Sekarang aku tahu,
Kebodohan terbesarku adalah
Menikahimu.***
Pagi ini Ayra tengah duduk didepan sebuah meja rias yang diatasnya terdapat banyak alat-alat make up yang bahkan Ayra sendiri tidak hafal apa namanya, perempuan itu memandang bayangannya dicermin dengan sendu, seharusnya hari ini adalah hari bahagia untuknya, jika mempelainya adalah Reno, bukan Arya. Beberapa puluh menit lagi ia akan menjadi seorang istri, sekaligus ibu, ia akan menjadi tanggung jawab Arya. Dan Ayra harus patuh pada laki-laki itu.
Diluar terdengar ruih para tamu, entahlah mungkin teman-teman Arya. Undangan pun hanya 500 yang disebar, walaupun sempat cekcok dengan Abi karena Abi merasa banyak saudara-saudaranya yang tidak kebagian nantinya.
" Mbaknya kok ngelamun terus sih.. Nggak usah dipikirin malem pertama mah Mbak, Mas Aryanya nanti pelan-pelan kok" Ucap si perias dengan senyum jahilnya sambil menatap Ayra usil.
Ayra hanya menanggapinya dengan senyum tipis " Saya inget orang tua saya, Bu.. Harusnya mereka ada disamping saya" Ucapnya kembali menunduk. Ayra berusaha setengah mati menahan supaya air matanya tidak tumpah, namun sayang, kelopak matanya tidak mampu menahan genangan air mata sehingga meluruh begitu saja.
Sang perias hanya bisa tertunduk sambil mengusap punggung Ayra dengan sayang.
***
Didalam rumah Arya sudah banyak tamu yang datang, bahkan sebentar lagi akad akan dimulai, Arya yang mengenakan jas putih sudah duduk didepan paman Ayra, laki-laki itu terlihat gugup. Sudah beberapa kali laki-laki itu membuka-pakai peci putihnya, Arya mendongak saat mendengar suara sang penghulu.
" Mempelai perempuannya bisa dipanggil segera?" Aldrian mengangguk, lantas berlari keatas berniat memanggil calon kakak iparnya nanti. Namun saat Aldrian membuka pintu kamar, kamar tersebut kosong tidak ada siapapun.
" MBAK AYRAAAA! MBAK DIMANA" Aldrian membuka setiap pintu didalam kamar itu, namun nihil. Laki-laki itu tidak menemukan Ayra dimanapun " Yaa Allah Mbak Ayra dimanaaa.. "
Aldrian kembali berlari turun kebawah dengan wajah yang cemas " MBAK AYRA NGGAK ADA!" Ucapnya yang membuat semua mata menatapnya. Termasuk Umi yang kini malah pingsan, Arya melempar pecinya sembarangan lalu menghampiri Uminya yang kini terbaring.
" Mi.. Umi.. Maafin Arya Umi" Ucap Arya sambil menciumi tangan Uminya tersebut, mata Uminya perlahan terbuka, tapi ujung matanya basah " Arya minta maaf.. Maaf.. Ini emang salah Arya, Arya yang udah malu-maluin nama keluarga ini.."
Ayra! Awas kamu!!
Arya mengumpati Ayra dalam hati karena telah membuat malu keluarganya dengan kabur dari pernikahannya.
" Pernikahannya bisa dilanjut?" Tanya Sang Penghulu, disampingnya Paman Ayra menghela nafas merasa malu dengan keluarga Tama. " Saya ada jadwal ditempat lain, jika batal maka saya mohon pamit."
Azka berusaha menahan sang Penghulu " Pak sebentar, tunggu dulu.. Adik saya tetap harus dinikahkan, saya janji, 5 menit.. " Ucapnya yang diangguki sang Penghulu. Azka kembali berlari diikuti Aldrian guna mencari Ayra.
Arya masih sibuk menenangkan Uminya, dan Abi yang sedang mengucapkan kepada para tamu-tamunya. Dalam hati Arya saat ini hanya dendam, Ayra mengecewakannya, padahal Arya sudah berusaha untuk menerima perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A (Antara Arya, Ayra dan Anfal)
RomansEnding: 16 Juni 2020 F4 Lokal stories - Arya Satria Tritama - dr.Arya Satria Tritama, name tag yang tersangkut pada snelli kebanggaannya itu membuat semua yang melihatnya berdecak kagum. Seorang dokter 25 tahun yang mempunyai wajah tampan itu juga...