Risalah Hati

29 8 8
                                    

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku

Meski kau tak cinta kepadaku

Beri sedikit waktu

Biar cinta datang karena telah terbiasa ...

🎶🎶🎶🎶

Aku menatatap pantulan diriku di cermin. Cantik seperti biasanya. Hari ini aku harus pastikan bahwa Caellan berada dibawah kendaliku, bukan sebaliknya.

Dia bilang tidak akan menjemput, tapi nyatanya saat ini dia tengah menunggu di ruang tamu bersama Papa. Sepertinya ancamanku tidak sia-sia, ah senang sekali rasanya.

Aku segera keluar kamar, tak sabar ingin segera pergi bersama Caellan. Hal yang selama ini aku dambakan.
Begitu aku melihat dia, rasanya seperti putri yang dijemput pangeran tampan. Caellan tidak pernah terlihat membosankan.

"Ellan, aku seneng akhirnya kamu beneran jemput," kataku dengan nada manja.

"Janji harus ditepati, Hana."

Ahh, seperti biasa. Caellan pura-pura baik di depan Papa. Awas saja Caellan, aku jamin selanjutnya kamu akan benar-benar berubah pikiran dan tidak berpura-pura lagi.

"Pa, Hana sama Ellan berangkat sekarang yah, Hana pamit."

"Iya, hati-hati ya sayang." Papa mengelus rambutku. Mencium kening lalu menerima uluran tanganku untuk bersalaman. Di susul Caellan yang juga ikut bersalaman menghormati Papa.

"Ellan, Om minta tolong jagain Hana. Kadang dia suka bandel dan bikin khawatir."

"Iya Om, Ellan janji akan jagain Hana dengan baik."

"Terima kasih. Om percaya sama kamu."

"Assalamualaikum, Pa."

Aku meraih tangan Caellan agar segera pergi. Dia tidak menolak sama sekali. Mungkin karena masih terlihat Papa.

Baru saat kami sudah di dalam mobilnya, Ellan kembali bersikap buruk. Dia tidak bicara dan tidak menatapku sama sekali. Benar-benar menyebalkan.

Aku berinisiatif menyalakan radio, setidaknya aku tidak mati kebosanan seperti saat ini. Tapi Caellan lagi-lagi mencegahnya.

"Kenapa?" tanyaku kesal.

"Berisik!"

"Ellan, aku bosan! Kamu diem terus dari tadi. Masa nyalain radio aja gak boleh? Pelit banget."

"Siapa suruh kamu mau aku jemput?"

"Ellan, kan kamu sendiri yang bilang mau jagain aku."

"Itu sandiwara, Hana. Cuma sandiwara supaya Papa kamu nggak nilai buruk keluargaku."

"Ellan, emang nggak bisa yah sedikit aja kamu kasih aku kesempatan buat bikin kamu jatuh cinta sama aku beneran. Nggak pura-pura kayak gini?"

"Jangan nangis, udah dibilang aku nggak akan kasihan. Masih banyak cowok lain yang bisa kamu dapetin, kan?"

"Tapi aku maunya kamu."

Aku menatap Caellan penuh perhatian. Membuatnya seperti tidak nyaman dan berasa bersalah?

Dia tiba-tiba menyodorkan sehelai tisu, berkata pelan. "Hapus air matanya atau aku turunin kamu di sini sekarang juga."

"Aku bener-bener nggak nyangka kamu bisa setega ini sama perempuan. Ya udah turunin aja, aku bisa berangkat sendiri."

Surat Untuk CaellanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang