Aku tak pernah bisa
Mengganti dirimu
Dengan cinta yang lainSungguh, hanya hatimu
Hati yang kucari
Yang paling kusayangiTakkan berhenti
Tulus pengorbananku
'Tuk selalu bahagiakan dirimuRasa cinta ini
Takkan berakhir
Takkan terhapus waktuRasa cinta ini
Hanya untukmu
Hanya dirimu satu
Cinta dalam hidupku🎶🎶🎶
Satu jam sebelumnya, aku keluar dari ruang sidang. Lega, itu yang aku rasakan. Aku pikir telah menjawab semua pertanyaan dengan baik dan cukup meyakinkan. Aku tinggal menunggu hasilnya bagaimana, semoga memuaskan.
Sekarang aku berada di kafetaria bersama Luna dan Jio. Mereka sudah sidang lebih dulu dua hari sebelumnya.
"Gue percaya sih lo bisa jawab semua pertanyaan. Secara gue udah tes sendiri lo itu udah mateng banget tentang materi yang ada di tugas skripsi lo."
"Gue harap juga gitu, Lun. Semoga ajalah ya, jadi kita bisa wisuda sama-sama nanti."
Luna mengangguk. "Gue yakin seratus persen kita semua lulus."
Handphone-ku berdering nyaring. Nomor asing yang semalam menelpon tidak henti-hentinya menggangguku. Dia terus memaksa agar aku datang ke taman Biru Legenda.
"Siapa Han? Anggat aja kali."
Aku menggeleng. Memilih membiarkannya saja. "Bukan siapa-siapa kok, salah sambung kayaknya."
Alih-alih kembali merespon, Luna malah menyuapi Jio yang kini fokus bermain game online.
"Yahhh! Kalah deh, By."
"Ah udah gak apa-apa, By. Nanti kan bisa main lagi. Sekarang kamu fokus ke aku dong, jangan main game terus!" Luna merajuk.
Ternyata memiliki pacar bisa mengubah pribadi seseorang. Luna yang tadinya bodoamatan sekarang jadi ingin selalu diperhatikan. Terutama oleh Jio.
Tak jauh beda denganku yang sekarang berubah jadi tak berdaya di hadapan Caellan. Aku yang tadinya tidak peduli pada respon seorang cowok, jadi selalu memikirkan respon dan tindakan Caellan terhadapku.
Semua yang Caellan lakukan aku anggap hal penting. Semua yang dia sukai aku ingin tahu, semua yang membuat Caellan sakit aku ingin mencobanya.
Rasa cinta ini begitu besar untuknya. Hal kecil yang dia lakukan untuk melindungiku sangat berkesan. Sayang, hatinya belum ada dalam jangkauan. Terlalu jauh sebab masih ada di genggaman Vania.
"Han, lo kenapa?" tanya Luna. "Kok malah jadi bengong, sih?"
"Gue pergi dulan ya, Lun, Ji. Ada urusan."
Jio dan Vania mengangguk bersamaan.
"Hati-hati!"
Entah apa yang aku pikirkan, tapi aku berjalan menuju ke taman Biru Legenda. Mengabaikan pesan dari Caellan, Gilang, bahkan Papa sekali pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Caellan
RomansaAku mencintaimu dengan sangat, tapi kamu sebaliknya. Lalu bagaimana kita bisa bertahan dengan hubungan yang penuh paksaan ini, Caellan? _Hana Yumna Dipublikasikan November 2020