Tujuh

2.1K 121 11
                                    

Malam ini keluarga Arya sampai di Bandung, rumahnya yang berada di Jakarta dibiarkan kosong. Kasus Putra mereka lebih berharga dibanding hartanya yang berada dirumah. Saat mendapat kabar dari Ridho, Umi langsung mengelus dadanya senang, mungkin Ayra memang jodoh Putranya. Buktinya saja mereka bertemu disaat keduanya saling menghindar.

Di dalam apartment Arya semuanya berkumpul, wajah emosi Azka jelas membuat membuat Ridho bergidik, apalagi saat melihat kondisi wajah Arya yang tidak karuan. Dokter kandungan itu berada dalam dekapan sang Umi, tangan kirinya memegang sudut bibirnya yang sedikit robek akibat pukulan dari Abangnya, sedangkan Abi hanya diam dengan wajah sendu.

" Bangga lo hah bisa hamilin anak orang?!" Ucap Azka emosi sambil menunjuk-nunjuk Arya, melihatnya Umi menangis. Ia lebih baik melihat anak-anaknya bermain monopoli sampai larut malam dan ia berjanji tidak akan melarangnya lagi daripada harus seperti ini.

Arya melepaskan dekapan Uminya dan menatap Azka, memberanikan diri " Terus aja salahin gue Bang!! Gue udah ajak Ayra nikah, gue mau tanggung jawab! Tapi Ayra nolak! Dia bahkan mau bunuh janinnya saking nggak mau gue nikahin!!"

" Lo pikir gue mau apa ada diposisi kayak gini?! Nggak!!" Ucap Arya lalu Umi menarik bahunya, mengusapnya, memberikan kekuatan untuk lebih bersabar secara tidak langsung pada Putranya.

Ridho yang sudah mendengar seluruh kenyataannya pun hanya diam, dia tidak bisa menyalahkan Arya, laki-laki itu salah tapi tidak sepenuhnya. Bahkan saat bercerita tadi, Arya sampai berurai air mata, pemandangan yang baru pertama kali ia lihat. Biasanya laki-laki itu tidak akan menangis walau sebesar apapun masalah dan cobaan hidupnya. Saat Arya menyebutkan nama Siska, Ridho melihat kilatan kebencian dimatanya, Arya benar-benar membenci Siska.

Penghinatan yang dilakukan Siska sukses membuat Arya hancur. Harga dirinya. Dan juga reputasinya dimata dikeluarga.

Ridho membuka aplikasi instagramnya untuk menghilangkan kegugupannya di depan keluarga Arya, ia melihat instastory Ayra yang sedang berada distasiun. Itu artinya perempuan itu akan meninggalkan Bandung malam ini. Dan masalah keluarga Arya otomatis tidak akan pernah bisa selesai, jika tidak ada Ayra disini.

" Semuanya saya permisi.." Ucap Ridho membuat Arya menatapnya curiga, Ridho tidak akan mau repot-repot keluar apartment malam-malam begini jika tidak ada sesuatu yang penting.

" Mau kemana sih, Dho? Bukannya bantuin gue disini malah nglayap" Ucap Arya berdecak, hal itu membuat Dika menggeleng-gelengkan kepalanya. Disaat keadaan mencekam begini saja, mulut adik iparnya itu tetap bisa membanyol.

Gimanapun situasinya, Arya ya tetap Arya.

Ridho menyengir lebar " Suster Anneke ada di restaurant depan, sekalian hehe" Ucapnya berbohong. Anneke adalah suster dirumah sakit yang menaruh hati pada Ridho.

Arya tersenyum sinis " Haha lucu Dho! Suster Anneke kan lagi sakit, mana ada direstaurant depan.. Dia lagi baringan tuh di kamar Anggrek nomor 3! Gak pinter ngibul gak usah sok-sok ngibul deh" Ucapnya nyinyir. Abi hanya mengerutkan kening melihat tingkah anaknya yang sangat ajaib

" Iyeiye mana bisa gue ngibulin kang ngibul. Udah ah, cape ngomong sama lo mah. Mening gue pamit dulu ya, Assalamualaikum " Ucap Ridho sambil menutup pintu apartment Arya.

" Kamu tuh kenapa sih dek, orang lagi serius gini malah ngedebat! Gada takut-takut ya kamu muka udah kayak adonan kue bantet juga" Ucap Astha sambil membuka ikatan rambutnya.

Arya berdecak " Biar nggak tegang banget mbak"

***

Di stasiun, Ridho mencari-cari Ayra dengan langkah cepat. Dalam hati ia berdoa semoga kereta yang akan ditumpangi Ayra belum berangkat. Dari kejauhan Ridho melihat seorang perempuan tengah menunduk mengenakan jaket hitam dan kacamata bening. Itu Ayra! Iya, Ridho mengenal kacamatanya, kacamata yang Ayra pakai saat mengantarnya keruang Kepala Sekolah.

A (Antara Arya, Ayra dan Anfal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang