Keajaiban Semesta

31 9 11
                                    

Tubuhku langsung membatu seketika saat melihat siapa yang ada di hadapanku ini. Mulutku sedikit terbuka dengan mata yang hampir melotot tak percaya. Caellan menggerakan tangannya di depan wajahku tapi aku tetap fokus pada parasnya yang menawan itu. Seperti mimpi, ternyata yang dijodohkan denganku adalah dia. Caellan Gibran.

"Serius? Ini Caellan? Penulis novel Aidan dan Nona? Aaaa!"

"Dia senyum, dia cakep banget dilihat dari sudut manapun. Papa! Hana mau nikah sekarang juga!"

Aku terus membatin tidak waras, beberapa waktu tidak ingat bahwa Caellan sudah punya kekasih dan kemungkinan menolak perjodohan ini.

"Pa, ini yang mau Papa jodohin sama Hana?" tanyaku.

Papa langsung menangguk membuat aku semakin tidak bisa mengontrol diri. Aku benar-benar harus sujud syukur sekarang. Tapi bagaimana bisa? Caellan berdiri di hadapanku. Jaraknya dekat sekali, hanya setengah langkah di depanku.

"Are you okay?" tanya Caellan. Suaranya serak-serak basah. Dia benar-benar orang yang aku idamkan untuk menjadi pendamping hidup. Anak kita berdua nanti pasti cantik dan ganteng banget.

Oh ayolah Hana, belum apa-apa kamu sudah mengkhayal terlalu jauh. Benar-benar bodoh.

Dia menyentuh pundakku, memanggil-manggil namaku. Baru kali aku benar-benar terlihat seperti orang idiot. Detik berikutnya aku tak sadarkan diri. Semuanya gelap. Aku pingsan.

**

Aku merasakan seseorang menepuk-nepuk pipiku. Aroma minyak angin langsung bisa aku cium. Aku membuka mata. Lagi-lagi sosok tampan itu ada di depan mataku.

Sekarang gantian aku yang menepuk-nepuk pipinya. "Ini beneran Caellan, kan?"

"Jadi tadi itu bukan mimpi?"

Caellan membantuku untuk duduk. Membuatku berhenti menepuk-nepuk wajahnya yang mulus tanpa kumis dan janggut. Oh aku memang tidak suka cowok yang memiliki kumis ataupun janggut. Bagiku itu menggelikan.

"Iya, aku Caellan."

Aku melirik Papa sekilas, juga beberapa orang yang kini tengah menatapku khawatir. Sepertinya mereka keluarga Caellan.

Papa tiba-tiba berkata, "Jadi kalian sudah kenal, yah? Pantas saja Caellan bilang dia setuju dan siap bertunangan sama kamu, Hana. Sepertinya kalian sudah saling tertarik satu sama lain. Benar-benar di luar dugaan Papa."

"What? Bagaimana bisa? Bukannya Caellan itu sudah punya pacar?"

"Kalo kamu juga setuju, kita akan segera buat persiapannya," lanjut Papa yang semakin membuat aku bingung sekaligus senang.

"Hana mau!" jawabku semangat. Membuat semua orang tertawa. Kecuali Caellan, dia hanya tersenyum tipis.

"Kamu lucu sekali Hana," ucap wanita dengan rambut pendek. Mungkin dia kakaknya Caellan.

"Okey. Hana, perkenalkan saya ayahnya Caellan, panggil saja Om Ghani. Dan di sebelah saya ada Nita, istri saya."

Aku tersenyum ramah menanggapinya. "Salam kenal Tante, Om."

"Han, aku Amel. Kakaknya Caellan."

"Wah, aku baru tahu kalo Ellan punya kakak yang cantik banget," pujiku pada Kak Amel. Dia memang sangat cantik. Penampilannya elegan. Tutur katanya juga lembut dan sepertinya dia sangat perhatian.

"Ellan, kamu beneran setuju? Bukannya ...," ucapanku menggantung, Caellan langsung menanggapinya.

"Iya, aku setuju kok. Bukannya aku pernah nembak kamu terus ditolak. Sekarang kenapa berubah pikiran, Han?"

Surat Untuk CaellanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang