ILY BABY 11c

12.5K 808 239
                                    

Sekembalinya ke tanah air, Arion langsung meminta Fredy untuk mengkoneksikan posisi Sachi pada laptopnya. Ia begitu bersemangat karena sudah mengetahui dimana Sachi berada. Berbagai macam rencana sudah disusun didalam kepalanya ketika Sachi berhasil ia jemput nanti. Ia melupakan segalanya. Ketika Sachi sudah diketahui keberadaannya, Arion mengabaikan sekelilingnya. Taktik yang sudah ia susun sebagai bentuk perlawanan pada Mayang Soedarjo tak menarik lagi baginya. Tak ia gubris sama sekali. Yang ada di pikirannya hanya menjemput Sachi pulang.

Hal yang diabaikan itulah yang dicermati Sony. Ia tahu Tuan Mudanya ini sedang dalam euphoria karena kekasihnya sudah ditemukan, tapi bahkan orang secermat Arion sampai melupakan siapa lawan sesungguhnya dan Sony merasa ini menjadi tanggungjawabnya untuk mengembalikan Arion ke posisinya semula.

Bukan.

Bukan maksudnya menghalangi Sachi untuk kembali. tapi berbahaya jika Sachi kembali tanpa ada perlindungan. Sachi harus memiliki tameng yang kuat dan hanya Arion yang bisa membangun itu.

~~

" kenapa harus bersama Danu dan Pak Yan? ", protes Arion ketika Sony memintanya duduk di kursi belakang. Disampingnya Danu duduk dengan posisi siaga. Sementara di bangku depan ada Sony dan Pak Yan di balik kemudi.

" jalan, Pak ", kata Sony. Pak Yan mengangguk dan menggerakkan perseneling.

" saya akan menjelaskan keseharian Nona Sachi kepada anda, Pak Surya "

Arion mengerutkan kening, tapi tidak memprotes.

Mereka menumpangi Cadillac Escalade warna crystal white, sebuah Luxury SUV yang biasa digunakan Pak Yan untuk mengantar-jemput Sachi selama ini.

SUV berjalan cepat namun tenang. Membelah kota. Diketahui jika selama ini Sachi bermukim di sebuah kota kecil di provinsi X. Jarak tempuh dari tempat tinggalnya sekitar 8 jam perjalanan darat. Padahal Sachi tak cukup jauh darinya selama ini, namun Mayang benar-benar pandai menyembunyikannya.

Arion menolak menggunakan pesawat komersial maupun pribadi. Di dalam pikirannya setelah menjemput Sachi, ia hanya ingin menikmati perjalanan berdua dengan kekasihnya. Mungkin sekalian berlibur. Kemanapun tak masalah asal Sachi kembali dalam gennggamannya.

" silahkan beristirahat terlebih dahulu, Pak Surya. Perjalanan kita masih panjang "

Meskipun kesal karena keinginannya untuk menjemput Sachi seorang diri gagal, tapi Arion memilih untuk tak banyak bicara. Dipikirannya ia harus dalam kondisi fit saat bertemu Sachi nanti. Memundurkan jok dan mengambil posisi senyaman mungkin, Arion menutup mata dengan memeluk selimut Sachi yang selalu dipakai di dalam mobil. Hidungnya pun masih bisa mengendus aroma sampo yang biasa digunakan Sachi pada bantal yang dipakainya ini.

Entah berapa lama Arion tertidur, yang jelas ketika ia membuka mata, kendaraan yang ditumpanginya ini sudah hampir mencapai tujuan. Sebuah kota kecil nan asri. Masih banyak pepohonan di bahu jalan. Jalanan pun tak seramai dan semacet ibukota. Bahkan Pak Yan harus menaikkan suhu didalam mobil karena udara dingin dari luar cukup menusuk masuk dari rongga udara mobil.

Mobil berhenti di pinggir jalan

" sudah hampir jam pulang kerja, Pak. Nona Sachi sebentar lagi keluar ", terang Sony seraya melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. 4 sore.

Arion mendongak, membaca palang nama gedung perkantoran 5 lantai itu. Sebuah perusahaan konstruksi. Tak kurang dari 10 menit, sosok yang ditunggu pun keluar. Mengenakan atasan turtle neck dipadu rok warna peach selutut dan sepatu mary jane, Sachi keluar gedung seraya menenteng totebag warna hitam.

" baby! ", seru Arion dari dalam mobil. Tangannya bergerak membuka pintu. Terkunci.

" buka pintunya ", titahnya. Namun mobil masih terkunci. Ia melirik tajam kearah Pak Yan yang mengucap maaf lewat tatapan matanya, melalui spion tengah.

ILY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang