MBIAG -5-

7.4K 573 11
                                    

Aku menghembuskan nafas berat, aku masih membayangkan kejadian empat hari lalu dimana saat aku memukul Dimas dengan membabi buta. Dulu aku pernah juga memukul seseorang sampai hidungnya patah dan waktu itu orang tua dari anak yang aku pukuli langsung melabrak rumah ku dan menjadikan aku sasaran empuk kemarahan papa.

Waktu itu dia yang menjadikan aku menjadi petinju handal dalam sekejap. Waktu itu dia di gangu dua anak brandal kakak kelas satu tingkat di atas kami. Aku yang melihatnya tidak tinggal diam, ku datangi kakak kelas yang mengangu ketenangan nya.

Aku menghajar habis-habisan kakak kelas itu dan mengakibatkan tulang hidungnya patah. Dan kejadan itu membuatku langsung di keluarkan dari sekolah.

membuatnya menangis karena harus berpisah dengan ku. Dia memelukau sangat erat dan menangis di pelukanku. Dia bilang dia tak mau kehilangan sahabat baik seperti ku, dia terus menangis dan memeluk tubuhku erat sampai sebuah mobil melaju dengan kencang menabrak pembatas jalan dan dengan sekejap menerjang tubuh kami berdua.

Aku menangis sejadi-jadinya waktu itu saat mengetahui kondisinya yang begitu buruk. Kepalanya membentur aspal jalan sangat keras dan menjadikan dia seketika langsung tak sadarkan diri di tempat. Aku mencoba bangun untuk menolongnya tapi rasanya kakiku sangat kaku dan badanku tak bisa di gerakan. Yang aku lakukan hanya terus menangis dan menatap dirinya yang tak sadarkan diri.

“ANTONIO !”

“ANTONIO METEW KEENAN !!!” Suara mengelegar langsung membuat ku tersentak dari lamanan. Bahkan aku hampir terjungkal kebelakang sangking kagetnya.

“Bagus ya kamu melamun di mata pelajaran saya. Sekarang kamu kedepan kelas, angkat satu kaki kamu dan jewer dua kuping kamu sampai jam pelajaran saya selesai!”

Ku acak rambut ku dengan asal dan menatap tajam seisi kelas yang tengah menertawai kesialanku. Dengan pasrah ku langkahkan kakiku menuju depan kelas. Langkahku terhenti saat samar-samar aku mendengar satu kalimat yang terucap dari bibirnya.

“Setupid” Aku mendelik menatap dirinya yang tengah menatap diriku tanpa ekspresi.

“Antinio cepat kemari!” teriakan itu mengema lagi dan mau tak mau aku memutus pandangan kami.

Antonio pov end.

***

Author pov.

"Mau ikut ke Cafe gak?" Mega bertanya, berdiri di samping Alina yang masih membereskan peralatan tulisnya.

Alina diam, mendengar ajakkan Mega.

"Emang ada apaan di Cafe?" bukan Alina yang bertanya, tapi Maura yang tiba-tiba sudah nongol di depan Mega dan Alina.

"Katanya bakal ada hiburan, ada band lokal manggung di sana," jawab Mega santai.

Maura manggut-manggut tanpa minat "Coba aja yang manggung bebeb aku"

Mega mendengkus "Ganjen sumpah!"

Maura merengut "Bodo, syirik."

Mega memutar kedua bola matanya malas, lalu kembali melirik kearah Alina meminta jawaban.

"gimana Lin ikut gak?" tanya Mega.

“Aku....”

"Udah ikut aja, mumpung ini hari sabtu. Siapa tau ada yang ganteng kecantol " Indah yang baru saja ikut bergabung memotong ucapan Alina.

Maura mengangguk menyetujui "Hm, ide bagus sekalian cuci mata, dan nenangin otak yang udah ruwet karena soal kimia tadi”

"tumben bijak" sindir Indah.

Maura menepuk dada bangga "Maura gitu,"

“Jadi gimana, kamu ikut gak Lin” ucap Mega lagi.

"Aku ikut,"

"Bagus," Maura dan Indah bersorak senang.

“Lest go girls, kita mulai aksi kita sore ini” teriak Maura semangat.

Indah, Mega dan Alina saling pandang. Tersenyum lalu mengangguk.

"Cafe?" ucap Bagas yang sudah berdiri tepat di samping Mega .

"Mau ke mana?" Bagas yang baru saja datang menyerobot ingin tahu.

Mereka yang ada di sana mendengkus malas "Biasa aja kali Gas,"

Bagas terkekeh "Abis tumben kumpul, mau pada ke mana?"

"Kepo lo," sembur Mega.

"Yeuh, nyolot aja lo bongsor!" balas Bagas tidak mau kalah.

Alina menggeleng melihat perkelahian sepupu dan temannya itu "Mau ke Cafe, Gas. Mau ikut?"

"Di traktir?" mata Bagas berbinar.

Mega gemas, menjitak belakang kepala Bagas "Traktir mulu! Kagak, kita ke Cafe mau lihat band lokal yang katanya lagi naik daun”

Bagas merengut, mengusap bagian kepala yang di jitak Mega. Cowok itu mendengkus malas "Ogah ah kalo gitu, mendingan gue main game,".

Dengan menyebalkannya Bagas berjalan mendahului setelah mengatakan itu, semua yang ada di sana menggeram gemas melihat tingkah Bagas.

“Antonio! Buruan. lama amat lo kaya cewek” teriak Bagas saat sudah diambang pintu kelas.

Membuat Alina, Mega dan Indah yang seketika langsung mengarah kebelakang sudut ruangan dimana Antonio yang tengah memasukan beberapa buku kedalam tasnya.

“Sekali lagi lo teriak. Gua akan sumpel mulut lo pakek kaos kaki!” ancam Antinio yang sekarang sudah sejajar disamping Bagas.

"Yuk jalan" ucap Mega menghiraukan pertikaian kecil antara Bagas dan Antonio.

**

Tidak membutuhkan waktu lama, mereka sudah ada di Cafe. Suasana terlihat ramai, suara musik sudah beralun di depan sana. Empat wanita cantik itu langsung mencari tempat yang menurut mereka strategis.

“Jadi kita mulai dari mana” ucap Maura memulai percakapan.

“Pesen makan dulu kali. Aku laper?” adu Indah sambil mengelus perut ratanya.

“oke. Aku panggil pelayan dulu” ucap Mega memanggil pelayan.

Setelah mereka memesan. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan bercanda gurau. Dengan Mega yang menceritakan kekonyolan Antonio pada Indah dan Maura. Yang seketika langsung membuat tawa mereka pecah.

“Tapi aku heran, kadang aku ngerasa jika Alina itu pawangnya Antonio” ucap Mega serius.

“Eh, kok bawa-bawa aku” ucap Alina tak teriama karena namanya di bawa-bawa.

Maura mengangukan kepala “ aku juga setuju. Buktinya waktu kemaren di kantin saat Antonio memukuli Dimas sampai masuk UGD. Dan hanya Alina yang mampu mereda kemarahan Antonio”

“Cuma kebetulan” ucap Alina cuek.

“oke bisa di bilang itu kebetulan? Tapi tidak dengan yang ini” ucap Mega.

“Apaan?” ucap Maura dan Indah penasaran.

“Kemarain waktu mata pelajaran Fisika, Antonio dan Bagas bikin ulah, membuat pak Endra marah dan menyuruhnya maju kekelas. Waktu itu Antonio jelas-jelas menolak permintaan pak Endra. Tapi saat Alina mengarahkan kepala menatap Antonio dan menyuruhnya maju, tanpa perlawana Antonio mulai beranjak dari duduknya dan menghadap pak Endra” ucap Mega menjelaskan.

“OMG” ucap Maura menunjukan wajah tak percaya.

“Itu seriusan Ga” ucap Indah juga tak kalah terkejut dari Maura.

“Iya girls, aku aja juga terkejut lihatnya” ucap Mega mengiyakan.

“Sebenernya kamu ada apa sama si Antonio sih Lin. Aku jadi curiga” ucap Maura menatap serius wajah Alina.

Alina menghembuska wajah lelahnya, sesekali meminum jus di depannya dengan pelan “itu Cuma kebetulan girls. Lagian kalian tau sendiri kan giamana aku selama ini. Bahkan baru tahun ini aku satu kelas sama dia. Jadi dari mana fikiran-fikiran gila kalian itu bisa muncul” ucap Alina menatap satu persatu sahabatnya.

“Iya juga sih? tapi tetep aja ini aneh” Ucap Indah sambil memakan kentang goreng miliknya.

“Atau jangan-jangan Antonio beneran suka sama kamu Lin” ucap Indah lagi dan menatap wajah Alina yang sekarang juga menatap wajahnya.

“Gak mungkin” geleng Alina santai.

“Mungkin aja, lagian rumor jika Antonio suka sama kamu udah kesebar satu sekolah kali Lin. Sampai-sampai dia di bully abis-abisan sama Dimas waktu kelas dua kemaren” ucap Indah.

“Udah kali girls. Stop bahas itu! Kita kan kesini ceritanya mau happy happy, ngapain malah bahas si manusia aneh itu sih. Bikin mood aku rusak aja” ucap Alina mengaduk aduk jus miliknya tanpa berniat untuk meminumnya.

“hehehe sorry sorry Lin, oke kita bahas yang lain aja” ucap Mega.

Mereka membahas obrolan seputar masalah kecantikan dan beberapa barang barang lucu nan mengemaskan di all shop. Tak sedikit pula mereka mengomentari pengunjung cafe yang berlalu lalang di hadapan mereka. Dari mengomentari cara berpakean, barang apa yang mereka gunakan, sampai mendesah jijik pada pasangan yang kelewat mesra padahal umur mereka yang masih terbilang kecil.

Namun kesenangan mereka tiba-tiba tergangu karena kehadiran seseorang yang tak pernah mereka inginkan. Orang itu dengan PD nya langsung mengambil duduk di tempat yang kosong atau lebih tepatnya di samping Alina duduk.

“Hay Lin....” sapa orang itu ramah.

“Yah, kenapa” ucap Alina jutek.

“Kita bisa bicara berdua aja gak? aku mau jelasin sesuatu hal sama kamu”

“Kalau mau ya di sini aja. Gua gak ada waktu soalnya!”

“Hem oke” ucap Marvel menghembuskan nafas sebentar dan memandang satu persatu orang-orang yang memandang dirinya dengan tatapan tak suka.

“Aku sama Alfiani gak ada apa apa Lin, waktu itu aku cuma bantuin niupin mata dia yang kelilipan dan soal pelukan itu aku juga......”

“Sotop Marvel! Berhenti mengarang cerita dan berhenti tutupin kebusukan kamu dengan kebusukan baru lainnya. karena waktu itu aku lihat pakek mata kepala aku sendiri gimana menjijikan kamu”

“Alina sungguh aku tak.....”

“Berhenti ganguin aku Marvel karena aku udah ada yang punya...”

“Apa!” ucap Marvel. serentak mereka semua yang ada di meja langsung membelalak tak percaya mendengar perkataan Alina barusan.

“Kamu bohong kan Lin, ini cuma akal-akalan kamu aja supaya aku berhenti ganguin kamu. Iya kan?”

Maura, Indah, dan Mega hanya saling melirik satu sama lain. Tanpa berniat ikut kedalam obrolan sengit antara Marvel dan Alina.

“Terserah kalau kamu gak percaya” ucap alina acuh dan mulai asyik dengan kentang goreng yang ada di depannya.

“Alina lihat aku. kamu bohong kan!” teriak Marvel dan menarik lengan kanan Alina dengan kasar.

“Sakit Marvel lepasin!!” pekik Alina mencoba melepaskan cengkraman tangan Marvel pada lengannya.

“Marvel! lepasin Al....” ucapan Mega terpotong saat tiba-tiba ucapan seseorang menyambar ucapannya.

“Lepasin !!” tajam dan dingin. Sontak membuat seluruh orang yang ada di meja itu langsung mengalihkan pandang kepada orang yang berucap barusan.

“Antonio” gumam Alina pelan menatap terkejut kearah dimana Antonio berdiri.

“Sayang” teriak Alina saat beberapa saat lalau terdiam.

Antonio hanya mengangkat sebelah alisnya. Sedangkan Maura, Indah dan Mega menatap kearah Alina dan Antonio secara bergantian dengan wajah bingung. Tak ketingalan dengan Marvel yang sama terkejutnya seperti yang lain.

“Sayang” teriak Alina lagi, menghempaskan tangan Marvel yang berada di pergelangan tangannya dan berjalan menghampiri Antonio dan langsung memeluk lengan Antonio dengan manja. “Bantuin gua, pura-pura jadi pacar gua” bisik Alina tepat di kuping Antonio.

Alina menatap sebal kearah Antonio yang tak kunjung memberikan respon. Dengan perlahan Alina mengelus pipi Antonio pelan dan sekejap langsung membuat Antonio tersentak. Ditatapnya Alina yang sekarang masih mengelus pipinga pelan.

“Please” gumam Alina pelan dan mencoba menohon lewat tatapan matanya.

“Ehem” Antonio berdehem menetralkan nada bicaranya dan sepersekian detik berikutnya Antonio menarik pingang Alina pelan yang otomatis langsung membuat tubuh kecil Alina menempel sempurna kedalam tubuhnya.

Alina benar-benar terkejut dengan tindakan Antonio. Bahkan dua mata miliknya hampir keluar dari tempatnya saat perlakuan Antonio pada dirinya yang menurutnya kelewat batas. Karena sekarang Antonio tak hanya memeluk pingangnya secara posesif, detik selanjutnya Alina merasakan sebuah ciuman mendarat di keningnya.

Sontak membuat semua orang di situ terkejut tak terkecuali Alina sendiri. Alina hendak protes dengan kelakuan Antonio yang menurutnya mencari kesempatan dalam kesempatan. Tapi belum sempat Alina mengeluarkan protes, Antonio membuka mulutnya kembali.

“Berhenti ganguin pacar gua Marvel! Sekali gua lihat lo ganguin Alina lagi, gua gak akan segan-segan patahin tulang hidung lo” ucap Antonio santai.

“Hahah, lo ngancem gua! Denger ya Antonio, gua gak akan pernah takut sama ancaman lo! Dan inget satu hal lagi. Cepat atau lambat Alina bakal jadi milik gua lagi” ucap Marvel beranjak dari duduknya dan meninggalkan meja.

Setelah kepergian Marvel, Alina langsung menatap Antonio tajam detik berikutnya mendorong tubuh Antonio kasar.

PLAK

Sebuah tamparan keras mendarat dengan cantiknya di pipi kiri Antonio.

“Lo ya, cari kesempatan dalam kesempatan! Dasar cowok freak!!” maki Alina menatap marah Antonio.

“Eh apa lo bilang tadi, lo sendiri yang minta bantuan gua tadi, sampai mohon-mohon segala. Dan sekarang lo nyalahin gua. Emang dasar cewek sarap lo ya” ucap Antonio marah karena tuduhan Alina barusan. tak lupa memegangi pipi kirinya yang barusaja di tampar Alina.

“Iya gua tadi minta tolong sama lo. Tapi elo nya malah cari kesempatan buat pegang pegang gua!”

“He... gua...”

“Lin, Ton udah kali ributnya  gak enak itu di lihatin orang-orang” ucap Indah memperingati.

“Eh denger ya cowok Freak. Gua akan bikin perhitungan sama lo!” ucap Alina menunjuk Antonio dengan jari telunjuk miliknya.

“Dan gua akan dengan senang hati menanti itu SAYANG” ucap Antonio santai dan mulai beranjak meninggalkan kemarah Alina.

“Dasar cowok Freak” Teriak Alian menghantar kepergian Antonio yang mulai menghilang dari pintu cafe.

Author pov end.













to be co ..........













MY BOYFRIEND IS A GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang