senandung Siska bagian 1

25 7 0
                                    

Gue tahu, dan kita semua pun tahu, di dalam hidup pasti akan ada saat-saat dimana kita merasa diatas, atau dibawah. Setiap momen itu akan terpateri di ingatan masing-masing, tergantung dengan seberapa besar keinginan untuk mengenangnya. Dan di setiap momen itu akan ada orang-orang yang hadir di hidup kita, menghiasi di setiap saatnya. Seperti seorang Siska Desiana, yang telah ada di hidup gue tiga tahun terakhir ini, disaat gue ada diatas ataupun terpuruk di dasar. Yaa, hari ini gue dan Siska telah bertunangan. "

"kamu cakep banget pake jas gitu..." gue menoleh,dan memandangi seorang wanita yang mengenakan kebaya berwarna putih, dan berdandan dengan anggunnya, duduk bersandar di sofa. Gue tersenyum.

"harus cakep, kalo ga cakep ntar kamu ngomel lagi..." sahut gue.

"kamu ga seneng calon suamimu cakep?" goda gue. dia tertawa lirih.

"kalo ga cakep aku buang ke selokan depan rumah..." dia kemudian memandangi selang infus yang masih terpasang di tangannya yang telah dihiasi oleh motif henna yang indah.

"kapan nih infusnya bisa dicopot?" dia mengangkat sedikit tangannya yang masih terpasang selang infus. Sepertinya dia ga sabar lagi. Gue tertawa pelan.

"sabar atuh. nanti kalo udah waktunya baru dilepas. Sekarang mah biarin aja dulu, gue duduk disampingnya, dan menepuk-nepuk pahanya pelan.

"lama." dia cemberut manja.

"lamaan mana sama aku nungguin kamu?" sahut gue iseng. dia mengernyitkan dahi.

"nungguin aku?"

"Tiga tahun?" gue memberi kode.

"Tiga tahun penuh hal bego ya iya,Huh."
dia menoyor kepala gue dengan dongkol. "sampe kesel gue nungguinnya..."

"nungguin apaan?"

"ya nungguin kamu nembak lah! Emang enak dikadalin tiap hari, isinya cuma ‘Kaa, bikinin mie dong’ atau ‘Ka, belikan roti dong’. Kan kesel..." sungutnya berapi-api. Gue cuma bisa meringis sambil menggaruk-garuk kepala gue yang sebenarnya ga gatal.

"yang penting sekarang gimanaaa..." gue tersenyum jahil. Dia cuma melirik ke arah gue sambil ikut tersenyum kesal. Barangkali dia dongkol, sekaligus bahagia bahwa cowok ngeselin yang selama ini berseliweran di sekitarnya akhirnya menjadi tunangannya.

"seneng ga akhirnya tunangan sama aku?" tanyanya.

gue memandanginya sesaat, kemudian menyandarkan tubuh ke belakang dan memejamkan mata.

"pertanyaan retoris..." jawab gue kalem. dia mencubit perut gue.

"seneng ga iiih, ditanyain juga..." "

"UADUH! iyaiya seneng iyaaa, seneng bangeeet..." gue meringis kesakitan sambil mengelus-elus samping perut gue yang sepertinya ga lama lagi akan memar-memar. Kemudian handphone gue berdering. Dari orang tua gue dirumah. Dengan semangat gue mengabarkan kepada beliau berdua perkembangan yang ada disini, dan mereka sekali lagi memberikan restu dan doanya, orang tua gue udah pulang dari tadi pagi dan gue ditinggal dirumah Siska dijombang. Air mata gue mendadak mengingat anak nakalnya ini telah tunangan. Walau masih terbilang belum cukup umur, Namun mereka berdua dengan ikhlasnya merestui gue, dan hal itu membuat gue semakin merasa terharu. Beberapa lama gue mengobrol dengan ibu, mendadak ibu gue ingin berbicara dengan Siska. "mana calon tunanganmu, ibu mau ngomong..." begitu kata beliau. gue kemudian menyerahkan handphone ke Siska, dan dia menerima itu dengan wajah bingung. "apa?" katanya tanpa suara ketika menerima handphone gue. "ibu, mau ngomong sama kamu..." bisik gue. Dia kemudian berbicara dengan ibu gue. Awalnya gue ingin menguping apa saja yang mereka berdua bicarakan, tapi baru sedikit gue mencuri dengar, Siska mendorong badan gue menjauh. Dia kemudian menjauhkan handphonenya sesaat.

"jauh-jauh dulu sana loh, aku mau ngobrol sama ibu..." katanya sambil menutup bagian microphone. Yah, gue diusir. Gue kemudian berdiri dan melangkah keluar kamar Siska, melihat sisa sisa acara tunangan tadi yang sederhana. Beberapa kerabat keluarga Siska masih berlalu lalang di rumah yang megah itu. Mereka merapikan tempat acara tadi. Segalanya dilakukan secara kilat, entah pengaruh apa yang dimiliki oleh orang tua Siska, namun sepertinya sesuatu yang tampak mustahil ternyata bisa dilaksanakan. Gue merenung mengingat permintaan Siska 3 bulan yang lalu, untuk menikahinya secepatnya. Kemudian segalanya diputuskan dengan kilat. Walau kami masih tunangan karena umur yg masih muda dan gue pun belum puanya pekerjaan. Apa yang telah menjadi kesepakatan kami semua adalah acara tunangan saja yang dilaksanakan hari ini, sementara akad,resepsi dan acara lainnya ditunda sampai waktu yang belum ditentukan.

"Selamat ya" tanya sebuah suara disamping gue. gue menoleh, dan melihat Febi dalam balutan kebaya yang anggun. Tanpa bermaksud apapun, gue mengakui bahwa dia sangat cantik hari itu.

"eh elo.. iya, makasih yaa...” jawab gue.

"lo cantik deh pake kebaya hahaha. Kok gak pake kaos aja...?" Canda gue.

dia tertawa sendiri sambil menata rambutnya yang telah disanggul rapi.

"masa nikahan mau pake kaos? yang cantik lah..." dia memandang gue dengan tatapan serius namun bibirnya tersenyum.

"ga pernah terbayang di pikiran gue bahwa gue bakal jadi salah satu saksi di acara lo ini. Walau sekedar tunangan.."

gue menatapnya beberapa saat, dan menyadari sesuatu. Benar juga apa yang dikatakan Febi. Selama ini dia hanyalah teman satu sekolah. Bahkan dulu gue cuma mengenalnya sebagai 'mba-mba yang suka lari pagi ditaman tiap minggu'. Tapi sekarang dia bersedia untuk membantu gue, menemani gue sampai sejauh ini, dan menjadi saksi di salah satu acara penting gue.

"temen-temen lo bakal dateng?" tanyanya memecah lamunan gue.

"hm? oh, saskiya and the genk? Paling agak siangan mereka sampe sini, atau besok.." jawab gue. Dia mengangguk-angguk sambil menggigit bibir dan memandangi dekor sekeliling.

"gw mau nyamperin Siska ah, dari pagi belum ngobril sama dia gue....” dia menepuk lengan gue kemudian berbalik menuju kamar Siska. Gue pun mengikutinya dari belakang. Dia memasuki kamar, dan kemudian diikuti oleh gue. Betapa terkejutnya gue ketika di dalam kamar gue dan Febi mendapati Siska memejamkan mata dengan posisi bersandar yang agak ganjil, sementara handphone gue sudah tergeletak di atas sofa disampingnya.

"Ka...!!!!"panggil gue tercekat.

~~~~~~~

Spesial :


Siapapun gak berhak mengeluarkan air mata untuk orang yang belum halal bagimu

BrokeNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang