Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . ↓
Angin malam yang begitu lembut menyapa kulit si pemuda pucat yang kini sedang berdiri di balkon kamarnya.
Kedua netra matanya yang sekelam malam menatap ke arah hamparan hutan yang membentang luas.
Pemuda itu menghembuskan nafas berat, teringat lagi kejadian satu tahun lalu di pikirannya.
Saat itu, ia tengah berkunjung ke alam fana. Melakukan kunjungan bulanan ke perpustakaan-perpustakaan yang ada disana. Tak bisa dipungkiri, dirinya memang sangat menyukai membaca buku. Tercatat hampir puluhan juta buku yang sudah ia baca semasa hidupnya.
Ketika ia berniat untuk pulang, seraya membawa beberapa buku baru yang dibelinya di toko, sayup-sayup ia mendengar suara keributan dari gang yang tak jauh dari posisinya berdiri.
Entah apa penyebab hatinya tergerak untuk mencari tahu- yang biasanya terlampau acuh. Pun ia berjalan menuju ke sumber suara dengan hati-hati.
Dirinya terkejut bukan main saat mendapati aroma darah yang begitu pekat, ia lantas memejamkan matanya, mencoba menekan hawa nafsu yang bergejolak di dalam dirinya.
Ia mengintip, disana berdiri seseorang yang sedang menatap seonggok mayat dengan ekspresi sedih, oke ralat, Itu bukan orang.
Itu adalah salah satu penduduk murni faerie. Dapat dilihat jelas dari telinga makhluk itu yang panjang dan runcing, gigi taring yang mencuat, kulit abu-abu pucat serta iris mata berwarna biru menyala yang dimilikinya.
Apa yang akan dilakukannya?
Tindakan selanjutnya yang diperbuat makhluk itu lantas membuat dirinya hampir memekik, pasalnya makhluk itu tiba-tiba menggoreskan mata pisau ke bagian dada sang mayat, mengorek-ngoreknya hingga terbuka lebar. Selesai dengan urusannya dengan pisau, makhluk itu pun memasukkan tanggannya kedalam dada sang mayat, mengambil sesuatu disana.
Itu, tidak salah lagi, itu adalah jantung.
Makhluk itu dengan segera memasukkan jantung itu ke dalam sebuah kotak kayu antik.
Kedua matanya terpejam, sementara mulutnya berkomat-kamit membacakan sesuatu.
Beberapa menit berlalu, makhluk itu termenung, tangisan pilu tak luput dari makhluk itu. "Maafkan aku.." katanya penuh penyesalan.
Ia kemudian langsung berlari pergi, hilang di antara kegelapan malam yang begitu mencekam.
Sang pengamat pun akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya.
Ditatapnya sang mayat dengan wajah tanpa ekspresi, ia kemudian terdiam cukup lama sampai akhirnya tiba-tiba meringis, "Aku bodoh." Katanya.
Di raihnya sesuatu dari tas selempang yang dikenakannya, sebotol kecil cairan ungu terang diambilnya dari dalam sana, kemudian diteguknya cairan itu hingga habis.