kenapa?

35 7 1
                                    

"Kaa !!, bangunnn."

Kata-kata itu sudah entah berapa kali gue ucapkan kepada seorang wanita yang terbaring di hadapan gue. Berulang kali gue ucapkan dalam kata-kata, dan tak terhitung lagi gue ucapkan di dalam hati. 

"Kaa, bangun... ini gue disini, Kaa...” ucap gue lirih, sambil memegang tangannya dan mengelus punggung tangannya dengan ibu jari gue. Sebuah elusan di punggung gue kembali menyadarkan gue, dan menguatkan gue. Gue menoleh. Ada seorang wanita di belakang gue.

"udahlah, Yann, biarin Siska istirahat dulu. Dia ada di tempat yang baik kok, dia pasti sembuh lagi. Oke?" katanya menenangkan gue.

gue mengangguk, sambil tetap memandangi wajah Siska yang pucat dan diam tanpa ekspresi. "iya...."

"sekarang lo cari makan dulu gih sana, biar gue yang jaga Siska disini. Lo udah ngehubungin orang tuanya kan?" tanyanya.

"udah kok, secepatnya mereka mau kesini. Temen-temen gue juga udah dalam perjalanan kesini..."

dia mengangguk. "baguslah, sekarang lo makan ya. Biar gue disini."

"iya, thank you yah, Febi..."

dia tersenyum tipis ke gue.

"ini bukan waktunya lo untuk berterimakasih..." katanya pelan.

~~~

Sore tadi, ketika gue sedang bertamu kerumah Siska, gue mendengar sebuah barang pecah dari sebuah ruangan, kamar Siska. Padahal baru sekitar 15 menit dia pamit ambil minuman, sebelumnya gue ngobrol dengan dia di ruang tamu. Gue langsung meloncat dari kursi dan membuka kamar Siska tanpa ketukan. Di dalam kamar gue mendapati Siska sudah terbaring pingsan, dengan sebuah gelas pecah ga jauh dari dirinya. Entah dia bermaksud melakukan apa, tapi sepertinya kondisinya mendadak menurun drastis.

Gue panik, dan berusaha membangunkan Siska dengan menepuk-nepuk pipinya, setelah gue memindahkan dia ke kasur. Satu-satunya hal yang bisa gue pikirkan adalah meminta tolong ke tetangga. Namun sialnya bagi gue, sore itu banyak dari penghuni rumah sedang kerja, termasuk Bang Bolot yang tinggal disamping rumah Siska. Dalam kondisi panik itu satu yang terpikirkan oleh gue adalah Febi.

Dengan tergesa-gesa gue mengambil telfon dan menghubungi Febi, dan untungnya dia sedang free. Setelah mendengar cerita gue bahwa Siska pingsan di rumahnya, dia langsung berinisiatif menuju kerumah Siska. Setelah sampai dia langsung memberikannya pertolongan pertama dan memerintahkan gue untuk mencari taksi secepatnya. Singkat cerita, gue dan Febi membawa dia ke rumah sakit dengan persiapan sekadarnya.

~~~~

Ga lama kemudian, beberapa teman sekolah kami telah datang di rumah sakit itu. Mereka bergantian menjaga Siska, sesekali semua berkumpul di dalam ruangan. Sementara gue duduk di luar ruangan, di tempat duduk yang disediakan. Gue duduk dengan lemas, membayangkan kembali apa yang terjadi kepada Siska, dan penanganannya di UGD tadi. Tanpa gue sadari, Febi mendekati gue, dan duduk disamping gue. Wajahnya cemas, dan lelah.

"terima kasih ya buat semuanya..." ucap gue pelan.

dia mengangguk, menepuk-nepuk paha gue. "lo yang sabar yah. gue akan selalu bantu kalian kok selama gue bisa..."

"iya, terima kasih..." hanya itu yang bisa keluar dari mulut gue.

dia menarik napas panjang, dan memandangi gue dengan iba.

"Sejak kapan Siska kena leukemia?" tanyanya.

"gue dikasih taunya sih beberapa bulan yang lalu..."

"dia rutin berobat?"

"yah, tadinya dia rutin pulang ke Jombang. Cuma akhir-akhir ini karena sibuk ujian sama persiapan Ujian, dia jadi belum ada waktu untuk pulang lagi...."

BrokeNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang