Tak ada kata dan mata #Part 13

6 0 0
                                    

Saat aku turun ke kelas bawah aku terkejut melihat semua temanku yang ku pergoki sebelumnya berdiri didepan papan tulis. Dan salah satunya ada Ian. Aku terkejut dan tak bisa meletakkan perasaanku. Aku duduk tepat didepan Ian dan disampingku ada Yanti. Yanti membisikku pelan

"Fi... apa-apaan ini?"

"Aku gak tau Yan"

Lalu bu Puput menjelaskannya
"Ini adalah contoh yang tidak baik, kalian jangan mencontohnya, mereka mencuri soal dan mereka mengerjakannya bersama guna mempermudah ujian"

What? aku kaget. tak tau apalagi yang bisa ku katakan. Aku cuma diam sambil memegang tangan Yanti dan menatap ke arah Ian.

"Fi... apaa ini? kok bisa gini? kejadiannya gimana sih? aku kira kamu sama Ian tadi barengan datangnya" ucapnya sambil memegangku

"Gatau Nti... aku tadi biarin dia pergi duluan. Karena aku belum siap-siap. Dan dia setuju"

Tak tau kata apa yang dapat keluar untuk Ian. Aku sedih dan kecewa olehnya, tak menyangka ia melakukan ini. Percaya atau tidak, aku pasti harus percaya karena sudah jelas buktinya ada di depan mataku.

Untung saja dia bukan seorang penyebar soal itu. menurut kejelasan informasinya dia hanya mendapatkan soal bukan menyebarkan soal. Jujur tak tahu harus ku letakkan dimana perasaanku, ketika melihat orang yang tengah denganku sekarang, sedang melakukan hal yang salah.

***

aku berusaha menenangkan diri. Dan aku juga berusaha berfikir cara membantunya.

"Ian online" saat itulah aku berusaha mencari tahu semua yang terjadi

"Ian jelasin ke aku apa yang terjadi"

dia hanya mengirim rekaman suara kepadaku dengan suara yang lumayan serak.

"Maaf Fi... gue buat lu susah. gue tau lu khawatir. tapi ini emang salah gue. seharusnya gue tau batas kalo kita gak boleh ngikutin orang yang salah. gue tau Yanti juga kecewa ama gue. karena kita adalah tim. Gue gak ada niatan buat ngambil tuh soal tapi... temen-temen gue ngenyuci otak gue. Lu tau gak gue sempat mikirin lo sebelum ngelakuin ini. tapi mereka tetep aja berhasil buat gue lupa dengan lo. Gue tau lu kecewa, temen-temen gue si Kiki, Alfi sama si Rijal yang buat gue gitu. tapi bukan mereka yang ngedapat soalnya duluan. mereka sama gue cuma dikasih jadi yang pengambil soal adalah si Fikri. tapi im sorry yah... soalnya gue tega ngerusak kepercayaan lo"

Saat mendengar VN durasi 39 detik itu. Aku mulai berpikir. bagaimana caranya supaya hukumannya di ringankan.
Yaudah aku kirim aja ke ibu Puput. dan ibu Puput ngejawab

"Terimakasih Nak... kamu bantu kita buat ungkap pelaku sebenarnya. tapi saya takut nantinya kamu masuk di kategori pembantu orang tersebut."

Jujur masalah gue terkait atau nggak. Gak peduli deh... intinya bisa ngebantuin mereka. Yanti juga dukung perbuatan yang aku lakukan. After that aku sama Yanti tinggal nunggu putusan doang.
Dan syukurlah guru-guru kasi kemudahan.
Dia diperbolehkan mengikuti ujian akhir ke lulusan. dan gue? seneng lah pake banget.

Akhirnya rencana gue mulus dan tak ada kesalahan sedikitpun. Tapi yah... besok gue harus jadi tim pemeriksa soal bagi teman-temanku yang remedial lagi. hedeuh... dan sayang seribu sayang si Ian juga termasuk diantara 106 siswa yang mengulang. Yaudalah... gue kepikiran terus masalah itu. kira-kira si Ian bisa lulus gak yah...

Dirumah
"Fi... makan nasinya, kok dimainin?" ucap mama sambil agak ngegas

"iyamahh..." ucapku santai. walau sebenarnya aku stress mikirin itu

Jam 8 malam aku udah masuk kamar. aku bingung harus ngapain disisi lain aku mau buat si Ian lulus. tapi itu susah banget. si Ian aja gak pernah ngerti. Yaa gue udah berulang kali ajarin dia. tapi entah dia perhatikan atau nggak gatau deh....

"Gue sempat galau berjam-jam mikirin itu mikirin ini. gue gatau harus apa. Yanti berusaha buat gue semangat terus, tapi yaa gimana yah? gue tuh punya sisi lemah tersendiri. Pengen rasanya gue nangis tapi udahlah gue ngerasa itu cuma hal yang gak terlalu perlu ditangisin;)
Gue percaya dia bakal lulus, dan gue sama Yanti terus usaha buat dia bisa lulus."
kataku memperkuat hatiku.

***

Hari minggu tiba, ini udah final. dan aku harap Ian lulus, tapi sayang sekali kabar itu tak terdengar dari mulutnya. Jujur aku sangat kecewa, usaha keras ku menjadi lewat layaknya angin. Yanti yang tetap bersamaku terus menyuportku, tak bisa kukatakan apa-apa lagi.

Jujur aku bahagia, di test pertama aku sudah lulus, yanti juga. Tapi Ian? Huft... sore ini mungkin aku harus menemuinya lagi untuk mengajarnya.

***

Sepulang dari test, aku hanya mengurung diriku tak bisa makan, tak berbicara banyak kepada Mbok Sita. Mbok Sita adalah asisten rumah tangga di rumahku. Aku sering curhat padanya tentang hal yang kualami, wajar saja. Papa dan Mamaku sibuk, terlebih kakakku. Mereka tak sempat meluangkan waktunya untukku.

tok..tokk..tok..

"Masuk aja, Pintu gak kekunci" ujarku sambil memainkan ponsel ku.
"Non.. udah makan?"ujar Mbok Sita padaku
"Belum"
"Non... ada mas ganteng dibawah"
"Lahh siapa?Ian?" tanya ku sambil nyengir ke Mbok Sita.
"Hmm... katanya Non sendiri yang harus ketemu baru bisa tau"
"Okelah... Mbok, suruh dia nunggu yah... bentaran Fia mau bersihin kamar Fia"
"Iya non" ujar terakhir Mbok Sita dan kemudian kembali ke bawah.

Wajar kamar ku berantakan gimanapun, aku jarang bersihin kamar pas mood lagi buram kek gini nih, setelah semua rapi sekitar 4 menit, aku turun dari kamar.

"Ohh...Ian" ujar batinku

"Fi.. jalan yuk" Ajaknya penuh semangat
"Lahh... kemana? males ah... pengen bobo aja" Ujarku memasang wajah sok mengantuk.
"Kuylah kita nonton"
"Gue gak melapor sama papa atau mama"
"Tenang gue telpon nih yah... tadi sih udah telpon supaya putri manis ini bisa keluar, mamanya sih bilang 'Yes' tapi kalo si Tuan Putri gak percaya, gue bisa apa" Ujarnya membuatku ingin menyumbat mulutnya dengan tissue.

Ian memang berhasil memecahkan seluruh sikap dinginku padanya, entah kenapa tapi aku ngerasa dia bisa melengkapi kekosongan jalurku, aku yang jutek, dia yang sabar, pas dia jutek, ehh aku malah marah balik.

"Halo Tante, assalamualaikum" ujar Ian dengan menyalakan loudspeaker HPnya.
"Iya nak... Waalaikumsalam" Ujar mamaku, terdengar jelas lewat suara seraknya.
"Tante, boleh aku bawah Fia ke Mall, buat nonton, soalnya di rumah dia ngurung diri terus, dia stress, Ian gak tega ngeliatnya" Ucap Ian sok dramatis

"Gaya lu Combleng" umpat ku dalam hati seiring ingin tertawa melihatnya

"Ian. sayang, kamu bawa aja, tante juga sebenarnya mau ajak Fia Lunch tapi, tante sibuk, jadi temenin Fia dulu yah? yan" ujar mama

"Lahh mama kok gitu sih!" Ujarku nyewot tak setuju

"Sayang sorry yah, kamu sama Ian aja, Papa juga sebenarnya mau lunch sama kita, tapi dia sibuk, mama?punya rapat dadakan. Gak papakan?"

"Yaudah deh ma... kartu kredit mana? aku
boring kalo make uangnya Ian"

"Sayang, kartu kreditmu ada di Ian jadi dia yang ngatur belanjaan kamu"

"What? adehh males nih gue, gabisa shopping" kulirik Ian yang terkekeh mendengar perkataan mamaku.

***

bersambung...

Thanks banget buat yang selalu ngikutin alurnya Ian dan Fia. so jangan lupa tinggalin jejak dengar rate bintangnya
follow ig ku
@Ulfaltf19
next story ngebaperin loh. so tungguin sayanngg😚😚.

ANFI'S LOVE IN RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang