Trouble Maker

9.3K 654 12
                                    

Author pov.

Antonio berjalan menuju kelas dengan raut wajah yang masih sama, didalam kelas terlihat sedikit gaduh banyak canda tawa dan ocehan dari setiap siswa siswi. tapi saat Antonio memasuki kelas seketika suara gaduh itu tiba-tiba menjadi hening.

Semua mata tertuju kearahnya tidak sedikit dari mereka yang berdecak kagum saat menatap Antonio. Bahkan siswi didalam kelas secara terang-terangan memuji ketampanannya, beda dengan siswa laki-laki yang sepertinya kurang suka akan kehadirannya.

Dengan masabodoh Antonio melangkahkan kakinya menuju meja ujung yang terletak paling pojok di sudut ruangan. Di tengelamkan wajahnya kedalam meja. sungghuh dalam hati ia mengumpat malas, kalau bukan karena balas dendam mungkin ia tak akan sudi menginjakan kaki di sekolahan ini.

Samar-samar ia mendengar dua orang gadis tengah bercanda gurau. Karena posisi wajah yang masih telungkup di atas meja membuatnya tak tau siapa siswi yang tengah berbicara itu.

“Lin ternyata kita satu kelas lagi, tapi sayang si Maura sama Indah beda kelas”

“Gpp kali Mega, kita kan masih bisa kumpul waktu jam istirahat”

“Iya sih, tapi berasa ada yang beda gitu. Biasanya si Maura kalo ada yang cakep pasti langsung ngodain cwok-cwok nah sekarang pasti sepi gak ada tuh orang sableng”

“Hahaha, iya juga sih.....”

“Hay Alina sayang apa kabar. Lama gak jumpa, kemana liburan semester.....” ucap seorang cowok yang sekarang berdiri tepat di depan meja Alina dan Mega.

“Oh jadi cuma si Alin aja yang di tanyain kabarnya ...  “ucap Mega berpura-pura sedih.

“Hahah, he Mega my sist gimana kabar lo.....” tawa renyah bebarengan keluar dari mulut laki-laki tadi yang seketika membuat Mega dan Alina ikut tertawa.

“Baik brandal tengik....” ucap Mega di sela-sela tawanya.

“Aku gak nyangka di kelas XII ini kita satu kelas lagi Gas...” ucap Alina menatap kearah Bagas.

“Iya, aku juga gak tau Lin... tapi bagus lah aku bisa mantau kamu lebih leluasa. Dan gak perlu repot bolak-balik kesana kesini buat usirin orang-orang idiot yang ganguin sepupu cantik aku itu” ucap Bagas memamerkan senyum tampan miliknya.

“He, siapa itu yang duduk di korsi kesayangan gua !” teriakan Bagas sontak langsung menyita perhatian seisi kelas tak terkecuali Alina dan Mega.

Bagas mulai berjalan menghampiri seseorang yang tengah menelungkupkan kepala di atas meja itu.Bagas menepuk pundaknya dengan keras dan menendang meja yang di gunakan orang itu untuk menidurkan kepalanya.

“Bangsat...  .” ucap Antonio bangkit dari rabahannya dan menatap tajam kearah Bagas yang tadi dengan sengaja memukul pundaknya keras.

“Lo.....” ucapan Bagas berhenti saat melihat siapa orang yang barusaja berani mengumpat kearahnya.

Wajah Antonio masih sama tajam dan menusuk. Ditatapnya Bagas yang sekarang masih berdiri di depannya.

“Apa mau lo...” perkataan Antonio seketika membuat Bagas tersadar dari lamunanya.

“Lo Antonio” tanya Bagas mengabaikan pertanyaan Antonio dan sekarang malah menepuk-lepuk pelan pipi Antonio. “Gila, penampilan lo berubah jadi 180% gini, apa ini karen ada Alina yang satu kelas sama kita jadi lo mati-matian merubah diri lo” tawa renyah keluar dari mulut Bagas mengabaikan wajah kurang suka dan bingung Antonio.

Alina yang berada tak jauh dari mereka hanya mampu mengernyit bingung sama halnya seperti Mega yang hanya diam menangapi celotehan Bagas kepada Antonio.

“Apa maksud lo.... minggir lo gangu ketenangan gua”

“Weh selain penampilan lo yang beda ternyata cara bicara lo juga beda..... gial gua takjup sama perubahan lo ini....My Brother Antonio Metw Keenan” ucap Bagas menepuk-nepuk pundak kanan Antonio dengan beberapa gelengan kepala.

“Bagas, Antonio cepat duduk! Kelas akan segera saya mulai” teriakan Guru wanita berkacamata itu tiba-tiba membuat Bagas dan Antonio mau tak mau menghentikan Argument mereka.

“Nah ini baru soib gua” bisik Bagas dan mulai duduk di samping meja Antonio, karena meja dan kursi di sini di setting satu satu.

“Oke anak-anak karena ini hari pertama kita masuk sekolah setelah libur panjang, jadi ibu harap kalian tetap mematuhi tata tertib sekolah dan tidak berusaha membuat kekacauan atau hal apapun yang merugikan sekolah.. Apa kalian mengerti...”

“Iya bu” jawab serentak seisi kelas.

Setengah mati Antonio merasa bosan dengan ocehan wali kelas mereka, menurutnya wanita berkacamata itu berlebihan dan terkesan mengatur-atur. Karena Antonio saat ini sangat benci peraturan. Dengan malas Antonio menelungkupkan kepalanya kembali keatas meja, menutup mata sejenak untuk memulihkan mood nya. Tapi tindakannya justru membuat sang wali kelas murka dan melempari dirinya dengan penghapus papan tulis.

“Brengsek, siapa yang....” perkataannya tiba-tiba tercekat di leher saat mata tajam wali kelas mengarah kearahnya.

“Kamu kemari....” dengan tatapan galak wali kels memanggil Antonio untuk maju kedepan kelas.

Mau tak mau Antonio menuruti perintah wali kelas. Sekarang dirinya sudah berada tepat di depan papan tulis. Dan membuat mata tertuju kearahnya. Tanpa sengaja tatapan Antonio jatuh kearah Alina yang sekarang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

“Saya heran sama kamu, saat di kelas X dan XI kamu tak pernah sekalipun mengecewakan saya, tapi sekarang kamu sungguh mengecewakan ANTONIO METW KEENAN !!. dan lagi sejak kapan baju kamu di keluarkan dan ini rambut kamu. Astaga ada apa dengan kamu Antonio kamu membuat saya seketika migren!”

Teriakan dari walikelasnya langsung membuatnya refleks menutup mata. Jika tidak sedang di sekolah mungkin ia akan menyumpal mulut wali kelasnya dengan kaos kaki busuk tuju hari tuju malam yang tak pernah di cuci.

“Bisa jelaskan ini semua kepada saya ANTONIO METW KEENAN!!” sebuah teriakan yang langsung membuat dirinya mengelus-elus kuping sebelah kiri yang rasanya nyut-nyutan seperti mau lepas.

“Ini adalah hak saya, anda tidak berhak mengatur-atur saya Bu Grecs Sasmit yang terhormat” pelan namun terkesan dingin dalam setiap pengucapan yang Antonio beri pada sang guru.

“Kamu! Keluar dan lari mengitari lapangan basket 20 kali” ucap Grecs galak.

“Dengan senang hati” ucap Antonio segera merjalan menuju pintu kelas.

Alina yang melihat pemandangan di depannya sekarang sungguh tak percaya dengan apa yang ia lihat dan dengar. ia di buat terherah-heran oleh sikap Antonio. Yang ia tau Antonio bukan lah orang yang pembangkang dan brandal, tapi yang ia lihat sekarang sungguh keterlaluan dan terkesan sangat arogan.

“Gila si Antonio, kok bisa berubah 180% gitu ya” gumam Mega yang tentunya masih bisa Alina dengar.

Antonio berlari mengitari lapangan basket. Ternyata kesialan masih saja menimpanya, disana di ujung koridor lantai tiga, Dimas and the gang tengan menatap dirinya dengan smirk mengejek. Empat orang itu sungguh membuatnya muak. Dalam hati Antonio mengibarkan bendera perang kepada mereka dan ingin rasanya meninju muka menjijikan mereka satu persatu.

Tenang Antonio adalah pemegan sabuk tertinggi di bidang bela diri karate sedikit merembet ke boxing bebas dan masih banyak lagi prestasi-prestasi non akademik yang ia miliki. Tak heran di sekolahannya dulu ia begitu terkenal dan salah satu primadona. Tapi itu dulu dan untuk sekarang ia akan menjadi trobel maker jika harus di perlukan.

Hampir 20 menit ia habiskan untuk mengitari lapangan basket yang terbilang luas ini. Tinggal beberapa putaran lagi ia akan selesai menjalankan hukumannya.

“Ah, capek” desah lelah keluar dari mulutnya dan mendudukan pantatnya sembarang.

“Jadi, siapa Antonio yang di hadapan gua sekarang ini..” Perkataan itu seketika langsung membuat Antonio menoleh kebelakang mencari sumber suara yang sangat mengusik ketenangannya.

Tanpa mengubris atau menangapi pertanyaan tadi, Antonio segera mengarahkan wajahnya kembali memandang lurus kedepan. Membiarkan orang itu duduk tepat di samping kanannya.

“Nih. Gua tau lo haus” sebuah uluran tangan memberi air mineral kearahnya.

“Thanks” ucapnya menerima air tersebut dan segera membuka tutup botol yang memang kebetulan dirinya sangat haus.

“Jadi siapa Antonio yang ada di samping gua sekarang ini....”

“Apa maksud lo, gua masih Antonio yang dulu” Dengan gugup Antonio menjawab pertanyaan Bagas.

“Hahah gak usah pura-pura, ini bukan Antonio yang selama ini gua kenal. Apa karena frustasinya lo sering di bully atau karena sebegitu frustasi karena cinta jadi lo merubah diri lo ini” ucap Bagas di iringi gelak tawa.

“Oke lupakan, gua lebih suka lo yang sekarang. brandal dan cool di waktu bersamaan. Oke kawan mari kita awali pagi yang indah ini dengan berjabat tangan” ucap Bagas lagi yang sekarang tengah mengulurkan tangan kearah Antonio.

Antonio tak berminat menjabat tangan Bagas. Dengan cuek ia malah meminum kembali air mineral yang ia pegang.

“Aelah lama... dan sekarang kita jadi teman” ucap Bagas menarik paksa lengan Antonio untuk di ajaknya berjabat tangan.

“Sinting....” gumam Antinio pelan.

“Gua denger bro...”

“Oke, sekarang gua tanya ngapain lo kesini. Ini masih jam pelajaran” ucap Antonio akhirnya membuka percakapan.

“hahhaha, tentu saja bolos begok. Lo tau kan gua paling malas pelajaran bhs.inggirnya si Grecs. Udah killer, galak, dan selalu muter-muter gak jelas kaya orang idiot bikin muak. Ya jadilah gua di sini nemanin soib brandal gua.”

“Serah lo lah,  gua laper” ucap Antonio yang mulai beranjak dari duduk.

“Mau kemana ?”

“Kantin” padat jelas singkat itu yang Antonio ucap saat sudah pergi meningalkan Bagas yang masih duduk.

“Woy tunggu bro.... gua ikut” teriak Bagas mengejar Antonio yang sekarang mulai menjauh dari pandangannya.

**** H****

Suasana kantin saat ini begitu sepi dan sunyi tak ada siswa ataupun siswi yang berlalulalang di area ini. Ya memang karena sekarang masih memasuki jam kedua pelajaran. Antonio duduk di pojok, di ikuti Bagas yang sekarang duduk di depannya.

“Gas.... gua mau tanya?” ucap Antonio ragu memulai percakapan.

“Soal.....” jawab Bagas tanpa mengalihkan wajahnya dari ipone yang di pegangnnya saat ini.

“Soal.... Al....”

“He, Anak brandal ngapain kalian di sini. Cepat kembali kekelas kalian” teriakan mengelegar memenuhi seisi kantin, di sana sudah berdiri sesosok pria parubaya, perut bincit, dan kepala botak di depan.

“OMG... Pak Bambang” ucap Bagas gelisah.

“Kalian...!!”

“Iya pak, iya. kami kembali” dengan desahan pasrah Bagas beranjak dari duduknya.

“Ayo. Antonio.... lo gak mau kan di suruh muterin lapangan lagi” ucap Bagas menatap kearah Antonio yang sekarang masih tetap diam saja di tempat duduknya.

“Yah....” desah pasrah Antonio.

Author pov end.











Tbc.............
















MY BOYFRIEND IS A GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang