17-

828 124 20
                                    

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...
..
.

"Kamu lebih baik mati."

Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Dongpyo.

Setelahnya tiba-tiba seluruh barang yang ada diruang tamu terangkat keatas, kemudian melesat menghantam Wonjin yang masih kebingungan ditempat.

Guci dengan ukuran lumayan besar mengenai kepala bagian belakangnya.

Wonjin lantas terjatuh, dan disaat ia mencoba bangun tangannya otomatis memegang bagian kepalanya yang berdenyut.

Ah, rupanya kepalanya berdarah.

Wonjin mendelik tajam, apa yang sebenarnya terjadi pada si pemuda Son itu? Kenapa ia tiba-tiba berperilaku aneh, dan lagi kekuatan yang dikerahkan Dongpyo sama sekali bukan milik manusia fana.

"Pyo, kalau ada masalah kita ngomong baik-baik."

Kepala Wonjin benar-benar pening, ia berjalan mendekati Dongpyo dengan sedikit terhuyung.

Sosok dihadapannya memajukan langkah cepat, mencekik leher wonjin kuat-kuat tanpa perduli wajah si empunya sudah membiru. Tangan Wonjin memukul-mukul Dongpyo dengan sisa tenaga yang ia punya, namun rupanya usahanya tidak berefek sama sekali.

Posisi wajah mereka saling berhadapan, dan sialnya dari jarak sedekat itu pun Wonjin masih tidak bisa menemukan kejanggalan lain pada diri Dongpyo selain dengan perubahan sifatnya.

Pemuda Kim lantas memejamkan mata saat cairan merah terciprat kewajahnya. Wonjin tidak tahu apa yang terjadi, tapi yang jelas ujung anak panah mengenai tepat permukaan kulitnya.

Yang mana berarti, kepala seseorang yang sedang berada diposisi berhadapan dengannya telah tertancap oleh anak panah. Menembus saking dalamnya hingga nyaris melukai Wonjin.

Pemuda itu tertegun, terlebih ketika tubuh Dongpyo ambruk dengan darah yang mengenangi lantai kayu pondok.

"Baru aja gua tinggal boker terus cebok bentar, ehh udah gini aja keadaannya."

"Bajingan, kenapa lo bunuh temen gue!!!"

Junho tersenyum kecil, ia kemudian melipat busurnya hingga dengan ajaibnya berubah fungsi menjadi anting jepit. Wonjin yang melihat hal itu menggeram marah, ia menghampiri Junho lalu menarik kerah bajunya. "Sialan." Geramnya.

"Nama lo Wonjin, kan? Bisa dipending dulu gak begonya?" Kata Junho santai.

Lalu suara tapak kaki rusuh yang disertai oleh teriakan lantas mengalihkan atensi mereka berdua.

"Uuuuuuuwwiinggggg tet tetet tete tetet FIRE UP tett tetet tete tetet FLY HIGH HIGH HIGH-ER~ "

Dongpyo datang sambil ngocok-ngocok bungkus chitato yang dia jadiin alat musik dadakan.

Let's Play + ProduceX101 [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang