MBIAG -14-

4.9K 423 21
                                    

Pagi ini Antonio berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tampilan yang sama seperti biasanya acak-acakan, tapi tetap tak mengurangi kadar ketampanan yang ia miliki.

Antonio terus berjalan menyusuri koridor sekolah dangan berbagai macam bisikan yang membuat telinganya panas. Sampai di ujung koridor ia tak sengaja melihat seseorang yang membuat hari-harinya kacau dan berantakan.

Alian gadis itu berdiri tepat di ujung koridor dengan berbagai tumpukan buku yang berada di tangannya. Sedikit kesusahan karena tumpukan buku itu menghalangi penglihatannya.

Dengan perlahan Antonio berjalan menghampiri Alina, tanpa ucap ia langsung mengambil semua buku yang berada di tangan Alina.

“Lo... “ Alina kaget dan langsung menatap Antonio.

“Kenapa ?” ucap Antonio acuh pura-pura sibuk dengan tumpukan buku yang berada di tangannya.

“Bisa gak sih, kalau dateng itu gak kaya jalangkung” Alina melotot sebal kearah Antonio.

“Bisa gak sih, sekali aja kalo ketemu gua gak marah-marah” ucap Antonio santai.

“Gak bisa !” ucap Alina sewot dan langsung meningalkan Antonio begitu saja.

“untung sayang. . .” gumam Antonio mengikuti langkah kaki Alina yang sudah semakin menjauh.

Sesampainya di dalam kelas Alina langsung mendudukan pantatnya di atas kursi miliknya. Memandang kosong kearah jendela kaca yang menampakan satu sosok orang yang membuat harinya merasa aneh dan bimbang.

“Aku tak tau perasaan apa ini? tapi saat melihatnya kenapa aku merasa aku sudah sangat mengenalnya lama” Alina terus menatap pergerakan Antonio yang sedikit kesulitan dengan tumpukan buku-buku itu.

“Siapa kamu sebenarnya...? Aku merasa kamu adalah seseorang yang selama ini aku tunggu”

“Taruh mana...?” Lamunan Alina buyar saat tiba-tiba sebuah suara membuatnya terkejut.

“ih... bisa gak sih gak ngagetin” ucap Alina sebal menatap Antonio tajam.

Antonio hanya mengangkat sebelah Alis miliknya “ Jadi, mau di taruh mana?” ucap Antonio tak mengubris Alina yang terlihat sangat begitu kesal saat ini.

“Taruh meja guru. Itu punya bu Greace” ucap Alina jutek.

“Baiklah” Angguk Antonio melangkahkan kakinya menuju meja guru dan langsung menaruh tumpukan buku yang ia bawa ke atas meja tersebut.

Alina terus menatap kearah Antonio. Mencengkram kuat rok pendek yang ia kenakana saat merasakan sakit yang tiba-tiba mendera pada kepalanya.

“Ah... sakit” rintih Alina, sekarang kedua tangan Alina beralih pada kepala miliknya menjambak kuat rambut panjang lebatnya.

“Alina. . . lo kenapa ?” Antonio menghampiri Alina yang masih saja menjambak rambutnya.

Pagi ini suasana kelas masih terbilang sepi, hanya beberapa orang yang berada di dalam kelas termasuk Alina dan Antonio yang kebetulan pagi ini sudah berada di kelas.

“Kepala kamu sakit ?” tanya Antonio kembali yang sekarang wajahnya sudah berubah menjadi khawatir.

“Sakit. . . “ lirih Alina kembali menarik rambutnya semakin kencang.

“Stop Lin. Stop. Kamu melukai diri kamu sendiri. . .” Antonio menarik kedua lengan Alina dengan perlahan dan langsung memeluk tubuh gemetar Alina.

“Kita ke uks ya ?” bujuk Antonio di sela-sela pelukannya.

Tak ada jawaban dari Alina, dirinya masih terus merintih kesakitan membuat Antonio semakin panik dan khawatir. Tanpa banyak kata lagi Antonio langsung mengangkat tubuh Alina, mengendongnya dengan gaya bridal style. Membiarkan beisik-bisik seisi kelas yang tengah membicarakan mereka saat ini.

Dengan sedikit berlari Antonio terus menerobos lorong sekolah yang sudah terdapat banyak murid yang berlalu lalang. Karena letaknya yang berada di lantai satu mau tak mau ia harus menuruni beberapa anak tangga dan bersimpangan dengan beberapa murid yang secara terang-terangan saling berbisik dan menatapnya.

“Alina...” Satu suara menghentikan langkahnya. Menatap lurus kedepan menatap dua gadis yang tak begitu jauh darinya berdiri tengah menatap kearahnya.

Kedua gadis itu dengan terburu-buru langsung berjalan menghampiri Antonio. Menatap khawatir kearah satu sosok yang berada di gendongan Antonio.

“Alina. . . dia kenapa? “ ucap Maura menatap Antonio meminta penjelasan.

“Gua jelasin nanti, sekarang kita ke uks dulu?” Ucap Antonio sedikit kesulitan karena berat tubuh Alina yang menguras tenaganya.

“Antonio bener Ra, kita harus cepet-cepet ke uks. Lihat itu Alina udah pucat banget” ucap Indah tak kalah panik saat melihat wajah pucat Alina.
Setelah sampai di uks Antonio langsung merabahkan tubuh Alina secara perlahan ke atas ranjang single uks. Pandangan mata Antonio jatuh pada wajah pucat Alina, tiba-tiba desiran di hatinya berdenyut seakan meremas hatinya kuat saat melihat Alina yang tak berdaya seperti sekarang.

“Minggir biar kita yang urus . . .” Indah dengan perlahan sedikit mendorong tubuh Antonio agar menjauh.

Mau tak mau Antonio mengeser tubuhnya mundur. Raut khawatir masih jelas terlihat dari wajahnya saat melihat Alina yang masih tak sadarkan diri.

“Antonio. .” tegur Maura menepuk pundak Antonio. “Bisa pergi bentar gak? Kita mau buka baju Alina soalnya” ucap Maura menatap lekat mata Antonio.

“Iya” angguk Antonio. Dengan perlahan melangkahkan kakinya keluar dari uks.

Fikirannya kacau saat ini, ia terus bertanya-tanya perihal pingsannya Alina.

“Lin kamu baik kan? Aku khawatir” gumam Antonio menundukan kepala dan terus berjalan menuju kelas.

Sesampainya di kelas Antonio mendapat berbagai tatapan yang berbeda-beda dari teman sekelasnya. Sedikit risih memang, tapi berkat sifatnya yang masa bodoh dan cuek ia tak ambil pusing dengan tingkah teman sekelasnya yang memandan dirinya seperti ia adalah objek gosip yang sedag trending saat ini.

Duduk di bangkunya setelah itu menengelamkan wajah keatas meja sama seperti beberapa hari yang lalu yang sering ia lakukan jika merasa tak nyaman atau lelah.

Brak

Suara meja di tendang dengan sengaja, mau tak mau membuat Antonio mengangkat kepalanya. menatap kearah sosok orang yang kini berdiri di depan mejanya yang tengah menatapnya tajam.

Antonio menyandarkan pungungnya kesandaran kursi dengan santai, ia balik menatap sesosok orang yang kini berada di depannya.

“Lo sengaja kan, gendong Alina biar lo di kira hero!” Jovan mencengkram kuat kerah seragam Antonio.

Antonio masih tenang di atas bangkunya. Menatap Jovan remeh dan sesekali mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas yang sudah riuh dengan berbagai macam bisik kan yang mereka ciptaka.

“Lo lupa? Alina cewek gua. Jadi udah sewajarnya gua lindungi dia” Antonio melepas cengkraman Jovan pada kerah bajunya, menatap sengit kearah Jovan dan detik betikutnya menepuk pundak Jovan pelan.

“Dengar Jovan. Alina cewek gua! lo gak punya hak buat ngatur ataupun marah” Antonio membisikan kalimat itu tepat di samping telinga Jovan membuat Jovan  langsung mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya.

“Dan lo harus inget, sampai kapan pun gua akan jauhin Alina dari manusia brengsek kaya lo” Antonio memundurkan kepalanya setelah itu menyeringai tepat di depan wajah Jovan yang sudah memerah karena tetsulut emosi.

“Lo... “ teriak Jovan mengangkat tangannya keudara gerakan seperti akan menonjok.

“Kenapa? Mau nonjok. tonjok aja” tantang Antonio mengangkat sebelah alis miliknya.

Jovan meninju kosong keudara “Brengsek” umpat Jovan setelah itu pergi meningalkan kelas Antonio.

***

MY BOYFRIEND IS A GIRL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang