MBIAG -13-

5K 422 6
                                    

Plakkk

Plakkk

Tamparan keras mendarat sempurna di pipi putih Antonio. Membuat pipi putih itu seketika langsung memerah mengecap telapak tangan orang yang baru saja menamparnya.

“Alina” lirih Antonio menundukan kepala dibarengi dengan setetes air bening membasahi pipi bekas tamparan Alina tadi. Bukan tamparan dari Alina yang membua air mata Antonio lolos begutu saja, tapi rasa sakit di hatinya yang membuat air mata itu jatuh.

“Gua udah bilang gua gak suka lo sentuh apa lagi lo pegang. Tapi ini malah se enaknya cium gua di depan umum. Memang brengsek lo ya, cari kesempatan dalam kesempatan!!” Amarah Alina sekarang benar-benar memuncak, menatap Antonio tajam dan sirat akan kebencian di dalamnya.

Antonio masih menundukan kepala. Dia benar-benar hancur sekarang bahkan orang yang sangat di cintainya pun sekarang sangat membencinya dan memandangnya jijik.

“Kenapa! Kenapa lo diem. Emang betul kan lo brengsek! Gua kira lo laki-laki baik dan gak kaya laki-laki lainnya. tapi nyatanya lo sama aja, sama brengseknya !” Alina mendorong keras bahu Antonio membuat tubuh Antonio mundur beberapa langkah ke belakang.

Tatapan tajam Alina beradu pandang dengan tatapan sayu milik Antonio. Membuat dua sejoli itu sekarang beradu pandang dengan fikiran mereka masing-masing.

“Udah marahnya...?” ucap Antonio menatap datar Alina berusaha menutupi pedih di hatinya.

“Ayo pulang, sepertinya lo mabuk” ucap Antonio berusaha menarik lengan Alina.

“Yak..! jangan sentuh gua seenak jidat lo!!” teriak Alina menepis lengan Antonio kasar.

Antonio masih tetap menatap datar Alina. Bukan. Bukan tatapan datar yang terkesan tajam, tapi tatapan datar yang menyiratkan penuh harap dan belaskasihan.

Berjalan beberapa langkah kedepan mengikis jarak antara dirinya dan Alina, detik berikutnya memeluk tubuh ramping Alina dengan sekali hentak membuat Alina dengan sepontan memekik kaget dan memukul mukul pundak Antonio brutal.

“Lepasin gua brengsek!!” maki Alina dengan kedua tangannya masih tetap memukul-mukul pundak Antonio.

“Ada Jovan sama Marvel” bisik Antonio pelan. Membuat Alina dengan perlahan menghentikan pukulan brutalnya pada pundak Antonio.

Antonio mendorong pundak Alina pelan. Menatap lekat mata wanita yang baru saja ia peluk barusan. “Maaf, aku gak bermaksud buat lecehin ataupun cari kesempatan seperti apa yang kamu bilang tadi. Aku cuma mau nolongin kamu aja” Bungkam. Alina diam terpaku di tempatnya menatap diam kearah Antonio yang sekarang juga menatap dirinya. Bedanya tatapan Antonio sangat tulus dan teduh dimata Alina.

“Alina...” teriak Indah sedikit berlari kearah Alina dan Antonio.

Indah menatap sekilas pada Antonio sebelum pandangan matanya tertuju kembali pada Alina.

“Kamu gak papa? Aku tadi denger teriakan kamu. Aku kira kamu kenapa-kenapa” ucap Indah khawatir.

“Aku gak papa. Aku cuma kesel aja sama manusia freak ini” ucap Alina menatap tajam kearah Antonio.

Indah juga ikut melirik kearah Antonio “Yaudah sih, jangan berantem terus lama-lama jadi cinta lho”

“Apa? Gak, itu akan jadi mimpi buruk” timpal Alina mengelengkan kepala.

“Gua seneng kalo lo bilang gitu” Antonio berucap datar melepas jaket yang sejak tadi ia pakai. “Ini pakai udara malam gak baik untuk kesehatan” menyerahkan jaket yang ia pegang pada Alina.

“Gak perlu...” tolak Alina.

“Jangan keras kepala Alina” ucap Antonio pelan menatap datar Alina.

“Lo maksa...”

“Iya, gua maksa”

“Gua gak mau..”

“Harus mau...”

“Antonio, Alina stop! Kalian ini ya benar-benar”

“Ndah yuk, biarin aja cowok freak ini. Males aku ngladeninya” ucap Alina menarik lengan Indah.

“Eh bentar....” cegah Antonio.

“Apa lagi...” ucap Alina malas menoleh kearah Antonio.

Antonio mengengam jari-jemari Alina “Yuk...” ucap Antonio sedekit menarik Alina karena masih diam di tempat.

“Anto...”

“Jangan teriak. Dua babi hutan ada di sana..” ucap Antonio santai, dengan masih tetap mengengam tangan Alina.

Alina menatap kearah Jovan dan Marvel yang sekarang berdiri di depan pintu masuk bar dengan beberapa teman yang tentunya Alina kenal.

“Indah...”

“Apa....”

“Aku pulang aja deh. Udah gak mood” Alina melepas gengaman tangan Antonio sedikit kasar.

“Serius... “

“Iya..”

“Tapi Maura sama Mega....”

“Bilangin aku pulang gitu. Males lama-lama lihat wajah orang idiot...” Alina melirik sinis kearah Antonio yang tepat berada di sampingnya.

Dengan santainya Antonio bersidekap menatap datar kearah Alina dan Indah. Dirinya sama sekali tak tergangu dengan perkataan Alina barusan. Pandangan matanya menatap tajam kearah beberapa orang yang menonton di depan pintu bar. Disana juga ada Jovan dan Marvel yang juga sama menatap tajam kearahnya.

Antonio menyungingkan senyum samar saat Jovan secara terang-terangan menunjukan jari tengah miliknya pada dirinya. Perlahan Antonio mengengam jemari tangan Alina kembali. Dengan arah pandang yang masih tetap mengarah pada segerombolan orang yang menatap padanya, Antonio dengan santainya menarik tangan Alina dan menciumnya sekilas.

“Apa yang .... !!”

“Jangan berteriak, kita masih jadi pusat tontonan sekarang...” ucap Antonio santai sedikit memberi kedipan nakal pada Alina.

“Fuck you...” desis Alina pelan menatap tajam Antonio yang masih memperlihatkan cengiran bodoh miliknya.

“Too....” kedip Antonio dan memakekan jaket kulit miliknya pada tubuh Alina.

“Sial. Lo bener-bener nguji kesabaran gua, dasar cowok freak....”

“Lin stop! aku pusing lihat kalian berantem terus” Indah menatap Alina dengan gestur wajah memohon.

“Sorry Indah. Semua ini gara-gara dia..” tunjuk Alina pada Antonio.

“Kok gua sih? Gua kan cuma jalanin tugas aja” Antonio menatap Alina, ia tak terima dengan tuduhan Alina barusan yang nyatanya memang benar adanya.

“Jadi menurut lo gua gitu? Helo mr.freak lo yang selalu cari kesempatan saat...”

“Alina. Antonio... kalian ini ya, bisa gak sehari aja gak berantem?” ucap Indah menatap datar kearah Alina dan Antonio.

“Gak capek apa berantem terus? Aku aja yang lihat capek. Kalian kalau berantem terus bisa jadi jodoh lho”

“Engak mungkin..” ucap Alina sepontan menatap Antonio bengis.

Secara perlahan Antonio melepas gengaman tangannya pada tangan Alina. Pandangan matanya kosong mengarah kedepan, ucapan Alina tiba-tiba seperti angin lalu pada pendengarannya. Jantungnya berdetak dua kali lebih kencang, perlahan Antonio mulai melangkah kan kakinya mundur, nafasnya mulai tersengal-sengal dengan pandangan matanya yang mulai buram. Dengan sisa kesadaran yang masih ia miliki Antonio mulai berjalan menuju dimana ia memarkirkan mobil miliknya.

Tingkah Antonio barusan membuat dua gadis cantik itu sedikit herah dan bingung menatap kearah Antonio yang terus berjalan meningalkan mereka dengan langkah tak beraturan dan terkesan terburu-buru.

“Ada apa dengannya?” ucap Indah yang terus melihat kearah Antonio yang sekarang sudah masuk kedalam mobil.

“Ndah. Aku pulang ya...” ucap Alina dan dengan langkah lebar menyusul Antonio.

Indah tak menyahuti perkataan Alina, ia juga sama di buat terkejut dengan tingkah Alina yang tiba-tiba menjadi peduli “Dasar pasangan aneh” gumam Indah berjalan meningalkan area parkir dan masuk kembali kedalam bar.

“Antonio” ucap Anlina kaget saat melihat kondisi Antonio yang kacau “ Lo kenapa?” Alina duduk di samping kemudi mencoba menenangkan Antonio yang terus mengacak-acak isi dalam tas miliknya dengan nafas yang mulai berat dan tersengal-sengal.

Inhaler aku dimana Lin? Tolong..” ucap Antonio lirih sesekali menekan dada sebelah kiri miliknya dan terus mengacak-acak isi dalam tasnya. Mencari tabung kecil yang membuatnya seakan akan hendak mati detik itu juga.

“Antonio tenang. Aku akan bantu” ucap Alina mengambil alih tas yang sendari tadi Antonio bongkar.

“Al...” ucap Antonio berusaha mengambil nafas dari hidung dan mulutnya.

Alina menatap khawatir kearah Antonio, entah kenapa perasaan khawatir dalam dirinya tiba-tiba muncul.

Setelah mencari cukup lama akhirnya Alina mendapat apa yang ia cari. Tak berselang lama ia segera mengambilnya dan mengarahkannya kemulut Antonio.

Alina bernafas lega saat Keadaanya Antonio mulai cooling down. Antonio bernafas nomal. Ia mulai bisa mengendalikan tubuhnya. Alina membantu Antonio untuk membetulkan posisi duduknya. Raut wajah Antonio yang tadi sempat tegang kini perlahan berubah menjadi tenang.

“Lo baik-baik aja kan ?” tanya Alina sambil memperhatikan Antonio yang sudah mulai stabil.

“Thanks, gua baik-baik aja” ucap Antonio lirih.

“Mau ke dokter ?” tawar Alina tulus.

“No, thanks. Gua udah mendingan” geleng Antonio pelan menyandarkan kepalanya kesandaran kursi.

“Oke” ucap Alina “Ini jaket lo sepertinya lo lebih butuh dari pada gua” Alina melepas Jaket yang tadi Antonio pasang pada tubuhnya.

“Gak perlu, gua udah gak papa” Antonio mencegah pergerakan tangan Alina saat hendak melepas jaket miliknya.

“Tapi....”

“Pakek aja. Sekarang gua akan antar lo pulang”

“No! Gua bisa pulang sendiri”

“Ini tanda terimakasih gua karena lo udah nylamatin nyawa gua tadi...”

“Santai aja. Itu gunanya teman”

“Jadi kita temenan sekarang?” tanya Antonio menatap lekat mata Alina.

“Engak..” geleng Alina.

“Lha tadi lo bilang...”

“Angap aja gua gak pernah bilang gitu” ucap Alina membuka pintu mobil.

“Eh tunggu..” cegah Antonio. Menutup kembali pintu mobil yang Alina buka.

“Kenapa lagi !” Alina bersidekap dan menatap datar kearah Antonio.

“Gua antar pulang...”

“Gak perlu! Gua bisa pulang sendiri”

“Please, kali ini aja ya ?” mohon Antonio.

Alina menatap datar kearah Antonio yang tengah menyatukan kedua jemarinya membentuk tanda memohon “Oke” ucap Alina akhirnya. Menerima tawaran dari Antonio.

Semburat senyum jelas kentara dari wajah Antonio, meskipun samar tapi siapapun orang yang melihatnya pasti akan mengatakan hal yang sama. Pria ini sedang bahagia.

Didalam mobil tidak ada satupun percakapan yang keluar dari bibir mereka. Hening, sunyi dan cengung itulah gambaran yang terjadi pada dua sejoli itu. Antonio terus fokus dengan kemudinya sedangkan Alina sibuk memandang malam lewat jendela dengan segala pemikiran yang ada di dalam benaknya.

“Jadi dimana rumah lo?” ucap Antonio memulai percakapan.

“Jalan kenanga no 34” jawab Alina singkat.

“ok”

Setelah percakapan singkat barusan keadaan dalam mobil sekarang benar benar sunyi dan hening. Tidak ada percakapan lagi sampai Antonio menghentikan laju mobilnya tepat di depan rumah yang dulu sering ia kunjungi saat pulang sekolah, rumah yang dulu sering ia jadikan rumah kedua saat ia merasa kesepian atau bosan. Keadaannya masih sama, persis seperti dulu, 3 tahun lalu.

“Thanks” ucap Alina membuyarkan lamunan Antonio.

“iya” angguk Antonio membiarkan Alina turun dari dalam mobil.

“Alina” Alina menghentikan aktifitasnya yang sedang membuka pintu pagar gerbang rumahnya. Menoleh kebelakan menatap kearah Antonio.

“Terimakasih” ucap Antonio tak lupa memberi senyum terbaik miliknya. setelah itu melajukan mobilnya meningalkan rumah penuh kenangan yang dulu sering ia habiskan di rumah itu.

Alina menatap kepergian Antonio dengan wajah bingung “Aneh” gumam Alina setelah itu masuk kedalam rumah.

***

“Dek bangun, katanya mau joging” Egi terus mencoba membangunkan Alina. Namun sudah 10 menit berlalu Alina tak kunjung beranjak dari atas kasurnya.

“Memang putri tidur..” guman Egi berdecak pingang menatap Alina gemas.

“kakak hitung sampai tiga kalau gak bangun kakak akan gelitikin kamu. Satu....dua..” Egi mulai berhitung saat memasuki angka tiga Alina membuka kelopak mata dan memberi cengiran khas miliknya pada Egi.

“Pagi kak Egi ganteng...” ucap Alina langsung memeluk tubuh Egi sayang.

“udah tidurnya? yuk buruan, kasian kak Jilly udah nunggu lama di bawah” Egi melepas pelukan Alina mendorong tubuh sang adik pelan agar segera beranjak dari atas kasur dan segera masuk kedalam kamar mandi.

“Eh.... kak Jilly jadi ikut kak?” Alina turun dari ranjang, mengambil duduk di tepian ranjang.

“Iya jadi. Buruan dek, kakak tunggu di bawah” Egi membuka pintu kamar dan segera keluar dari kamar Alina.

“Siap bos..” teriak Alina dari dalam kamar.

Beberapa saat kemudia Alina turun dari kamar menuju ruang tamu yang sudah terdapat Jilly dan Egi di sana. Mereka sedang asyik dengan dunia mereka sendiri, sampai-sampai tidak menyadari jika Alina sudah berdiri tepat di depan mereka.

“Kak Egi! Astaga mata aku tercemar” teriak Alina sebal saat melihat kakaknya yang hendak mencium bibir Jilly.

“Eh adek kakak yang cantik udah selesai. Yuk keburu panas” Egi beranjak dari duduknya membantu Jilly berdiri dari duduknya.

“Ih kak Egi minggir! Kak Jilly sama aku aja” Alina mengeser tubuh Egi sedikit menjauh dari Jilly setelah itu Alina mengandeg tangan Jilly dan menarik tangan Jilly menuju pintu rumah.

“Dek! pacar kakak itu, mau di bawa kenama ?” teriak Egi saat mendapati tubuh Alina dan Jilly sudah menghilang dari pandangannya.

“Kak Egi buruan? Keburu panas” teriak Alina dari luar rumah.

“Haish, dasar adek durhaka..” gumam Egi menyusul dua gadis yang sekarang sudah duduk cantik di dalam mobil sport miliknya.

“Sayang duduk depan? Masak kamu tega biarin aku jadi supir” rengek Egi manja saat sudah duduk di kursi kemudi.

“Engak.. !” tolak Alina melepas paksa gengaman tangan Egi pada tangan Jilly.

“Eh, tapi kan dia pacar kakak...”

“Bukan! Kak Jilly kakak aku....”

“Lha terus aku siap.. “ tunjuk Egi pada dirinya sendiri.

“Kamu kan supirnya kita...” ucap Jilly membuka suara setelah ia sejak tadi hanya diam melihat perdebatan kakak adik itu berlangsung.

“Dua lawan satu. Baiklah kalian menang...” ucap Egi pasrah.

“I love you” bisik Jilly tepat di telinga Egi setelah itu mencium pipi  Egi kilat.
“Haish, drama “ ucap Alina sebal memutar kedua bolamatanya jengah.

“Makanya punya pacar, masak cantik-cantik jomblo” ejek Egi pada Alina setelah itu mengacak rambut Alina asal.

“Kak Egi ih. Kak Jilly kak Egi...” adu Alina pada Jilly.

“Sayang, jangan di gituin adek kamu kasian...” Jilly memperingati setelah itu memelototkan matanya kearah Egi.

“dasar tukang ngadu” cibir Egi.

“Biarin, siapa suruh kakak nyebelin” ucap Alina bergelanyut manja pada tubuh Jilly.

“Sayang buruan nyalain mobilnya. Keburu panas” ucap Jilly memberi perintah.

“Siap ratu...” ucap Egi memberi hormat, setelah itu segera mengalihkan pandangannya menuju depan dan menyalakn mesin mobil.






*

Tubetotot..............

-Sorry lama, maklum kadang otak saya mines kalau gak punya uang- 😂😁😂😁











































MY BOYFRIEND IS A GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang