Hari ini Arya mengambil desain undangan untuk pernikahannya dengan Ayra sendirian, tanpa ditemani oleh siapapun. Setelah pulang dari rumah sakit Arya langsung pergi ketempat dimana undangan pernikahannya dicetak, bahkan laki-laki itu melepas snelli nya yang sekarang terlihat kusam dan kusut. Sama seperti keadaan hatinya, jika calon pengantin lain akan tampak berseri-seri saat mengambil undangan, maka beda dengan Arya. Laki-laki itu justru terlihat gusar dan gelisah.
" Mbak, undangan atas nama Arya dan Ayra" Ucap Arya saat sudah sampai ditempatnya. Perempuan bersanggul itu tersenyum tipis, kemudian mengambil sekardus yang Arya yakini itu undangannya.
Sambil membuka lakban kardus itu, si perempuan bertanya " Kok sendirian Mas? Calon istrinya nggak sekalian diajak?"
Arya tersenyum tipis nyaris tak terlihat " Calon saya lagi istirahat, saya gak tega ngajaknya. Soalnya takut kecapean nanti" Jawabnya sambil mengeluarkan dompet dari saku celana bahannya.
" Wahh Masnya perhatian sekali ya, beruntung deh Mbak Ayra ini.. " Ucap si perempuan senyum menggoda sambil mengangkat kedua alisnya, lalu kemudian menyerahkan undangan gold-maroon pada Arya " Ini desainnya sesuai dengan permintaan Mas Arya dan Mbak Ayra yaa Mas.. "
Arya mengangguk lalu membayarnya setelah si perempuan tadi mentotal semuanya, sebenarnya bisa saja orang lain yang mengambilkannya tanpa perlu susah payah Arya mengambilnya sendiri tapi Arya rasa ini tanggung jawabnya " Makasih ya Mas, semoga pernikahannya lancar dan diberkahi oleh Tuhan. Cepat diberi momongan dan yang pasti sakinah mawadah warohmah"
" Amin, kembali kasih Mbak" Ucap Arya sambil membawa sekardus undangan miliknya kedalam bagasi mobil. Jam kini menunjukkan pukul 18.45, yang artinya sebentar lagi adzan isya akan berkumandang.
Arya memakirkan mobilnya diparkiran sebuah masjid dekat dengan tempat percetakan undangan tadi, laki-laki itu menyimpan snelli nya dijok belakang.
Setelah selesai solat, dimana saat orang-orang keluar dari masjid. Arya mengadahkan tangannya lagi, air matanya perlahan menetes. Arya tidak menyesal, hanya merasa takdir tidak adil padanya.
Masjid kini mulai sepi, hanya tinggal Arya yang masih berkutat dengan tasbihnya. Kepalanya menunduk, bibirnya bergerak melatunkan kalimat-kalimat tauhid. Arya mencoba yakinkan hatinya disini, seperti yang biasa lakukan jika sedang gelisah. Mencurahkan hati pada Sang Pemilik Alam adalah pilihannya.
Jam 20.01 Arya beranjak dari masjid sambil mengantongi tasbihnya, laki-laki itu mengusap wajahnya dengan kasar mencoba menghapus jejak air mata yang sebenarnya sudah mengering. Saat membuka pintu mobilnya, tiba-tiba suara seorang perempuan memanggil namanya.
" ARYA!!" Arya menolehkan kepalanya pada sumber suara, disana ada seorang perempuan dengan dress coklat minim melambaikan tangan padanya. Arya sangat mengenal sosok itu.
Arya mencoba tersenyum saat mantan kekasihnya itu berlari menghampirinya " Hai, apa kabar Div?" Tanyanya basa-basi.
" Baik Ar, kamu apa kabar juga? Yaampun udah lama banget sih kita gak ketemu! Kamu udah jadi dokternya? Makin ganteng ae Mas.." Jawab Diva antusias sambil memegang bahu kanan Arya.
Arya terkekeh geli " Haha alhamdulillah udah dongg, ya masa Arya nggak bisa jadi dokter. Nanti kalo gagal dibikin petisi lagi" Ucapnya membalas ucapan Diva.
" Dih ternyata kamu masih aneh kayak dulu ya, nggak ada yang berubah! Eh gimana kalo kita ke cafe? Buat ngobrol-ngobrol gitu, kan kita udah lama gak ketemu.." Ajak Diva sambil memegang tangan kanan Arya yang semula mengganggam pegangan pintu mobil.
Dahi Arya tampak berkerut " Emm boleh deh! Saya juga lagi laper nih abis dari rumah sakit tadi" Ucap Arya yang membuat Diva langsung menjerit tertahan dan masuk kedalam mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A (Antara Arya, Ayra dan Anfal)
RomanceEnding: 16 Juni 2020 F4 Lokal stories - Arya Satria Tritama - dr.Arya Satria Tritama, name tag yang tersangkut pada snelli kebanggaannya itu membuat semua yang melihatnya berdecak kagum. Seorang dokter 25 tahun yang mempunyai wajah tampan itu juga...