surga itu seperti apa?

48 8 4
                                    

Sore itu gue lagi duduk berdua bersama Siska di taman sepulang sekolah. Gue habiskan waktu dengan duduk terdiam disamping Siska. Iyaa, kita lagi menikmati suasana sore. Setelah cukup lama kami terdiam, Gue mengajaknya pulang. Gue antar dia pulang kerumahnya. Sesampainya dirumah siska. Seketika itu terdengar suara adzan maghrib, Siska menawarkan gue buat solat bareng dia. Gue mengiyakannya.

Akhirnya kami solat maghrib berjamaah berdua. Akhir akhir ini kami emang udah punya kebiasaan baru. Yaitu solat bareng.

Selesai solat, gue menoleh kebelakang dimana Siska berada. Dia sedang berdoa didalam balutan mukena. Menengadahkan tangannya dan menundukkan kepalanya.

Entah kenapa disaat itu gue merasa tubuhnya berkilauan. Walaupun suasana kamar yang agak gelap. Seperti ada satu cahaya yang memancar dari dalam tubuh. Ah mungkin hanya perasaan gue aja.

Gue akhirnya melanjutkan berdoa, seperti siska yang sedang khusuk berdoa dibelakang gue. Di doa itu gue panjatkan segala kosakata yang gue bisa, untuk memohon keajaiban bagi wanita dibelakang gue ini. Gue berdoa agar dia diberi kesembuhan.

Namun khusuknya gue buyar ketika gue mendengar suara khas seperti orang menangis. Gue menoleh kebelakang.

Gue melihat Siska menangis. Dia menangkupkan tangan di wajahnya. Air matanya berlinang, sepertinya dia sedang mengadu kepada sang pencipta. Gue membiarkannya. Gue yakin dia masih butuh waktu sendiri.

"Yann..." panggilnya beberapa saat.

Gue menoleh. "Yaa, ka?".

Dia terdiam dan mengusap air matanya. Sepertinya dia ragu untuk mengatakan sesuatu kepada gue.

"Ada apa,Kaa?"  Tanya gue.

"Surga itu seperti apa ya?" Ucapnya.

Gue langsung membisu mendengar pertanyaan dari Siska. Mungkin terkesan pertanyaan biasa. Namun untuk di saat ini gue bener bener takut dengan pertanyaannya itu.

"Kaaa..."

"Nanti disana elu akan tetep bisa mengenali gue gak ya?" Dia memotong. Seakan dia sedang berimajinasi sendiri.

"Entahlah,Kaa. Gue gak tau seperti apa itu surga. Banyak orang bilang Indah."

Siska memandangi gue tersenyum dan memiringkan kepalanya seakan dia menerima kabar baik. Dibibirnya tersungging senyuman bahagia, sedih, dan keikhlasan.

"Menurut elu? Gue bisa masuk surga gak yaa..?" Tanyanya.

"Kaaa..udah jangan ngomong gitu." Hati gue terasa tertusuk mendengarnya.

"Jawab aja pertanyaan gue. Gue bisa masuk surga gak ya?"

"Entahlah,Kaa. Itu tergantung tuhan." Gue menarik nafas. "Tapi gue akan selalu mendoakan elu, Ka...." gue tercekat. "Mendoakan elu agar......" gue merasa gak sanggup melanjutkan kata kata gue.

Dia menggeser duduknya. Dan duduk disamping gue. Kepalanya yang masih terbalut mukena itu menyandar dibahu gue.

"Gue cuma lagi berusaha ikhlas,Yann.."

Gue memejamkan mata. Air mata itu menetes di pipi gue. Iya gue menangis. Segalanya terasa sakit di hati gue. "Ikhlas untuk apa,Ka?" Tanya gue pelan.

"Gue berusaha ikhlas menerima semuanya. Apapun yang terjadi di hidup gue. Gue berusaha ikhlas ini terjadi kepada gue. Dan gue pasrah apapun jalannya nanti." Siska tersenyum tipis.

"Kaa..."

Dia segera meletakkan jari telunjuknya di bibir gue. Dan menggelengkan kepalanya. Kemudian dia menggenggam tangan gue.

BrokeNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang