berharap abadi

35 7 0
                                    

Satu hal yang sangat dan akan selalu gue syukuri dari sosok seorang Siska adalah dia sangat memperhatikan seseorang hingga ke sisi-sisi yang bahkan orang tak akan menyangka. Dibalik sifatnya yang manja dan kolokan, dia selalu menaruh simpati kepada seseorang bahkan melebihi simpatinya kepada dirinya sendiri. Itulah sisi dari dirinya yang nggak banyak diketahui orang.

Gue memandangi wajahnya yang terlelap dengan damai disamping gue. Wajah itu sedikit memucat, tapi bercahaya. Desah nafasnya yang lembut beraturan itu bagaikan nyanyian merdu di telinga gue. Gue membelai lembut rambutnya, berhati-hati agar dia nggak terbangun. Gue ternyata mencintainya jauh melebihi batas-batas yang ditetapkan oleh dunia ini. Rasa-rasanya gue telah mengenalnya jauh sebelum gue dilahirkan. Seolah gue dan dia telah membuat suatu perjanjian ketika jiwa-jiwa kami terbentuk di alam sana, bahwa kami akan bertemu dan saling melengkapi di dunia fana.

Pada awal gue jatuh cinta kepadanya, hati gue terasa berbunga-bunga seperti layaknya manusia manapun yang jatuh cinta. Gue memang belum pernah pacaran sebelum ini, tapi gue pernah jatuh cinta sebelumnya. Gue jatuh cinta namun nggak berani untuk mengungkapkan. Berkali-kali gue seperti itu. Namun kala gue jatuh cinta pada Siska, gue memberanikan diri untuk mengungkapkannya. Jauh setelah itu gue menyadari, mungkin memang hati gue diperuntukkan hanya kepadanya. Hanya miliknya seorang.

~~~

Siska membuka matanya.

"kamu nggak tidur?" suaranya parau. Dia menarik selimut dan membalikkan tubuh menghadap gue.

Gue tersenyum kecil.

"belum ngantuk..." jawab gue singkat.

"jam berapa sekarang?" Siska bertanya lagi.

"jam dua pagi..." gue membetulkan selimutnya yang terlipat. "kamu tidur lagi yah..."

Siska memandangi gue dengan sayu, kemudian meraih tangan gue dan menggenggamnya erat di pipinya. Pipi itu hangat.

"kamu juga tidur dong, ngapain juga kamu bangun sampe jam segini..."

gue membelai rambutnya sekali lagi dengan lembut.

"bentar lah, lagi menikmati keindahan di depan mata ini..." gue tertawa tanpa suara, "kapan lagi bisa ngeliatin kamu tidur..."

"uuu dasar..."

"....."

"eh, Yan..." panggilnya setengah berbisik.

"ya?"

"maafin aku ya..."

"buat apa?"

Siska memejamkan matanya beberapa saat, kemudian membukanya lagi. Kali ini dengan seuntai senyum menghiasi wajahnya.

"maafin aku kalau aku belum mencintai kamu seperti seharusnya...."

Hati gue terasa membeku mendengar ucapannya itu. Bagaimana mungkin dia meminta maaf untuk hal seperti itu? Bahkan bisa mencintainya saja sudah merupakan keajaiban di hidup gue. Dia terlalu indah bagi gue, sampai-sampai gue merasa nggak pantas untuk meminta lebih. Gue mencintainya di setiap relung hati gue. Gue memujanya di setiap angan gue. Dan gue memimpikannya melampaui cakrawala imaji gue.

"Ka..."

gue menggenggam erat tangannya, dan menciumnya lembut.

"nggak ada yang perlu dimaafin, Kaa... Gue cinta lo jauh melebihi kemampuan hati gue untuk mencintai... Lo adalah keajaiban yang menghiasi hidup gue..."

Siska menyunggingkan senyum lebar. Senyum itu pucat, namun terukir dengan sepenuh hati. Dengan sepenuh jiwanya. Dia mengelus pipi gue pelan.

"Dulu, gue pernah bermimpi sesuatu tentang lo. Sebuah cerita panjang tentang diri lo, seperti perkenalan semu. Dari situ gue merasa seperti udah mengenal lo jauh sebelum kita ketemu..."

BrokeNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang