Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . ↓
Minkyu mendengus kasar, sudah satu jam mereka menunggu kedatangan Junho namun ternyata pemuda Cha itu tidak kunjung datang. Baru saja dirinya ingin beranjak dan mencari keberadaan Junho, pintu sudah lebih dahulu diketuk.
Kakinya dengan cepat melangkah untuk membukakan pintu. Sungguh, mulutnya benar-benar tak sabar untuk menceramahi Junho yang teledor menjalankan amanah.
"Jun-"
"Dimana anak itu?"
Minkyu sempat mundur kebelakang, dia terkejut bukan main. Tubuhnya membeku beberapa saat, manik matanya bahkan seolah terkunci pada sosok yang selama ini ia coba jauhkan dari Yunseong.
"Yunseong tidak ada disini." Bohong Minkyu.
Pria paruh baya dengan pakaian khas musim panas itu terkekeh lucu, ditepuknya bahu Minkyu dengan pelan.
"Kau mencoba membodohi dewa, nak! Sungguh tindakan yang tidak bijaksana." Katanya. Sang dewa matahari itupun tertawa, kaca mata hitamnya sedikit terangkat keatas saat pipinya mengembang.
Siapa sangka, dewa Apollo yang muncul dengan penampilan santai seperti ini justru membuat Minkyu makin tertekan.
"Apa yang akan anda lakukan?" Minkyu bertanya, rautnya berubah serius dan tegang disaat bersamaan.
Yang ditanyai hanya mengangkat bahunya, ia kemudian melirik kebalik punggung Minkyu. Dapat dilihatnya Yunseong yang sedang bersandar pada bahu Wonjin dengan malas, rupanya yang diperhatikan menyadari hal itu. Ia membalas tatapan dewa yang tak lain adalah ayahnya sendiri dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Tidak ada, aku hanya ingin bertemu dengan anakku. Apa itu salah?"
Minktu tertawa kecil, ada sedikit nada mengejek pada nada suaranya. "Ahh tidak, hanya saja saya tidak pernah tahu bahwa dewa seperti anda masih memiliki rasa perduli kepada anaknya."
Tatapan mereka berdua saling beradu, Apollo yang berwajah agak sangar agaknya sedikit membuat Minkyu gentar.
Yunseong kemudian datang, merangkul bahu Minkyu dari samping.
"Ada apa?" Tanya nya.
Apollo tersenyum. "Ahh halo, nak! Bisa kita bicara sebentar?"
Dengan anteng Yunseong mengangguk, menyetujui ajakan ayahnya. Namun disisi lain Minkyu sudah berpikir yang tidak-tidak, ia menarik pergelangan tangan Yunseong posesif.
Maaf saja, Minkyu tidak rela sahabatnya ini pulang-pulang hanya membawa jasad yang gosong dibakar matahari.
"Seong.." Cegatnya, mata Minkyu menyiratkan kekhawatiran yang tak dapat ia tutup-tutupi.
Yunseong hanya mampu tersenyum kecil, senyumannya entah kenapa terlihat begitu miris.
"It's okay, gue baik-baik aja." Katanya kemudian berlalu pergi bersama sang ayah.