MBIAG #22

6K 471 48
                                    

Tak mudah tuk melepas bayangmu
Kau yang pertama mengisi relung hatiku
Tak mudah tuk melepas rasa ini
Tapi ku sadari diriku tak berarti

Berlari dan terus ku berlari
Hingga rasa ini pergi

Apa yang harus ku lakukan untuk melepaskanmu
Sampai mati kan ku coba, aku tak bisa
Apa yang harus ku lakukan untuk menghapuskanmu
Yang terukir di hatiku

Pernah ku berpikir semua salahku
Kau pergi karna kebodohan ku
Namun akhirnya aku mengerti
Yang kau miliki bukan cinta sejati

Ku kira kita kan berdua selamanya
Tak ku duga takdir berkata lain

Kau yang terukir dalam hatiku
Tak mungkin ku hapuskan

°°°°°

Antonio pov.

Aku merasa kepalaku cukup berat, perlahan aku membuka mata. Kepalaku terasa berat kelopak mata juga tak bisa terbuka. Sangat sulit. Aku mencium aroma yang sangat asing dalam indra penciuman ku.

Merasa penasaran aku membuka mataku lebih lebar dan menatap langit - langit kamar yang berwarna putih, aku ini sedang dimana? Seingatku aku sedang duduk di bar, menikmati betapa mirisnya hidupku.

"Hay.... kamu sudah bangun?" aku menoleh kearah sumber suara. Seorang wanita cantik tersenyum kearahku. Dia mengenakan kaos putih ketat di tambah hotpans yang kurasa tak cukup mampu menutupi separoh paha putih miliknya itu.

"Minum dulu, atau mau makan sesuatu? Ada yang sakit?" tanyanya

Aku menggeleng lemah, ingin bertanya tapi aku serasa tak punya kekuatan untuk bertanya. Ada apa denganku? Kenapa aku disini? Dan kenapa bisa aku dengan wanita ini?

"kamu semalem mabuk berat, dan aku tak tau rumah mu. Jadi kuputuskan untuk membawa mu ke apartemant ku.”

Aku mengerang memegangi kepalaku yang berasa nyut-nyutan. Berusaha mengeser tubuhku untuk mengambil duduk. Pandangan mataku tepat menatap iris mata wanita di depanku kini. Entah kenapa aku mersa sedikit aneh dengan senyum yang ia tunjukan padaku barusan. Aku mengelengkan kepala berusaha menghilngkan fikiran kotor pada otakku.

“Hay, kok ngalamun. Kamu kenpa? Kamu baik-baik aja kan?

Aku hanya mengangguk - angguk lemah, tetap tidak bisa berbicara apapun. Entahlah rasanya suaraku tersendat di tenggorokanku.

“Ini minum dulu” ucapnya mengulurkan segelas air minum dengan sebutir obat kearah ku.

Tanpa berfikir dua kali ku terima uluran tangannya dan segera meneguk obat yang ia beri barusan.

“Thankas” ucapku sedikit menyungingkan senyum.

Ia mengambil alih gelas yang masih tersisa separoh air yang baru saja ku minum barusan. Menaruhnya di atas nakas lalu mengambil duduk tepat di samping kaki ku, lurus kedepan menghadap luar jendela.

Kami terdiam cukup lama, tak ada sepatah katapun yang kelur dari mulut ku ataupun dia.

Pagi ini cuaca sedikit tak bersahabat, terlihat mendung di luar sana. Seperti hatiku yang berkabut memikirkan kisah ku dengan cinta ku. Aku menghembuskan nafas panjang, memejamkan mata perlahan lalu mengambil duduk tepat di sampingnya, tak lagi bersandar pada kepala ranjang. Sekarang aku ikut-ikutan memandang keluar jendela seperti apa yang wanita di sampingku ini lakukan.

“Mendung” ucap ku memulai percakapan.

“Iya” jawabnya singkat.

“Makasih udah mau nolongin gua”

“No problem”

“Renata” ucap ku mengulurkan tangan.

Serta merta aku lihat wajah terkejut darinya. Memandang ku dari atas sampai bawah dengan mimik wajah yang tidak bisa di artikan.

Aku menyungingkan senyum melihat ekspresinya. Wajar jika ia terkejut melihat penampilanku seperti ini tapi memperkenalkn diri dengan nama wanita.

“Kenapa, Aneh?” ucap ku se biasa kungkin. Menyungingkan senyum simpul kearahnya.

“Tapi, semalam... Antonio ?” ucapnya ragu.

“Itu hanya nama samaran. Dan gua cewek bukan cowok” ucapku datar.

Kulihat wanita di sampingku ini membelalakan mata tak percaya, menatapku dengan penuh ke tidak percayaan, saat mengetahui fakta yang sebenarnya tentang apa yang baru saja ia lihat dan dengar barusan.

Setelah sekian lama sunyi, akhirnya ia membuka suara kembali.

“Jessica..” ucapnya menerima uluran tanganku.

.
.
.
.

Author pov.

Bu Indri dengan semangat 45 nya yang tidak pernah pudar menjelaskan dengan menggebu-gebu sejarah kedatangan VOC ke Indonesia. Menuliskan beberapa tanggal, bulan, dan tahun bersejarah yang sebenarnya tidak dianggap penting oleh siswa-siswi di ruangan tersebut.

Terutama oleh seorang gadis cantik bernama Alina Elsabhet. Gadis cantik itu sedari tadi diam dengan pandangan kosong. Sama sekali tidak memperhatikan apalagi mendengarkan penjelasan Bu Indri di depan kelas.

Setelah menghela nafas kasar Alina bangkit dari duduknya. Membuat seluruh perhatian beralih tertuju padanya, tak terkecuali dengan ocehan panjang Bu Indri yang juga ikut berhenti.

"Ada apa, Alina?" tanya guru paruh baya tersebut sembari menunjuk Alina dengan spidol.

"Saja izin ke kamar kecil, Bu" kata Alina sesopan mungkin.

Bu Indri tampak mengangguk dan mempersilahkan Alina untuk keluar. Namun, ketika ia hendak melanjutkan penjelasannya. Seseorang mengangkat tangan dan berdiri dari duduknya.

"Kamu? Alfiani? Ada apa?" tanya Bu Indri kepada orang yang mengangkat tangan tadi.

"Anu, Bu. Saya juga mau izin ke kamar kecil"

Bisa dilihat Bu Indri menghembuskan nafas kasar karena waktu mengajarnya jadi terpotong. Tetapi pada akhirnya wanita paruh baya itu tetap mengangguk dan mempersilahkan Alfiani.

Dengan sebuah senyum penuh makna, Alfiani mengikuti langkah Alina menuju toilet. Kemudian diam bersandar di daun pintu ketika Alina masuk ke dalam salah satu bilik toilet.

Tak lama Alina keluar setelah menuntaskan urusannya. Gadis itu mencuci tangannya di wastafel dengan tenang. Sedangkan Alfiani tetap pada posisinya menunggu Alina selesai.

"Mau sampe kapan lo diem disitu?" tanya Alina yang sebenarnya sudah mengetahui kalau ia diikuti. Alina menatap datar sosok Alfiani dari cermin besar di hadapannya.

"Ternyata lo peka juga, ya?" Alfiani tersenyum sinis seraya mendekati Alina sembari melipat tangannya.

Alina meliriknya selikas, kemudian menatap bayangan wajahnya di cermin. "Gak usah basa-basi. Gue tau lo mau ngomong sesuatu" kata Alina dengan sarkastik, merasa muak dengan sikap Alfiani yang selalu berpura-pura baik padanya.

"Pinter juga lo, bisa tau tujuan gue" balas Alfiani sambil menyandarkan punggungnya di dinding toilet, memperhatikan Alina dengan pandangan meremehkan.

Mendengus kesal, Alina sama sekali tidak menghiraukan tatapan meremehkan Alfiani. Gadis itu lebih memilih merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Sebenernya gue pengen damai sama lo. Jujur aja, gue ngerasa gak enak kalo ada orang yang benci sama gue" kata Alfiani terus terang.

Tapi sepertinya Alina tidak tertarik mendengarkan. Gadis itu justru terlihat sibuk merapikan penampilannya. Tanpa peduli pada apapun yang Alfiani bicarakan. Baginya, semua yang keluar dari mulut Alfiani hanyalah bualan.

"Tapi, ngeliat fakta bahwa lo sama Antonio, gue gak bisa tinggal diam" lanjut Alfiani yang sepertinya mulai kesal karena di abaikan.

“Gua tau lo gak bener cinta sama Antonio kan? dan gua tau lo hanya manfaatin dia buat bikin Marvel cemburu!” Alfiani menatap tajam kearah Alina, "Gue bakal rebut Antonio dari lo, dan gua pastiin Antonio bakan jadi milik gua SELAMANYA” ucap Alfiani Kemudian melengos begitu saja meninggalkan Alina.

Seperginya Alfiani, Alina masih diam tak bergeming di tempat. Kata-kata Alfiani barusan sangat menohoknya.

Tanpa Alina sadari, sebesit bayangan wajah Renata muncul di dalam kepalanya. Mengaduk-aduk memori yang sekian lama hilang itu kini berputar seperti film layar lebar. Nyata dan begitu manis namun pahit (Nah gimana tuh .... hhhh).

Tanpa tenaga Alina memutuskan kembali kedalam kelas. Melanjutkan pelajaran yang tentu saja tak ia hiraukan. Fikirannya kacau di tambah absennya Renata yang hari ini tak masuk sekolah membuat nya benar-benar di landa kecemasan yang luar biasa.

***

Mita menguap dengan lebarnya tanpa peduli jika nanti ada serangga yang masuk ke dalam mulutnya. Gadis itu dengan bosan memperhatikan Alina yang sedari tadi sibuk membuat coretan-coretan abstrak di buku tulisnya.

Bel tanda istirahat pertama baru saja berdering 10 menit yang lalu. Dan kelihatannya, Alina tidak berniat beranjak dari duduknya sama sekali. Alina hanya diam tanpa banyak bicara, mencoret-coret buku tulisnya dengan coretan yang tidak jelas. Entah apa yang ia pikirkan. Yang pasti, jelas terlihat kalau Alina sedang dalam keadaan mode kurang baik.

“Al...” ucap Mita yang ke tiga kalinya. Namun lagi-lagi tak ada sahutan dari sangempunya nama, membuat mita benar-benar geram di buatnya.

Mita bangkit dari duduknya karena sudah tidak tahan dengan situasi ini. Membuat Alina mau tak mau melirik ke arahnya.

"Kemana?" itulah kata pertama yang Alina lontarkan setelah sejak tadi diam.

Merapikan pakaiannya sebentar, Mita menghela nafas kasar. "Kantin. Gak tahan gue disini terus" jawabnya ketus.

"Oh" sahut Alina dan kembali pada aktivitas awalnya. Tak peduli bahwa kini Mita sudah memasang ekspresi kurang asemnya.

Menggertakan giginya dengan kesal, Mita dengan cepat meraih tangan Alina. Lalu menyeret Alina dengan paksa menuju kantin. Alina yang di seret paksa seperti itu hanya bisa pasrah tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Dengan susah payah ia menyesuaikan langkah kaki Mita yang lebar dan tak sabaran.

Begitu sampai di kantin, mereka langsung disuguhi pemandangan para siswa-siswi yang dengan semangat menggebu berebut makanan dan meja. Tak sadar Alina menghembuskan nafas kasar, saat tak sengaja matanaya menangkap siluet wajah Marvel dan Jovan yang tengah menebar senyum kearahnya.

“Menjijikan” gumam Alina masam.

Namun pandangannya beralih saat mendengar suara khas Maura yang cempreng memanggil namanya dan Mita.

“Al... Mit, Sini” teriak Maura dari meja paling ujung dekat jendela.

Tanpa pikir dua kalu Mita langsung menyeret tangan Alina menuju meja yang Maura dan Indah tempati.

“Eh, bentar ada apa sama muka lo Mit? Kok beda” ucap Indah saat Mita dengan wajah masamnya mendudukan pantat di sampingnya tepat.

“Tanyain sama temen lo itu, gua mau pesen makan. Laper “ ucap Mita bangkit dari duduknya bergegas pergi menuju bang mamat si penjual bakso.
Maura dan Indah hanya mampu saling pandang satu sama lain, tak berniat meneruskan ke kepoan mereka saat menyadari wajah masam yang Alina tunjukan. Mereka tau pasti tak akan jauh-jauh dari yang namanya Antonio.





.

.

Cie Mupeng cie... ini gua bawain gorengan jangan lupa di makan ya... hahah maapin author akhir-akhir ini jarang nongol. maklum sibuk.......

Secepatnya part selanjutnya bakal nyusul kok 😂😂😂😂😁.

"tingalin jejak biar author tau siapa yang masin gnarepin cerita AMBIAG ini".

Thanks yang udah sabar menanti 😘😘😘














MY BOYFRIEND IS A GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang