinya, seorang pewaris selalu penuh waktu untuk bekerja dan bekerja. Di manapun. Tapi Sachi tak menampik jika ia mencium aroma parfum Arion disetiap sudut kamar ini.

ILY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang