Suara ketukan pintu tersebut memecah konsentrasi seorang lelaki yang sedang memegang dokumen berwarna biru tua yang sedang dirinya baca."Masuk" ucap lelaki itu dengan suara tegasnya.
Seorang lelaki tinggi masuk melalui pintu tersebut dengan mengenakan setelan kemeja putih, celana hitam serta jas yang senada dengan celana bahan tersebut."Tuan Giraldi" Ferdian menundukan kepala setelah masuk keruangan tersebut.
"Bagaimana kontrak nya?" Axel mendongkkan wajahnya melihat asisten kepercayaan itu dan manaruh dokumen tersebut diatas meja tanpa menutup nya.
"Telah selesai tuan, dan Nona vee sedang menunggu dan belajar beberapa hal dari Barbara tuan. Dan juga soal pemberangkatan anda sedang dipersiapkan namun saya belum memberitahukan kepada nona vee saat ini" ujar Ferdian melaporkan laporan nya pagi ini
"Bagus, hubungi Daniel kita akan lepas landas siang ini pukul 10 dan lagi jika dia terlambat aku tidak segan segan meninggalkan nya"
"Baik tuan" Fedian masih belum beranjak dari tempat dirinya berdiri, dirinya tau bahwa bossnya masih ada sesuatu yang akan sirinya katakan, berada disisi axel kurang lebih hampir setengah dari umurnya membuat dirinya mengerti apa yang seharusnya dirinya lakukan.
Axel mentap kearah lain dimana ruangan violira berada. Dengan menekan tombol yang telah ada di genggamannya dan dinding itu terbuka dan melihatkan ruangan tersebut dengan dua orang wanita disana.
Ya memang axel menyiapkan ruangan yang terdapat cermin dua sisi disana hanya untuk dapat melihat kekasih manisnya itu bekerja.
"Panggil Liraku untuk masuk" ucap axel yang masih menatap Violira melalui kaca satu sisi tersebut yang sedang mempelajari beberapa hal dari barbara.
"Baik Tuan Giraldi" Ferdian membungkuk dan keluar dari ruangan tersebut keruangan sebelah dimana violira dan barbara berada.
Axel masih menatap violira melalui cermin dua sisi tersebut yang sekarang sedang berbicara dengan Ferdian, kegugupan wanita itu terlihat jelas dimata axel, hal tersebut membuat axel tersenyum Karena tingkah laku wanita tersebut. Violira terlihat akan beranjak dari ruangan tersebut Dengan tergesa-gesa axel menutup kembali dinding yang memperlihatkan cermin dua sisi tersebut.
Tidak lama dari itu suara ketukan pintu terdengar dan membuat axel sedikit terkejut. Memang konyol tingkahnya jika dipikirkan, dirinya tahu Liranya yang akan datang tapi masih saja terkejut.
"Masuk" suara berat terdengar oleh Violira
Hah, yang dipikirkannya sekarang adalah tugas keluar negeri. Memang perusahaan ternama selalu sibuk.Violira mendorong pintu tersebut dan terlihat lelaki tampan dengan setelan kemeja hitamnya yang sedang tersenyum saat dirinya masuk, sunggu mempesona.
Tunggu, Tunggu...
Tersenyum??
Bukankah rumor diluar mengatakan pemilik perusahaan ini selalu memasang wajah datar, dingin, tidak berperasaan dan gay??
Ok, seperti nya poin terahir sedikit disayangkan Dengan tampang mempesona nya ini."Tuan memanggil saya?" Tanya vee yang langsung menunjukan kepalanya.
"Ferdian telah memberitahukan jadwal pemberangkatan hari ini?" axel mengambil berkas warna biru tua yang sebelumnya dirinya taruh saat Ferdian datang.
"Ya tuan, sekitar satu jam dari sekarang kita akan berangkat dan kemungkinan akan lepas landas sekitar jam 10 siang ini. Jika tidak salah menghitung kita akan mendarat sekitar pukul lima dini hari dan siangnya kita akan mengadakan pertemuan"
"Baiklah, cukup. Kau mungkin akan selalu butuh komunikasi dengar barbara untuk menyamakan jadwal ku. Jangan pernah berbuat salah diperusahaan ini Lira. Kau ingat itu"
"Baik tuan giraldi saya mengerti" Violira merasa sangat gugup sekali hingga lututnya terasa lemas, jangan sampai dirinya terjatuh diruangan ini. oh tuhan mengapa high heels ini terasa sangat tinggi.
"Persiapkan berkas yang akan kita bawa sekarang" axel masih membulak balikan berkas yang ada pada tangannya tanpa melihat Violira, walau dalam hatinya dirinya sangat ingin melihat Liranya, tapi hah sudahlah dirinya harus bersabar, harus terlihat baik dimata si cantik ini.
"Baik tuan, saya permisi" axel hanya menganggukan kepalanya pertanda dirinya menyetui Violira undur diri, ya walau dihati kecilnya ingin sekali dirinya berada disisi Liranya dan menariknya kedalam dekapan nya.
Violira beranjak dari ruangan tersebut, sungguh berhadapan dengan bos besar sangat sangatlah berbeda. walau matanya dimanjakan dengan sosok manis dan tampan di hadapanya namun suasananya sungguh mencekam, eh tunggu tunggu...
manis?? apa yang dirinya pikirkan sekarang?
sambil menggeleng gelengkan kepala, Violira menutup pintu ruangan tersebut dan disambut dengan adanya Ferdian di depan pintu."Tuan Ferdian" Vee memang sedikit terkejut dangan adanya Ferdian didepan pintu ruangan CEO tampan itu
"Nona Vee, saya telah mengatur orang untuk memidahkan barang barang anda untuk dipindahkan ketempat yang telah kami sediakan."
"hah, tapi saya belum tahu tempat tinggal baru saya dan belum memberitahukan kepada"
"maka dari itu saya memberitahukan kepada Nona Vee untuk memberitahukannya kepada orang rumah sebelum pemberangkatan kita soal biaya pemindahan tempat tinggal dan segalanya itu semua fasilitas Kami, serta untuk kebutuhan anda selama disana untuk kali ini akan ditanggung oleh tuan giraldi sendiri."
"baik, Tuan Ferdian. Terimakasi" setelah menjelaskan semua itu Ferdian pergi dan Masuk kembali Keruangan CEO tersebut.
Violira langsung mengambil telepon genggamnya yang berada disakunya. dirinya harus membertahuka Rafael sebelum pemberatangkatan, dirinya langsung mencari kontak nama kekasihnya itu serta membuat panggilan kepada Rafael.
"Hallo raf, maaf aku mengganggu istirahat mu" setelah beberapa nada sambung akhirnya telepon itu tersambung, Violira sangat tau bahwa sebelum dirinya berangkat untuk bekerja, Rafael baru saja akan tidur.
"Ya, sayang tidak masalah" nada suara Rafael memang terdengar serak dan lemah. Oh dirinya benar benar tidak tega membangunkan Rafael.
" Apa kau terganggu, eph.. begini raf sebenarnya aku telah menemukan tempat tinggal baru dan mungkin akan ada yang mengambil barangku hari ini" vee terbata bata dalam berbicara karena merasa canggung dengan situasi tersebut walaupun sudah lama mengenal Rafael.
"Baik lah, aku akan bantu kekasih manisku mengemas barang, kapan kau akan pulang vee" oh sungguh Rafaelemang sudah rindu dengan violira.
"Tidak tidak raf, mungkin aku tidak ikut mengemas barang. Kau istirahat saja biarkan saja mereka yang bertugas" puskas violira membuat Rafael sadar bahwa bukan violira yang akan mengambil barang, mungkin dirinya masih dalam efek alam mimpi indahnya.
"Memangnya kamu mau kemana?" Rafael bertanya disebrang telepon seluler itu.
"Aku ada tugas langsung ke London siang ini, karena itu aku memberitahukan sebelumnya"
"Kamu pindah kemana?" Violira tersenyum dengan pertanyaan pertanyaan kekasihnya itu. Sungguh manis memang memiliki kekasih yang sangat perhatian seperti Rafael.
"Aku belum tahu akan tinggal dimana karena tempat tinggalku diatur oleh perusahaan untuk mempermudah dalam urusan pekerjaan mendadak."
"Bagaimana jika kamu mengajukan pengunduran diri dan menjadi sekretaris ku nona manis. Kamu akan mendapatkan bonus suami yang tampan dan baik hati" seperti biasa Rafael menggoda kekasihnya dengan kekehan lemah dibalik telepon itu. Walau dirinya sendiri masih sangat mengantuk namun untuk menjahili kekasihnya itu sungguh manis rasanya.
"Tidak Raf" dibalas tolakan dengan senyum manis Violira akan candaan yang mungkin candaan berhadiah menurut Rafael.
"Baiklah, hati hati dalam perjalanan Vee sayang" dengan lemah suara tersebut memang terdengar sangat lembut dan penuh kasih sayang, mungkin membuat vee sangat merasa di inginkan.
"Terimakasih Rafael". sambungan telepon pun terputus dengan kata kat manis dan lembut dari Rafael. Vee tau kekasihnya itu pasti memerlukan istirahat.
______________________________________
14 Okt 2019
05:48 Pm
jovanka
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Devil's King
RomanceHidup seperti boneka yang sedang dipermainkan, hanya diam seakan tidak memiliki jiwa namun memiliki raga, sungguh menyedihkan hanya menunggu kapan sipemilik bosan dan membuang nya namun akankah ada saat seperti itu ? Walaupun dibuang dan hancur tet...