Hatiku Menanti

24 6 2
                                    

Saat ku mencintaimu

Kan kubebaskan mimpimu

Bahagiamu bahagiaku ... kasih

Semakin kugenggam erat

Kan rapuh begitu cepat

Hatiku menanti

Dia terus menanti

Untuk kau kembali


Seni melepaskanmu

Mengajarkanku arti ketabahan

Hingga suatu saat nanti

Kutahu kau kan kembali

Pulanglah ke hatiku

🎶🎶🎶🎶


Aku terbangun. Terkejut karena Caellan masih menungguku di dalam kamar. Sekarang dia yang ketiduran di sampingku. Kasihan, pasti tidak nyaman dengan posisi seperti itu. Duduk di kursi kecil dan meletakan kepalanya di kasur. Tangannya menggenggam sebelah tanganku. Pantas saja aku tidur nyenyak tadi.

Aku mengelus rambutnya, menatap wajah tampan itu dengan saksama. "Aku masih yakin bahwa aku masih punya kesempatan untuk buat kamu jatuh cinta sama aku, Ellan."

Caellan terbangun. Mengucek matanya sebentar lalu menatapku. "Udah mendingan?" tanyanya.

Aku menangguk. Kepalaku sudah tidak terasa pusing lagi. Bersin-bersin pun tidak separah semalam. "Kamu nggak kuliah?"

"Nggak, aku harus jagain kamu sampai Om Surya pulang."

"Kamu di suruh Papa?" Caellan mengangguk.

Pantas saja, jika tidak disuruh Papa pasti Caellan tidak mau merawatku seperti ini.

"Umm, kamu pulang aja. Aku udah baikan kok."

"Yakin? Coba sini aku cek." Caellan mengecek suhu tubuhku menggunakan tangannya. Ternyata sikapnya bisa manis juga.

"Masih sakit. Gak apa-apa, aku bisa jagain kamu."

"Katanya mau buat aku muak sama sikap kamu, kenapa sekarang jadi baik banget?"

"Nggak tahu. Aku juga bingung kenapa. Udah jangan banyak tanya."

"Ishh, Ellan mah. Bisanya cuma ngasih harapan palsu doang."

"Shttt, diem. Tadi Luna ke sini, tapi udah pulang lagi. Katanya nggak mau ganggu istirahat kamu."

"Yahh, padahal kangen banget sama Luna. Oh iya, kalo Kak Amel kemana?"

"Kak Amel udah dijemput sama suaminya."

"Suaminya Kak Amel beruntung banget bisa dapetin Kak Amel yang cantik banget itu."

"Hmm, itu pasti."

"Ellan, kalo aku cantik nggak?"

Caellan diam, tak menjawab dan malah mengabaikanku. Aku menggoyang-goyangkan tangannya karena ingin tahu jawaban dari mulut Caellan langsung.

"Iya cantik."

"Beneran?"

"Hmm, mirip boneka anabel."

Surat Untuk CaellanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang