Senja dibalik jendela kamarNya

65 6 0
                                    

Setelah kepergian Siska. Kunci rumahnya kini dipegang gue. Karena Siska menitipkan rumahnya itu agar selalu dibersihkan. Dan gue juga setiap pulang sekolah. Gue selalu mampir kerumah ini sekedar menyapu rumah ini.

Hingga gue disibukkan dengan ujian kenaikan kelas XII ini. Dan gue jarang ke rumah Siska lagi. Bahkan hampir tidak pernah sama sekali.

~~~~~

Gue terbangun ketika gue tertidur di kelas saat pelajaran, tergagap, dan perasaan gue ga karuan. Napas gue memburu, bahkan untuk beberapa saat gue seperti ga mengenali dimana gue berada. Dada gue terasa sesak ketika gue mengingat kembali mimpi yang membuat gue tergagap bangun.

mungkinkah itu?

Sepulang sekolah gue akhirnya menuju kerumah Siska.

Sesampainya disana rumah itu terlihat lebih menyeramkan. Gue masuk dan banyak debu menempel di lantai,dinding dan barang barang dirumah ini.

Gue memandangi dinding di hadapan gue, dimana di sebelah dinding itu kamar seseorang yang gue cintai. Dengan gontai gue bangkit, dan keluar kamar, mencoba membuka pintu kamar itu. Terkunci. Mendadak gue teringat bahwa dia selalu meninggalkan kunci pintu kamarnya di ventilasi yang terletak diatas pintunya. Gue merogoh ventilasi yang berdebu itu, dan menemukan apa yang gue cari.

Ketika pintu kamar telah terbuka, rasanya gue seperti diterpa oleh rasa rindu dan sesak yang menjalari hati dan tubuh gue. Aroma khas sang pemilik kamar masih tertinggal dengan jelas, yang membuat gue semakin hanyut dengan kerinduan. Gue memandangi perabotan kamar itu, dan mengelusnya dengan rasa sayang. Seolah apapun yang pernah disentuhnya menjadi kesayangan gue juga. Gue memejamkan mata untuk beberapa saat.

Ketika gue membuka mata gue, yang tampak di hadapan gue adalah dua orang yang duduk berdua, bersandar pada tembok kamar, dan berbincang satu sama lain tentang mimpi-mimpi dan banyolan-banyolan, menertawakan kehidupan itu sendiri. Satu dari mereka adalah lelaki, yang selalu gue lihat sebagai diri gue sendiri. Sementara yang seorang lagi wanita, dengan rambut tergerai indah, dan mengenakan kaos putih gombrong khas dirinya. Mereka saling berbicara, dan tertawa, seolah hari esok masih terbentang jauh bagi mereka.

Gue menatap mereka dengan kelu, sebelum bayangan diri mereka menghilang secara perlahan-lahan dari pandangan gue, dan kembali menjadi sebuah kamar kosong yang gelap. Gue menyalakan lampu, dan melihat seisi kamar dengan lebih jelas. Deretan foto berbingkai yang diletakkan di meja menyapa gue dengan hangatnya, dan membuat gue mengambil salah satu foto itu, mengelusnya dengan perasaan ga karuan.

"impian gue itu bisa wisuda, dan menikah...."

sebuah suara entah darimana datangnya, menggema di otak dan hati gue. Seolah mengingatkan gue kembali tentang apa yang seharusnya gue lakukan. Gue memandangi foto dirinya yang sedang tersenyum bersama orang tuanya, dan membuat gue ikut tersenyum. "Elu itu terbuat dari apa si, Kaa, batin gue sesak. Segala sifatnya itu membuat gue selalu bersyukur atas setiap hari baru di hidup gue. Gue tahu seharusnya gue bersyukur sejak lama, jauh sebelum itu. Tapi gue bahagia jika memang dirinyalah yang menjadi penyebab gue bersyukur atas ini semua.

Gue menggigil ketika merasakan angin sore yang berhembus kencang dari jendela kamar di sore buta itu. Gue menoleh, memandangi langit cerah yang sedikit berubah menjadi kegelapan dan menyisakan cahaya yang indah. Gue merindukan berdiri di balkon ini bersamanya. Gue merindukan celotehannya setiap kali kami berangkat kuliah bersama. Gue merindukan tingkahnya ketika kami sedang berbincang berdua disini setiap malam. "Gue merindukan segalanya tentang elu, Kaa."


Gue ga pernah menyangka gue akan jatuh cinta di kota ini. Di waktu ini. Gue ga pernah menyangka gue akan mencintai seseorang yang selalu ada buat gue. Dan gue ga pernah menyangka akan mencintainya sedemikian dalam. Mungkin gue terlalu mencintainya, melebihi dari apa yang seharusnya.

Gue cinta elu, Ka. Elu-lah matahari yang selalu menerangi hari-hari gue disini.

Lamunan gue itu buyar, ketika sebuah suara dering handphone terdengar dari kantong celana seragam gue. Siapa yang menelepon pagi-pagi buta ini? Tanpa berpikir lagi gue mengambil handphone itu, dan mengangkat telepon setelah melihat identitas peneleponnya.

"halo?" sapa gue.

"halo, selamat soreee..." sapa sebuah suara diujung sana dengan riang.

gue tertawa.

"selamat soree juga. Tumben telepon sore sore gini lu? udah sholat belum?" kata gue bahagia.

"gapapa lah, sekali-sekali..." gue mendengar dia bersin diujung sana, "belum nih, baru gue mau sholat. Elu baru pulang sekolah? suara elu kaya capek banget..."

"engga, gue udah pulang dari tadi kok..."

"tumben? ngapain Sekarang?"

"Pasti disekolah elu tidur kan.." ucapnya dengan tawa menderai.

"Iyaa... tapi cuma sebentar. tadi gue kebangun gara-gara mimpi tentang elu..."

"kok sama sih, gue juga kebangun gara-gara mimpiin elu. Hahaha..." dia tertawa pelan. "mimpiin apa elu tadi?" Tanyanta.

"ah males ah ngomonginnya, ga enak pokoknya." jawab gue.

"lo sehat-sehat kan, Ka?"  tanya gw lagi.

dia terdiam beberapa waktu.

"Alhamdulillah gue sehat, Yan. Elu jangan khawatirin gue yaah..."

"disini sepi kalo ga ada elu..." kata gw miris.

dia tertawa renyah.

"gue bakal balik lagi kesana kok. Gue janji..."

gue tersenyum.

"Gue akan selalu menunggu elu, Kaa.."

~~~

Gue melihat sebuah tumpukan CD grup-grup musik favoritnya, Iwan fals. Tanpa sadar gue menggumamkan sepenggal lirik lagu favoritnya yang selama ini selalu dia perdengarkan ke gue, menggema dengan merdunya di pikiran gue.

Tidurlah dalam pelukanku
Lelaplah dalam mimpi indah
Biarkanlah sejenak saja
Berlalu semua luka-luka

Tenanglah, tenanglah
Hapuskan semua duka derita
Tenanglah, sayangku
Pasti 'kan ada hari yang indah
              
       .............. Iwan fals - yang tercinta.

Gue cinta elu, Kaa. Dan gue tahu elu mengetahui itu, bahkan melebihi diri gue sendiri. 

Gue mencintai elu, seperti pagi mencintai hangatnya sinar mentari. Gue mencintai elu, seperti burung mencintai cericipnya yang merdu. Gue mencintai elu, seperti layaknya manusia yang mencintai. Dan gue mencintai elu, selalu dan semoga selamanya.

~~~~~~~~


Segini aja dulu😊 santai yaakk. Oiya Siska emng menyukai iwan fals. Karena setiap lagunya selain enak didengar. Sangat menginspirasi. Gara gara siska gue juga suka sama iwan fals. Dan yang paling gue sukai. Lagu iwan fals yang di nyanyikan oleh Rezha Regita - Sarjana Muda

Gue yakin kalian juga bakalan suka sama lagunya itu. Karena Rezha Ragita itu selain cantik. Suaranya mirip dia saat menyanyikan lagu Sarjana Muda itu.😌

BrokeNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang