MBIAG -16-

5.1K 491 63
                                    

Nih gua tambahin biar kalian makin pusing dan penasaran. Asalkan jangan sampe gila aja, karena obat gila mahal.

Jangan lupa tingalin jejak biar gua makin semangat nulisnya.

Author pov.

Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya. Suasana di Sma Angkasa selalu di selimuti kebahagiaan dan gelak tawa dari siswa siswi nya.

Tapi tidak dengan Alina si gadis yang terkenal cantik seantero sekolah itu. Dirinya terus saja berdiam diri dan  terkesan seperti mengharapkan seseorang agar segera datang.

Bahkan Alina tak mengubris kedua temannya yang sendari tadi terus mengoceh membahas hal-hal yang berbau tentang cowok, yang biasanya itu adalah rumpian favorit Alina. Tapi kali ini Alina tak memperdulikan itu, karena sejak tadi pandangan matanya terus saja mengarah ke belakan dan luar kelas. Mencari ke beradaan seseorang yang terus menganggu fikirannya sejak semalam.

***

Di sisi lain Antonio berjalan melewati lorong kelas menuju toilet laki-laki. Melewati beberapa anak gadis yang melirik centil padanya, namun ia hanya mengacuhkannya begitu saja. Ia berbelok ke arah kanan dan menemukan pintu dengan gambar seorang laki-laki.

Antonio menghidupkan keran di wastafel, membasuh tangan kemudian wajahnya. Tak sengaja, ia mendengar suara di dalam bilik pintu kamar mandi. Seseorang tengah membicarakan satu nama yang sangat Antonio kenal.

“Oh, benarkah? Apa game-nya bagus?” Kata laki-laki tersebut di telepon. Sepertinya mereka membicarakan game yang memakai karakter seorang gadis.

Antonio mengabaikan kerannya yang masih menyala dan fokus pada apa yang sedang orang itu katakan. Ia mendekati satu bilik yang ia yakini terdapat laki-laki yang sedang membicarakan hal-hal yang berbau fulgar.

Laki-laki itu tertawa kecil. “Akan lebih menyenangkan kalau melihat Alina telanjang. Aku baru saja mendapatkan foto Alina yang hot. Kau mau....“

Suara bunyi ‘brak’ membuat laki-laki yang sedang berbicara dengan temannya tadi terkejut. Pintu yang terkunci tiba-tiba saja didobrak oleh Antonio hingga terbuka dan rusak. Laki-laki itu menatap Antonio dengan wajah tak percaya.

“Hey! Apa kau sudah gila?” Tanyanya dengan suara tinggi.

Seseorang dari seberang telepon terdengar menanyakan apa yang terjadi. Tapi, laki-laki itu langsung mematikan ponselnya dan memasukkannya ke saku celana.

Kedua mata Antonio melotot, memandang laki-laki tersebut tajam. Ia menarik kerah seragam laki-laki itu dan menariknya keluar dari bilik kamar mandi. Ia mendorong tubuh laki-laki itu dan menindihnya.

Laki-laki itu berteriak saat mendapatkan pukulan bertubi-tubi di wajahnya. Seseorang yang berada di bilik lain langsung keluar untuk melihat apa yang terjadi. Betapa syoknya mereka saat melihat Antonio sedang memukuli seseorang.

“Hey, Antonio ! Hentikan! Apa yang kau lakukan!” Teriak teman satu kelas Antonio. Ia mencoba menghentikan perbuatan Antonio dengan teman yang lainnya. Menarik tubuh Antonio dari atas laki-laki yang dipukuli Antonio, tapi tak berhasil.

Tangan Antonio mencengkram erat kerah baju laki-laki yang ditindihnya. Memukulinya dengan tinjuan yang paling kuat hingga membuat wajah laki-laki itu babak belur dan mengeluarkan banyak darah. Orang-orang berdatangan saat mendengar suara gaduh yang berasal dari toilet. Mereka kaget saat melihat adegan yang sedang terjadi.

“Oh, shit! Antonio, apa yang lo lakuin?” Bagas membelalak kaget melihat teman bangsatnya memukuli seseorang. Ia segera menarik tubuh dan tangan Antonio dari laki-laki tersebut. “Hey! Begok. Hentikan lo bisa membunuhnya,” Teriak Bagas.

Antonio tak peduli, ia berontak. Mencoba melepaskan diri dan hendak memukuli laki-laki tadi. “Lepasin gua, Bagas!”

Mega yang kebetulan melihat adegan tersebut melotot tak percaya, ia langsung keluar dari toilet dan berlari sekuat tenaga menuju kelas. Ia masuk ke dalam kelas dengan terengah-engah dan menggebrak meja Alina yang juga terdapat Maura dan Indah.

Alina menatap Mega dengan wajah kebingungan. “A-apa yang...“

“Toilet...” Mega berkata dengan napas yang terengah. Tangannya menunjuk ke luar kelas. “Toilet... Antonio... memukuli seseorang di toilet...”

“A-apa?” Mata Alina membulat sempurna, begitu juga dengan Maura, Indah dan teman-teman sekelasnya. Ia segera berlari keluar dari kelas menuju tempat kejadian.

Saat Alina sampai di sana, semua orang sudah berkerumun memenuhi toilet. Alina harus menerobos masuk melewati kerumunan hingga ia melihat sendiri dengan mata kepalanya. Antonio memukuli seseorang hingga babak belur. Wajah laki-laki itu sampai mengeluarkan darah yang tak sedikit.

“A- Antonio...” Suara Alina terendam oleh rasa terkejutnya. Kedua tangannya membekap mulutnya.

Maura dan Indah muncul dari kerumunan dan berdiri di belakang Alina melihat bagaimana bringasnya Antonio saat menghajar laki-laki tersebut.

“Antonio, hentikan!” Alina maju, beringsut di samping Antonio dan memegang tangan Antonio. Ia melihat ada luka lecet di tangan Antonio akibat memukuli laki-laki yang sudah tak berdaya itu di lantai. “Antonio, kumohon hentikan...”

Antonio menoleh, menatap Alina. Alina terkejut melihat mata Antonio berkilat penuh kemarahan. Entah apa yang sudah terjadi, tapi laki-laki itu sepertinya telah membuat Antonio marah besar.

“Cukup, Antonio... Jangan lakukan lagi,” Kata Alina lembut.

Antonio nampak tenang. Laki-laki itu menatap Alina, tak bergeming. Melihat kesempatan yang ada, laki-laki yang dihajar Antonio tadi lantas mendorong tubuh Antonio hingga terhuyung ke belakang dan segera berdiri dengan tak seimbang. Mencoba menghindar dari Antonio agar tidak dihajar oleh Antonio lagi.

Beberapa orang mendekati korban pukulan Antonio dan membawa orang itu ke ruang kesehatan.

“Antonio, tangan lo ...” Kata Alina, memperhatikan tangan Antonio yang berdarah. Antonio menarik tangannya dari hadapan Alina.

“Semuanya pergi! Ini bukan tontonan untuk kalian!” Bagas berteriak memerintah semua orang yang ada di toilet untuk pergi.

“Kita ke ruang kesehatan ya?” Ucap Alina lembut. Antonio diam tak menjawab, dirinya masih terkejut dengan sikap Alina sekarang. “Antonio, ayolah... Jangan buat gua khawatir,”

“lo harus obati luka lo sebelum infeksi,” Bagas membuka suara, menatap Antonio yang hanya diam membisu.

Alina menggigit bibir bawahnya, ia tak pernah setakut dan secemas ini sebelumya, tidak dengan Antonio sebelumnya atau bahkan dengan Marvel sekalipun yang notabenya dulu adalah pacarnya. Alina melirik Bagas yang duduk di belakang Antonio. Ia melihat wajah Bagas yang bingung, sepertinya sepupunya itu tidak tahu apa-apa mengenai masalah Antonio.

Alina mendekat pada Antonio, memeluk Antonio penuh kehangatan. “Jangan buat gua khawatir, ...” Bisik Alina. Ia merasakan tangan Antonio membalas pelukannya dengan erat. Kedua tangan Antonio melingkar di seputar punggungnya.

***

Di ruang kesehatan, korban yang dipukuli Antonio ditunggu oleh beberapa temannya dan sedang diobati oleh petugas medis. Menutup semua akses dengan tirai hingga tak ada yang bisa melihatnya. Itu cukup berguna untuk tidak memancing Antonio mengamuk lagi.

Antonio duduk dalam kebisuan di atas tempat tidur. Membiarkan Alina mengobati luka tangannya, Bagas duduk di samping Antonio, sedangkan, Maura, Indah dan Mega  berdiri di samping Alina seperti penjaga.

“Lo sinting. Mukul anak orang sampai kesetanan gitu. Untung gak mampus dia” Komentar Bagas. Ia justru mendapatkan tatapan tajam dari Mega, Maura dan Indah.

Antonio melirik Bagas dengan kedua mata yang menyipit tajam, lalu menatap tirai yang menutupi tempat tidur laki-laki yang dipukulinya tadi. “Jika kalian gak ngrecokin gua, gua bisa aja bunuh dia detik itu juga...”

“Antonio,” Sergah Alina. “Jangan katakan hal seperti itu. Gua gak suka.” Alina menatap Antonio yang hanya diam saja.

“Lo , keluar dari sini,” Kata Mega menarik Bagas paksa, keluar dari ruang kesehatan.

“Aku juga akan keluar...” Kata Maura yang di anguki Indah, kemudian mereka melenggang meninggalkan Aina dan Antonio.

Suasana mendadak hening. Antonio sibuk dengan pikirannya sendiri, dan Alina sibuk mengobati tangan Antonio.

“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Alina, kemudian. Kepalanya mendongak menatap Antonio.

“Bukan apa-apa...” Antonio memalingkan wajahnya ke samping.

“Gua tahu lo bukan tipe orang yang akan melayangkan tinju pada seseorang tanpa sebab. Katakan, apa alasannya?” Alina mendesak dengan kelembutan. Namun, Antonio tetap kukuh untuk diam. “Lo gak mau bilang ?”

Antonio menundukan kepala. Menghindar kontak mata dari Alina.

“Atau perlu gua tanya langsung sama dia?” Alina menatap tempat tidur yang tertutupi tirai.

Antonio memegang tangan Alina untuk menghentikan nya. “Jangan lakukan itu,” Tegasnya. Ia menatap tajam Alina.

Alina menghela napas panjang. “Lo gak mau cerita, dan lo juga gak mau gua cari tau.”

“Bukan begitu, ini hanya masalah laki-laki” ucap Antonio kemudian.

“Oke” Angguk Alina “Dulu gua pernah bilang sama lo, kalau gua gak suka lihat lo mancing keributan atau buat onar kan ?” Alina membungkus tangan Antonio dengan kalin kasa. “Tapi sekarang, lo hampir buat anak orang mati. Antonio !” menatap tajam Antonio setelah berhasil mengikat kain kasa itu dengan rapi.

“Sorry...” gumam Antonio pelan.

Alina masih menatap Antonio yang sekarang menundukan kepala. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa kesal saat Antonio mengingkari janjinya dulu.

“Ikut gua..” ucap Alina dingin, berjalan lebih dulu meninggalkan Antonio yang masih berdiam diri di tempat.

***

Alina pov.

Aku membuka mataku saat merasakan kehadiran seseorang dari balik tubuhku. membenarkan letak rambutku lalu menatap kedepan.

Pagi ini angin sedikit kencang, membuat ku sedikit mengigil. Ditambah suasana taman yang terlihat sangat sepi tanpa ada satu orang pun berlalu lalang, karena mata pelajaran pertama sudah berlangsung dan aku memutuskan untuk membolos sekarang.

Seketika bayangan-bayangan tentang kenangan aku dan Renanta berkelebat hingga membuatku merasakan rindu yang menyesakkan dada ini. Membuatku harus menahan air mata yang ingin menyeruak keluar agar tidak keluar walaupun setetes.

"Merindukannya?" Tanya Antonio.

Aku menyipitkan mataku dan menatapnya bingung. Apa yang Antonio maksud?

"orang di masa lalu mu." Ucapnya singkat. BAGAIMANA DIA BISA TAU?!

"Siapa lo sebenarnya?" Tanyaku dingin.

"Antonio siapa lagi." Jawabnya datar.

"SIAPA?! Dan apa hubungan lo sama RENATA!”  menatap tajam mata Antonio.

Antonio menatap balik mataku. Wajahnya tiba-tiba pucat. Sepersekian detik kemudia pandangan matanya beralih entah kemana seakan engan menatap mataku lagi.

“Jawab... !!” teriakku menguncang pundak Antonio.

“Al... Alina lo?”

“Gua kenapa? Jawab brengsek ... !”

"Jangan buat gua binging. Kumohon. Apa ada hubungannya sama Renanta?" Tanyaku lirih. Air mataku mulai menetes perlahan. Antonio menatapku sendu. Tiba-tiba Antonio memelukku. Pelukannya terasa hangat dan familiar untukku.

"Jangan nangis, Jelek." Tubuhku menegang karna dia memanggilku dengan panggilan yang sama seperti Renanta.

Aku frustasi. Aku bingung. Siapa orang yang berada di pelukan ku ini? Kenapa rasanya sama seperti dekapan yang sering Renata beri dulu.

Tangis ku berubah menjadi isakkan yang memilukkan bagiku. Aku benci menangis tapi aku selalu ingin menangis. Itu semua karna Renanta! Dia yang membuatku menangis karna dia meninggalkanku tanpa berpamitan sama sekali. Itu yang membuat ku selalu sedih. Dia tiba-tiba menghilang dari kehidupanku sejak kecelakaan 3 tahun yang lalu dan lebih sialnya lagi aku mengalami Amnesia dan membiarkan sahabat sekaligus cinta terlarang ku pergi.

~...~

“Kenapa lo lerai pertengkaran tadi... biar saja si muka dua itu bunuh Aldi sekalian. Biar dia di penjara, tanpa kita harus bersusah payah mengotori tangan kita lagi”

“Otak lo di mana, kalo gua biarin itu. Mereka akan curiga. Kenapa gua yang bisa di bilang dekat dengan dia. Ngebiarin sahabatnya mukulin orang sampai mampus”

“Ah... brengsek. Ditambah Alina makin perduli sama muka dua itu”

“Tenang. Kita masih punya banyak cara buat hancurin dia, dan lo bisa dapetin apa yang seharusnya milik lo. Tapi gua takut saat Alina udah mengingat masa lalunya, yang tentu saja bikin kita terancam”

“Itu gak akan terjadi. Dan Alina gak boleh sampai ingat masa lalunya”

*

*

*


tobecototo.................



MY BOYFRIEND IS A GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang