Mimpi Yang Sempurna

14 6 3
                                    

Mungkinkah bila ku bertanya

Pada bintang bintang

Dan bila ku mulai merasa

Bahasa kesunyian

 

Sadarkan aku yang berjalan

Dalam kehampaan

Terdiam, terpana, terbata

Semua dalam keraguan

 

Aku dan semua

Yang terluka karena kita

 

Akukan menghilang

Dalam pekat malam

Lepas ku melayang

 

Biarlah ku bertanya

Pada bintang bintang

Tentang arti kita

Dalam mimpi yang sempurna

 

🎶🎶🎶🎶

Malam itu, aku tak menyangka Caellan membawaku ke atas rooftop sebuah kafe. Hanya ada aku, dia dan bintang-bintang di langit.

Caellan bertanya, "Apa kamu pernah mencintai seseorang lebih dari mencintai diri kamu sendiri, Han?"

Aku tertawa sumbang. "Pernah, bahkan sedang mengalaminya."

"Kenapa?" tanyanya lagi.

"Aku juga nggak tahu kenapa cinta aku buat kamu bisa sebesar ini. Satu tahun aku cuma bisa lihat kamu dari jauh. Sampai akhirnya di tahun ini aku berani bilang sama kamu dan keajaiban datang. Kamu orang yang Papa pilih. Meski ternyata dibalik keajaiban itu, masih ada celah untuk kecewa."

"Kecewa karena aku mencintai Vania lebih dari aku mencintai diriku sendiri?"

Aku mengangguk. "Kisah kita itu kayak drama. Cuma aku belum tahu ending‐nya akan seperti apa."

"Dari sebuah drama, kamu lebih suka bagian mana? Opening, konflik, atau ending?"

"Ending."

"Kenapa?"

"Ending artinya selesai. Masalah berakhir, pertanyaan terjawab, dan yang terpenting adalah pelajaran berharga bisa ditentukan di bagian itu."

"Aku berharap kisah kita berakhir dengan Happy ending. Kamu bisa menerima aku, kita menikah, punya anak, hidup bahagia selamanya." Caellan terus mendengarkan. "Tapi happy ending buat aku, bukan berarti happy ending buat kamu, Ellan. Iya, kan?"

Caellan menggenggam tanganku. "Aku ajak kamu ke sini buat bikin kamu senyum. Bukan bikin kamu jadi sedih kayak gini. Maaf."

"Kamu nggak salah. Aku yang salah karena berharap berlebihan."

Surat Untuk CaellanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang