Sayang Arya juga ( Spesial Angkasa)

832 81 24
                                    

Hari ini, Angkasa Farhan tepat berusia 24 tahun, laki-laki yang yang terlihat tampan dengan jas hitamnya tampak berdiri sambil tersenyum. Ayra bertepuk tangan dengan air matanya yang sudah meleleh, sedangkan Arya di sampingnya hanya tersenyum bangga pada sosok Angkasa.

dr. Angkasa Farhan A.A, S.ked

Ketika MC menyebutkan nama itu, Ayra bangkit dan semakin menepukkan tangannya dengan keras, membuat Arya ikut berdiri karena reaksi istrinya yang tiba-tiba itu. Di atas panggung sana, Angkasa dengan slempangnya tengah tersenyum lebar sambil melambaikan tangan padanya.

Angkasa berlari memeluk Ayra setelah penobatan gelar dokternya, Ayra tampak menangis lagi saat Putranya itu memeluknya. Dan Arya yang di sampingnya hanya bisa menggandeng kedua anak kembarnya, Ayra itu memang sedikit lebay jika menyangkut Angkasa.

" Bunda nangisnya kenapa lebay banget sih Yah, aku juga sama bangganya kok sama kakak, tapi nggak segitunya deh" Ucap Yura, anak ketiga dari Arya dan Ayra yang merupakan adik kembar dari Yudhistira.

Arya mengangguk, menyetujui ucapan Putrinya yang baru saja masuk SMA itu " Bunda kamu emang begitu dari dulu, masalah kecil aja nangisnya bisa berhari-hari tuh" Tanggap Arya.

Terlihat Yudhistira tidak terima dengan ucapan sang Ayah, " Halah, Ayah jauh lebih lebay kali. Masa kata Om Akmal, Ayah pergi kabur ke Malang cuma gara-gara Bunda dijemput sama Om Reno. Cemburu Ayah kampungan" Ucapnya santai.

Angkasa tampak terkekeh mendengar adik laki-lakinya itu, ucapannya berhasil membuat Arya berdecak sebal sambil mengumpat dalam hati. Ini pasti gara-gara pas hamil, Ayra selalu ingin main di rumah Agam, jadilah anak dalam kandungan Ayra tertular mulut mematikan Agam.

" Makanya ya Mas jangan maen-maen sama aku, soalnya nggak ada satupun anak aku yang mihak kamu" Ucap Ayra sambil merangkul Angkasa dan Yudhistira yang sekarang jauh lebih tinggi darinya.

Merasa tak terima, Arya dengan cepat merangkul pundak Putri satu-satunya " Siapa bilang?! Aku punya Yura dong, iya gak sayang?" Tanya Arya pada Yura yang akhirnya terpaksa mengangguk.

" Yah, nanti Yura nggak dapet makan kalo dukung Ayah. Yura mau jadi pengkhianat dulu ah!" Ucap Yura sambil melepaskan rangkulan Arya pada bahunya dan berlari menghampiri Bundanya bersama kedua kakak laki-lakinya.

Lagi-lagi Arya berdecak sebal, " Hilih.. Kalian kok nggak pada pilih Ayah, padahal Bunda bisa masak makanan buat kalian karena duit dari Ayah. Dahlah males" Ucapnya berlalu, Arya haus dan berniat membeli minuman untuk menghilangkan dahaganya.

Namun langkahnya terhenti ketika seorang perempuan dengan dress berwarna baby pink dan rambut coklatnya yang dicurly menghampirinya seraya tersenyum sopan, Arya tampak berdehem dan membalas senyuman gadis di depannya.

" Siang dokter Arya! Oiya, selamat ya untuk Angkasa" Ucap gadis itu, yang Arya tau dia adalah salah satu dokter umum yang bekerja di rumah sakitnya bersama dengan Angkasa, kalau tidak salah namanya Giva.

Dan lagi-lagi respon Arya hanya mengangguk, " Ahiya selamat siang kembali Giva, terimakasih sebelumnya, saya permisi" Ucap Arya yang mendapat sahutan yang terdengar manis dari seorang dokter Giva.

Dalam hati Arya berdoa semoga saja Olivia tidak nekat untuk menyusul Angkasa kesini, karena keadaannya sedang ada Giva disini bersama dengan Putranya, Arya tidak buta, Arya tau kalau anak dari sahabatnya itu tidak menyukai Giva selalu mencari kesempatan untuk mendekati Angkasa.

Namun sepertinya, Dewi Fortuna tidak sedang berada di pihaknya. Arya melihat seorang perempuan dengan seragam khas sekolahnya yang ditutupi oleh cardigan rajut berwarna pink sedang tersenyum girang sambil melambaikan tangan padanya.

A (Antara Arya, Ayra dan Anfal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang