Rindu Tak Bersuara

19 6 1
                                    

Dengarkanlah aku rindu

Tak bersuara

Tak berbalas

Memanggilmu

Hujan selalu bercerita

Tentang kala kudekap detakmu

Dengarkanlah aku rindu

Tak bersuara

Tak berbalas

Memanggilmu

🎶🎶🎶🎶


"Berhenti, turunin aku di sini," titahku saat Caellan terus menegaskan agar aku tidak berharap lebih padanya.

"Aku bilang berhenti, Ellan."

Kali ini aku serius, capek juga rasanya memperjuangkan orang yang sama sekali tidak menginginkan kehadiranku dalam hidupnya.

"Mau ngapain?" tanyanya.

"Aku capek denger kamu selalu bilang untuk aku jangan berharap. Ellan, kamu harusnya ngerti kalo kamu sendiri yang buat aku punya harapan."

"Kamu bersandiwara, kamu memutarbalikan fakta, kamu bohongin Papa dan keluarga kamu. Kamu buat seolah-olah kamu sayang sama aku. Tujuannya apa?"

Caellan diam, tidak mengeluarkan sepatah kata pun lagi. Dia memberhentikan mobilnya. Oke, secara tidak langsung dia mengizinkan aku turun. Kali ini aku tidak minta dicegah.

Aku turun dengan perasaan sedih yang luar biasa. Caellan tidak mengejar. Dia benar-benar pergi duluan meninggalkanku.

Berjalan tak tentu arah mengikuti trotoar jalanan. Untungnya kali ini aku memakai flat shoes, jadi lebih leluasa berjalan.

Tiba-tiba hujan turun, cukup deras sehingga aku harus berlari untuk berteduh.

Bahkan semesta sepertinya tidak mengizinkan aku untuk tenang sebentar. Beberapa kali terdengar suara gemuruh.

Aku kedinginan. Berteduh di sebuah halte sendirian dengan pakaian tipisku saat ini sangat sangat menyebalkan.
Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak mungkin menghubungi Papa untuk meminta di jemput. Dia pasti akan khawatir.

Tak ada pilihan lain selain menunggu hujan reda. Aku hanya bisa memeluk diriku saat ini.

Seseorang dengan motor besar tiba-tiba berhenti. Dia menghampiriku, melepas helm dan jaketnya.
Aku perhatikan dia dari ujung kaki sampai ujung kepala. Aku menutup mulutku kaget. Dia Arjuna Perwira. Mantanku semasa SMA.

"Apa kabar, Han?"

Dia ingin memelukku, tapi aku menjauh. Sungguh, aku tidak ingin bertemu dengannya lagi.

"Baik," jawabku singkat.

"Kamu pasti kedinginan yah, sayang banget jaket aku basah. Lagian ngapain sendirian di tengah hujan kayak gini? Pacar kamu mana?"

"Bukan urusan kamu."

"Kamu masih benci sama aku, Han?"

"Menurut kamu?"

Lebih tepatnya aku masih kecewa Arjuna. Kamu tega duain aku sama sahabatku sendiri. Aku bahkan lebih memilih sahabatku padahal aku yang lebih dulu jadi pacar kamu.

Surat Untuk CaellanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang