Empat Belas

1.6K 115 25
                                    

Pagi menjelang, Arya tersadar bahwa ia semalaman tidur di sofa ruang keluarga setelah memakan banyak keripik singkong bumbu yang diberi oleh istrinya Fahri saat di kantor Agam. Setidaknya setelah menghabiskan waktunya dengan para sahabatnya walaupun dengan tidak adanya Akmal, membuat suasana hatinya sedikit membaik.

Laki-laki itu melirik jam dinding besar yang menunjukkan pukul 04.57, ia menggelengkan kepalanya. Ia telat melakukan ibadah solat shubuh, dengan gerakan cepat Arya mengambil wudhu dan menunaikan kewajibannya sebagai umat Muslim.

Setelah berdoa, Arya keluar tempat khusus ibadah yang langsung terhubung dengan dapur. Didepan pantry, ada Ayra dengan baju dinasnya sedang memotong sesuatu.

" Ra.." Lirih Arya memanggil istrinya itu, Ayra mendongak melihat laki-laki yang telah sah menjadi suaminya masih rapi memakai koko, peci dan sarungnya. " Kenapa sem-"

" Arya, aku minta maaf semalem nggak bukain pintu soalnya aku kira kamu nggak pulang" Tukas Ayra sambil menggenggam tangan suaminya dengan erat, membuat Arya meneguk salivanya susah-susah.

Arya bingung dengan Ayra, kemarin-kemarin menolaknya seolah membencinya, tapi sekarang malah dengan sukarela menggenggam erat jemarinya.

Arya tersenyum sambil menggosok lengan Ayra yang sedang menggenggam tangannya " Iya Ra nggak papa, akumah ikhlas walaupun tidur ditemenin seribu nyamuk juga" Ucapnya dramatis.

Mendengar nada sok dramatis dari Arya membuat Ayra langsung menghempaskan tangannya " Kamu itu ih! Sana ah siap-siap, udah siang juga!" Ucapnya seraya kembali pada sayurannya yang sempat ia tinggalkan.

" Kamu hari ini mau ngajar?" Tanya Arya sambil melepas pecinya

Ayra menoleh " Ya menurut kamu, kalo aku pake baju kayak gini, mau ngajar atau mau ke pasar?" Tanyanya dengan wajah menyebalkan.

Arya mendengus kesal sambil melangkahkan kakinya menaiki tangga " Serah dah!" Desahnya yang mengundang tawa dari perempuan dibelakangnya. Ternyata, Ayra memang mengikutinya.

Saat sampai di kamar, Arya malah merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil memejamkan mata, menikmati empuknya ranjang tersebut. Ayra yang melihatnya hanya menggelengkan kepala, perempuan itu kemudian menyiapkan pakaian untuk suaminya.

" Arya, kamu siap-siap dulu.. Kerumah sakit mana dulu? Kamu prakteknya jam berapa sih hari ini?" Tanya Ayra seraya mendudukkan tubuhnya disamping Arya yang rebahan.

Membuka satu matanya, Arya melirik Ayra " Ah masih lama, aku praktek jam 9 hari ini di rumah sakit Sentral Asih, abis itu langsung kerumah sakit biasa" Jawabnya.

" Ini aku taro disini ya, soalnya aku ada jam ngajar pagi hari ini. Nanti aku naik taksi online aja, kamu istirahat aja mending" Ucap Ayra sambil merapikan rambutnya dengan jari-jari tangannya.

Arya menghela nafas panjang, ia bingung harus bagaimana menghadapi Ayra. Selama ini sikap istrinya selalu berubah-ubah, kadang menjadi sangat cerewet, kadang galak, kadang baik sekali, tapi kadang tiba-tiba menjadi pendiam dan seolah-olah jijik padanya.  Arya dengan pernikahannya ini, ia mencoba menerima namun tak ada balasan dari Ayra.

" Kamu pagi-pagi udah ngelamun aja" Suara Ayra membuat Arya membuka matanya, lalu terduduk sambil menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang. Menatap mata Ayra dengan mata tajamnya, " Kenapa sih?"

Arya menggeleng " Nggak papa, biar aku yang anterin aja. Kamu ini gengsian banget sih, tinggal bilang aja kalo mau berangkat ngajar, pake acara naik taksi online segala" Ucapnya seraya melepas kaos hitamnya hingga membuat Ayra menutup matanya dengan dua tangannya.

" Parah kamu! Buka-buka baju nggak bilang dulu!" Ucap Ayra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, sedangkan Arya hanya terkekeh geli melihat tingkah istrinya yang sok polos itu.

A (Antara Arya, Ayra dan Anfal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang