sebuah Janji

40 8 0
                                    

Malam itu gue sama Siska jaga ayahnya Siska. Sedangkan Mama siska pulang kerumahnya di jombang. Gue sedang duduk di sofa dalam ruangan. Dan Siska sedang melaksanakan solat.

Sehabis solat Siska menghampiri ayahnya dan mecium kening ayahnya. Lalu duduk disamping gue.

"Maaf ya elu jadi harus ikut kesini.." ☺

"Kenapa harus maaf? Kan gue yang mengajukan diri buat ikut kesini, justru gue terima kasih udah diijinin kesini."😊 Ucap gue.

Dia melirik gue dan tersenyum, "Elu takut gue bertemu mantan yaa..."😆 goda dia.

"Laah... diwaktu gini malah ngomongin mantan lu.." 😒

"Iya apa enggaa...?"😆 Goda dia lagi.

"Engga tuh."😪 Gue membuang muka.

"Masasiiiii... muka elu tuh gak bisa ditutupin.."😆😝 ujarnya.

"Emang muka gue gak aku tutupin kok."😒 Jawab gue ketus.

"Biasa aja kampret."😂 Siska terkikih. "Ehh ssstttttt.. jangan berisik nanti ayah bangun." Siska menempelkan telunjuknya di bibir.

Perasaan Siska yang berisik yaakkk. Kok malah gue yg disalahin.

"Iya maaf deh. Gak gak akan berisik."😧 Jawab gue pasrah.

"Yaudah yuk ngobrol diluar aja."😄 Ajaknya.

Akhirnya kami berdua keluar kamar. Dan duduk di bangku yang gue duduki tadi.

"Kaa, setelah lulus elu mau pulang kesini?"🙄 Tanya gue.

Siska terdiam, kemudian dia menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.

"Belum tau, biar tuhan yang mengarahkan kemana gue akan hidup selanjutnya."😌 Ucapnya.

"Elu gak pengen jadi wanita karir, kaa??" 😞

"Gue pingin jadi istrinya pejabat. Hahaha."😂 Tawanya meledak.

"Ketinggian kali...."😅 gue ikutan tertawa.

"Kan kalo punya cita cita harus tinggi.."😎 Siska mencibir.

"Iya sih. Tapi jangan gitu juga."😟 Gue tertunduk.

"Emang kenapa?"😞 Tanyanya.

"Susah di gue nya...."😓

"Emang elu mau ngajakin gue nikah?"😆 Dia senyum mesterius.

"Yaaaa kalo elu nya mau."😌 Gue tertawa aneh. Entah kenapa gue membicakan hal seperti ini di waktu semacam ini.

"Tapi untuk sekarang. Gue gak mau tuh.."😂 Siska kembali tertawa lebar...

"Yaahhh...."

Siska menepuk bahu gue.

"Makanya berusaha dongg."😂 Ucapnya dengan senyum manis.

"Siap komandan."😅 Ucap gue dengan gerakan memberi hormat.

Setelah itu hanya kebisuan yang terjadi diantara kami. Lalu gue menyadari sesuatu yang aneh. Air mata Siska menetes.

"Kaa, elu nangis?" Tanya gue.

Buru buru Siska mengusap air matanya yang udah terlanjur jatuh. Terlambat. Sesering apa dia mengusap air matanya. Pipi itu akan tetap basah. Karena kurasa perasaan telah menguasai dirinya.

"Gue takut." Ucapnya serak.

"Takut kenapa?" Tanya gue.

"Gue takut kehilangan orang orang yang gue sayangi."

BrokeNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang