16-

626 108 8
                                    

"Anak berengsek ini benar-benar tidak tahu arti terimakasih."

Sungguh, untuk saat ini Jungmo ingin sekali menenggelamkan kepalanya ke laut lepas. Dirinya tanpa sengaja bertemu dengan Wooseok yang sedang mencari mangsa di hutan, alhasil Jungmo diceramahi habis-habisan karena kabur dari dirinya.

"Bukannya gitu bang, tapi akutu akutu akutu..."

"Diam kamu bangsat!!!"

Jungmoo langsung speechless liat biji mata Wooseok yang seolah mau gelinding keluar.

Serem euy melototnya:<

"Kamu tau, Midam sudah ngancurin lusinan barang antik yang ada di rumah saya. DAN ITU SEMUA GARA-GARA KAMU YA BAJING!!"

Wooseok yang teriak tepat di depan Jungmoo otomatis liurnya nyiprat. Hidung Jungmoo berkedut. "Kampret bener, ganteng-ganteng tapi kok liurnya bau bangke. Lo makan apa sih bang?"

Benar-benar perkataan yang luar biasa, Minhee yang memperhatikan dari atas pohon bahkan sampai dibuat terkesima. "Waw anjer, gua bangga."

Jangan tanya lagi gimana kelanjutannya. Ya jelas Wooseok langsung ngamuk, dia jambak kuat-kuat rambut Jungmoo sampai rontok. Sementara yang dianiaya cuman bisa menangis dalam diam.

Minhee duduk di atas pohon bukan tanpa alasan. Meski niat awalnya ingin rebahan sambil menikmati angin sepoi-sepoi, namun tujuan itu lantas tergantikan saat di dapatinya bebrapa Avariel Elfves yang terbang mengitari seluruh hutan. Minhee tahu jelas bahwa ada sesuatu yang tidak beres, dengan inisiatif ia pun melompat kebawah, menarik Jungmoo paksa dari terkaman Wooseok.

"Sorry bang, kita lagi sibuk!" Katanya tenang.

Wooseok menggelengkan kepalanya, "Dasar.." gumamnya kesal.

Mata Minhee secara otomatis memperhatikan sosok di hadapannya lamat-lamat. "Klan vampire perbatasan timur kan? Ngapain disini?"

"Hanya sekedar mencari buruan langka." Katanya. Alih-alih menyudahi, Minhee justru semakin gencar memberikan tatapan menyelidik ke arah Wooseok.

"Mending jujur deh, lo ngapain di sini? Gue gak bego buat tahu fakta bahwa klan utara dan timur punya sengketa, dan dengan adanya lo disini sama aja dengan bunuh diri." Kata-kata mengintimidasi yang sebenarnya keluar dengan begitu santai agaknya sedikit membuat Wooseok terkejut.

"Jadi maksud kamu, saya sedang ada niat jahat disini?"

Minhee terkekeh kecil, sepertinya targetnya mulai merasa tersingung. "Gua gak bilang gitu loh bang. But, who knows bisa jadi kan?" Katanya santai.

"Berapa umur kamu?" Tanya Wooseok tiba-tiba.

Jari-jari tangan minhee mengacung, memberikan isyarat kepada Wooseok tentang usianya yang baru menginjak 17 tahun menurut perhitungan internasional.

"Cih, masih kecil tapi begitu kurang ajar. Kamu tahu apa sehingga berbicara demikian? Saya sudah hidup ratusan tahun disini, jadi bertindaklah sedikit lebih sopan." Ucapnya remeh. Bibirnya mencebik karena menahan emosi.

Helaan nafas Minhee akhirnya terdengar, "Gini bang.... eh, kakek. Jadi gini kek, maksud saya itu bukan kurang ajar, tapi cuma mengingatkan."

"Iya anjir, kakek-kakek kan biasanya pikunan." Ceplos Jungmoo menimpali.

Andaikan bukan disituasi yang serius, mungkin sekarang Wooseok akan benar-benar mencabut habis rambut Jungmoo. Ia meringis pelan, menubrukkan pandangannya tepat di manik milik Minhee. "Apa tujuanmu?"

Alis sang lawan bicara lantas bertaut, Wooseok malah membalikan pertanyaan kepada dirinya. Terpaksa, dengan ogah-ogahan Minhee menarik Wooseok ke sisi hutan yang memiliki pohon yang tidak terlalu rimbun.

Let's Play + ProduceX101 [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang