MBIAG -3-

8.3K 610 15
                                    

“Alin mau pesen apa.....”

“.........”

“Alina!”

Seketika aku tersentak dari lamunan ku saat ku rasa sebuah jari mencubit lengan kiriku pelan. Maura, Mega, dan Indah menatap ku penuh tanda tanya.

“Alina... kamu sakit. Di tanya malah bengong aja” ucap Mega.

“Ah, apa girl. Sorry.....”

“Mau pesen apa. Alina Elsabhet”

“Samain aja”

“Kamu kenapa sih Lin. Gak kaya biasanya, ada masalah? Cerita sama kita-kita, jangan di pendem sendiri” ucap Indah.

“Iya lin. Kamu bikin kita khawatir” sahut Maura.

“Girls, aku gak papa. Ini karena laper aja” ucapku meyakinkan mereka semua.

“Oke, terserah padamu saja Lin” ucap Mega.

Sekarang kami sedang berada di kantin, setelah pagi tadi aku di suguhkan dengan pemandangan yang cukup mengejutkan dan langka. Dimana pagi ini seorang yang terkenal nerd dan bisa di sebut culun mendadan berubah menjadi sesosok prince tampan dengan sejuta kejutan yang ia miliki.

Sebetulnya aku tak begitu mengenalinya, karena memang dua kelas kemaren kita tidak satu kelas atau bercakap ramah satu sama lain. Aku hanya mendengar dari beberapa murid jika ia sering di bully oleh dimas dan beberapa anak lain karena tingkahnya yang nerd itu. Bahkan aku sangat terkejut jika ia menaruh hati padaku dan menjadi bulan-bulanan seisi sekolah.

Tadi saat tidak sengaja tatapan kami bertemu, entah mengapa aku merasa ada sesuatu dalam dirinya yang begitu dekat denganku. Seakan dia adalah seseorang yang selama ini aku tunggu dan cari. Tapi entahlah, saat aku ingin mengingatnya tiba-tiba kepalaku merasa sakit. Banyak sekali potongan-potongan gambar hitam putih yang melayang layang di atas kepalaku yang mengakibatkan kepalaku seperti di hujami paku. Begitu sakit dan menusuk.

“OMG.... lihat itu” ucap Maura menyengol lenganku pelan.

Aku yang merasa penasaran menolehkan kepalaku kearah dimana Maura menunjuk tadi. Demi tuhan aku tidak pernah melihat pemandangan ini sebelumnya. Disana di ujung pojok kantin aku melihat sosok orang yang hari ini membuat keributan seantero sekolah sedang duduk tak nyaman dan terkesan tak suka menghadap kearah seorang wanita yang berada di depannya kini.
Alfiani Hendraba salah satu wanita yang terkenal troble maker setelah Dimas. Disana Alfiani ditemani dua dayang-dayang bodohnya tengah duduk di depan meja yang di duduki Antonio dan Bagas.

Yang aku tau Alfiani wanita ular itu sering kali membully Antonio dan tak segan-segan mempermalukan Antonio. Bahkan terakhir kali aku dengar Alfiani dan juga Dimas pernah mengunci Antonio di toilet cowok selama seharian penuh. Tapi apa yang aku lihat sekarang, dengan terang-terangan Alfiani menunjukan ketertarikannya pada orang yang selama ini di bullynya?

“Dadar jalang....” ucap Mega menatap tak suka kearah Alfiani.

“Iya, nenek lampir itu bertingkah seakan-akan tak pernah mempunyai dosa. Sungguh menjijikan....” ucap Maura mengiyakan ucapan Mega.

“Gua juga heran deh, setelah apa yang di buatnya dulu. Si jalang itu bertingkah seolah seperti tak terjadi apa-apa....” geleng Indah menatap tak suka kearah Alfiani yang sekarang dengan centilnya tengah mencari perhatian Antonio.

“Udah lah girl, itu urusan mereka. Bukan urusan kita” ucap ku memainkan semangkok bakso yang berada di depanku kini.

Akhirnya kami menikmati semangkok bakso yang sudah tersaji di depan kami dengan tenang dan damai. Tidak ada lagi percakapan yang membahas antara Alfiani ataupun Antonio.

Sampai ketenangan kami terusik karena kehadiran seseorang yang begitu sangat aku benci dan hindari di sekolahan ini.

“Hay, Alina....”

“..........”

“Boleh duduk di sini gak” ucapnya lagi karena tak mendapat respon dariku.

“Sorry, kursinya udah ada yang punya” ucap ku jutek.

“Oke baiklah, aku akan berdiri saja kalau begitu”

“Lebih baik lo pergi dari sini!, lo bikin ancur mood makan gua” ucap ku membanting garpu setelah itu menatap tajam kearah lelaki yang berdiri di depanku kini.

“Dan sanpai kapan kamu giniin aku Lin, aku tau aku salah. Dan aku minta maaf soal itu, aku bener-bener khilaf”
“Hahahha. Mungkin aku dulu bodoh karena percaya sama kamu! Tapi sekarang jangan harap. Aku sudah mengubur jauh-jauh namanu dari seseorang yang sepecial di hati ku. Karena kamu tak ubahnya seperti laki-laki menjijikan yang kurang kasih sayang. MARVEL ARDIGA !!” teriak ku kears di depan wajah Marvel yang sekarang tengah menatap marah kearah ku.

“Girl, aku ke kelas dulu ya. Aku udah gak mood makan setelah seekor lalat merusak mood makan ku ” mata ku tetap mengarah tajam kearah Marvel dan beranjak pergi dari meja.

Samar-samar aku mendengar teriakan Maura, Indah dan juga Mega. Karena mood ku benar-benar rusak tanpa niat membalikan badan lagi aku terus berjalan keluar dari area kantin. Bisik-bisik begitu jelas dari mulut beberapa penghuni kantin. Tapi aku benar-benar tak perduli, biarkan mereka berkata apa tentang ku yang jelas aku sekarang harus segera menuju toilet sebelum tangis sialan ini keluar dari pelupak mataku.
Alina pov end.

***

Author pov.

Alina berjalan dengan malas menuju kelas, setelah menumpahkan tangis didalam toilet beberapa menit lalu. Mau tak mau Alina harus kembali ke kelas kerena mata pelajaran selanjutnya sudah menunggunya. Kepalanya terus menunduk kebawah, berusaha menyembunyikan mata sembabnya.

Alina terus berjalan menaiki tangga menuju kelasnya yang terletak di lantai tiga. Karena ia berjalan dengn menundukan kepala membuatnya tak begitu focus dengan keadaan sekitarnya.

“Maaf-maaf aku gak sengaja” ucap Alina meminta maaf saat tak sengaja menabrak seseorang.

“Makannya kalau jalan itu pakek mata! Punya mata itu di pakek bukan di buat pajangan aja!” tajam dan menusuk beberapa kalimat itu langsung membuat Alina mendongakan matanya menatap siapa gerangan orang yang mengeluarkan kata-kata pedas tersebut.

Dengan berang di dorongnya pundak seseorang yang beberapa detik lalu ia tabrak. “Gua udah minta maaf ya, gak seharusnya lo bicara kasar gitu”

“dan gua ngomong jujur. Terus apa salahnya di sini” jawab Antinio santai dengan memasukan kedua tangannya di sisi kantong celana yang di pakainya.

“Dasar cowok gila, minggir lo...” sebuah dorongan dari Alina membuat tubuh Antonio tersudut di dinding.

Dengan langkah yang sengaja di hentak-hentakan Alina menaiki tangga dan meninggalkan Antonio di ujung tangga. Sesekali Alina menatap kearah Antonio yang sekarang tengah bersandar di dinding dengan tangan yang masih sama di masing-masing sisi celananya. Tapi tidak dengan tatapannya yang begitu menjengkelkan bagi Alina.

Tanpa Alina sadari sebuah senyum tipis menghantar setiap langkahnya yang terus berjalan menaiki tangga.

Sesampainya di dalam kelas dengan kesal Alina mendudukan pantatnya di kursi miliknya. Kedatangannya yang tiba-tiba dengan wajah yang di tekuk dan mata sembab seketika membuat ketiga temannya herah dan saling pandang satu sama lain.

Belum sempat salah satu dari mereka menanyakan perihal apa yang terjadi pada Alina, tiba-tiba guru yang mengajar di kelas mereka datang. Yang membuat segerombolan siswi yang tadi tengah bergosip mau tak mau membubarkan diri.

“kenapa tu si Alina” bisik Mega kepada Maura.

“Entah.... “ ucap Maura mengangkat pundak.

Tak berselang lama setelah sang guru mendudukan pantat di kursi. Suara ketokan pintu terdengar dari luar.

“Maaf kami terlambat....”

“Kebiasaan...” cicit sang guru memandang tak suka kearah dua siswa yang masih berdiri di luar pintu. “Cepat masuk, saya akan segera memulai pelajaran” tanpa di perintah untuk kedua kalinya Antonio dan Bagas segera berjalan menuju meja masing-masing.

Sesaat Antonio melirik kearah dimana Alina duduk. Dilihatnya Alina tengah mencoret-coret kertas kosong dengan pandangan kosong mengarah kearah coretannya.

Pandangan Antonio masih fokus kearah Alina, tanpa ia sadari sepasang kaki menjulur kearahnya dan mengakibatkan ia tersandung dan jatuh tepat di depan meja Alina. Sontak seisi kelas langsung menertawakan kekonyolannya barusan. Tak terkecuali Bagas yang berada di depannya tepat.

“Hahaha, konyol” gumam Bagas melihat Antinio yang bersimpu di atas lantai.

Entah ini rejeki atau apa, karena posisi Antinio jatuh tepat di depan Alina tanpa sengaja ia melihat sepasang kaki mulus tercetak jelas di depan matanya.

“Astaga...” gumam Antonio pelan.

Alina yang melihat arah dimana mata Antonio tertuju dengan refleks langsung menampar pipi kanan Antonio. Membuat seisi kelas seketika menghentikan tawa mereka dan menatap heran kearah sumber suara tamparan tersebut. Antonio yang barusan di tampar dengan cepat langsung berdiri dari jongkoknya mengelus bekas tamparan Alina yang nyatanya begitu perih.

“Lin” “Alina” “Al” ucap Mega, Indah, dan juga Maura bersamaan dibarengi dengan wajah terkejut.

“Dasar, laki laki mata kranjang !!” teriak Alina menatap Antonio marah.
“Apa? ini gak se...”

“Antonio, Alina duduk sekarang! pelajaran akan saya mulai”

Tatapan mereka masih menyatu, saling memandang dengan masing-masing raut wajah yang berbeda dan tentunya hanya mereka yang tau apa isi hati mereka.

“Alina! Antonio! Jika kalian tak duduk sekarang kalian akan saya usir dari kelas saya!” sebuah teriakan mengema memenuhi seisi kelas. Membuat Antonio dan Alina memutuskan pandangan mereka.

“Gua akan bikin perhitungan sama lo. Cowok freak” gumam Alina pelan namun terkesan tajam dan menusuk.

Antonio hanya diam menangapi perkataan Alina barusan. Dengan masih memegangi bekas tamparan pada pipi kanannya, Antonio berjalan menuju Mejanya yang terletak paling pojok sendiri.

“Buat salah apa lo, sampai kena tamparan Alina” bisik Bagas menyambut Antonio yang baru saja duduk di kursinya.

“.........”

“Woy, diajak bicara malah ngalamun. Dasar aneh” gumam Bagas saat tak mendapati sahutan dari Antonio.

Antonio menyandarkan sepenuh tubuhnya kearah sandaran kursi, tatapannya sekarang tengah menatap penuh belakang punggung Alina. Perasaan bersalah tiba-tiba menyelimuti dirinya.

Author pov end.

***










tobecu.....













MY BOYFRIEND IS A GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang