Tiga

1.9K 136 21
                                    

Menghindar bukanlah cara
Terbaik untuk menyelesaikan
Sebuah masalah,
Justru membuatnya semakin rumit.

*
*
*

Kamis ini, Ayra menginjakkan kakinya di Kota Kembang, Bandung. Ia menatap bangunan yang menjulang tinggi didepannya, salah satu bangunan sekolah menengah atas di Bandung. Tak percaya kalau ia akan menjadi seorang guru SMA, yang anak-anaknya pun beranjak dewasa. Entah itu akan terasa mudah atau justru lebih sulit dibanding menjadi guru SMP.

" Bu Ayra.. Nanti abis ini kita langsung ke warung makan ya, saya laper yaampun" Ucap Bu Mira sambil menepuk bahu Ayra, dan Ayra hanya cekikikkan mendengarnya. Ia pun sama kelaparan, tapi harus ia tahan.

Ayra mengangguk setelah cekikikkan " Kok saya deg-degan ya Bu.. Soalnya pertama kali juga ngajar anak SMA" Ucapnya sambil merapikan rambutnya yang hanya dikuncir.

Seolah gantian, bu Mira tertawa tapi tak sampai terbahak " Hahaha.. Gampang Bu, apalagi sekarang kan udah kurtilas , udah serba enak guru mah.." Ucapnya. Bu Mira memang pernah menjadi guru SMA sebelum mengajar di SMP yang sama dengan Ayra.

" Duh kok saya bisa lupa yahh" Ayra dan bu Mira berjalan melewati koridor sekolah yang sepi karena masih jam-jam belajar. Namun, ada satu atau dua anak laki-laki yang nongkrong didepan kelas dengan es cup ditangannya.

" Haii Ibu Cantiikkk" Sapa salah satunya saat Ayra dan bu Mira melewatinya. Anak-anak laki-laki dengan seragam kusam itu tersenyum manis, membuat Ayra tersenyum pula.

" Wuah! Ibu guru baru disini ya? Asiikkk!" Ucap yang satunya excited membuat keduanya tertawa. Sedangkan Ayra dan bu Mira hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan keduanya yang masih menatap Ayra.

Bu Mira berbisik " Ibu kayaknya bakal jadi guru favorite disini hehe.. Wajar sih, ibu kan masih muda, cantik lagi! Selera anak SMA bangett" Ucapnya yang dibalas tawa kecil oleh Ayra.

***

Sudah sebulan sejak malam mengerikan itu, keluarga Arya tak menerima kabar tentang Ayra. Perempuan itupun sudah tidak datang untuk mengajar Ashilla lagi, padahal niatnya mereka akan membahas tentang pernikahannya dengan Arya. Bahkan Azka sampai mendatangi sekolah tempat Ayra mengajar, namun staff disana mengatakan kalau Ayra dipindahkan dan mereka tidak mau mengatakan dimana Ayra dipindahkan.

Hal itu membuat Azka curiga, jangan-jangan Arya yang mengancam Ayra hingga perempuan itu pindah ke kota lain. Dan Azka juga yakin, staff sekolah itu pasti dibayar Arya untuk tutup mulut soal kepindahan Ayra.

Astha sambil menggandeng tangan suaminya itu berjalan dengan wajah memerah dilorong rumah sakit. Hatinya terus memaki adiknya, walaupun suaminya berusaha menenangkannya tapi tetap saja emosi menggerogoti jiwanya.

Si Arya bener-bener keterlaluan!

Didepan pintu putih dengan plang R.Kandungan - dr. Arya Satria T, Sp.OG - . Astha menarik knopnya kasar, hingga membuat sang dokter yang sedang memutar-mutar pulpennya terkejut seketika. Astha menampar pipinya kuat, hingga pandangan Arya terlempar kesebelah kiri.

" Aduh! Apa-apaan sih mbak? Dateng-dateng bukannya salam malah nampar aku" Tanyanya sambil mengusap pipinya yang terkena tamparan sang kakak.

Astha berkacak pinggang " Kamu itu manusia bukan sih Mas?! Setelah kamu lecehin dia, sekarang kamu ancam dia sampe-sampe dia pindah kota?!! Brengsek kamu!!" Ucapnya penuh penekanan.

Kening Arya berkerut " Ayra? Pindah? Maksudnya apa sih mbak? Aku ga ngerti! Maksudnya Ayra pindah rumah? Minggat dari Jakarta? Gitu?" Tanyanya berentet.

A (Antara Arya, Ayra dan Anfal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang