tidurlah

49 6 1
                                    

Gue masih menatap langit kelam, mencoba menenangkan hati dan pikiran gue. Sesekali gue mempertanyakan kembali apa yang sudah terjadi di hidup gue. Tapi pada akhirnya gue tahu bahwa gue sudah menemukan apa yang gue cari. Gue menemukannya melalui perjalanan yang tidak mudah. Dan menurut gue itu sepadan.

Gue tersenyum simpul memandangi langit, dan ajaibnya, seluruh bintang di angkasa itu seperti membentuk siluet wajah Siska.

Paginya gue terbangun, dan gue mencari sosok Siska. Gue segera duduk, dan pandangan gue menyapu seluruh ruangan. Akhirnya gue menghembuskan napas lega ketika mendapati sosok yang gue cari sedang duduk di teras tempat gue duduk semalam. Dia sedang menerawang jauh.

Gue turun dari tempat tidur, dan berjalan pelan ke arahnya. Suara yang gue timbulkan membuat dia menoleh ke arah gue. Dia masih mengenakan baju tidur panjang berwarna krem, dan rambutnya tergerai dengan indah. Wajahnya pucat, namun dia tersenyum ke gue.

"selamat pagi... waktunya Sekolah?" tanyanya jenaka.

mau nggak mau gue tersenyum mendengar sapaannya itu. Kenangan masa lalu tentang sekolah gue dan Siska.

"selamat pagi, Nyonya... waktunya cari sarapan di warteg?" gue balas bertanya.

"wartegnya tutup..." sahutnya asal.

Gue melangkah, mendekatinya dan merangkulnya.

"pagi yang indah yaaa...." kata Siska pelan.

"pagi yang indah yaaa..."

gue mengangguk, dan duduk diatas meja di samping Siska.

"jarang-jarang ada cericip burung pagi-pagi gini..." katanya lagi.

"lo kok sepagi ini udah diluar sih, kan dingin..." gue mengingatkan.

dia menggeleng.

"nggak dingin kok. Lagian gue cuma mau menikmati ini semua. Rasanya pengen gue rekam di ingatan gue..."

"pake jaket yah?" gue menawarkan.

"boleh..."

gue bergegas masuk, dan mencari jaket tipis miliknya. Kemudian gue pakaikan kepada Siska. Dia masih duduk dengan posisi yang sama.

"terima kasih..." kata Siska.

"tadi pagi gue mimpiin elo, Yan..." katanya lagi.

"oh ya? mimpi apa?"

dia tertawa kecil.

"mimpi gue ada di Rumah jember, duduk berdua di kamar, berbagi cerita. Seperti yang selalu kita lakuin selama ini."

gue tersenyum.

"lagi kangen Jember yah?" tanya gue.

Siska mengangguk-angguk pelan.

"iya, gue kangen semuanya. Semua yang pernah ada di hidup gue..."

"mau kesana lagi?"

"I wish I could..." dia menghela napas. "tapi nanti lo harus kesana lagi yak..."

"kenapa? kan sama lo juga, Ka?" tanya gue khawatir.

Siska hanya tersenyum.

"gue titip salam aja ke rumah itu..." katanya pelan.

"titip salam ke siapa? ke tembok?" gue mencoba tertawa. Hati gue diliputi perasaan yang aneh.

"iya ke tembok kamar gue, ke pintu, ke semua yang pernah gue tinggali. Oh iya, salam juga buat temen temen disana yak..." ucapnya dengan senyum serius.

BrokeNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang