4. Newborn.

1K 63 35
                                    

1 bulan 2 minggu kemudian...

Hari ini di kediaman Keluarga Kusuma sedang ramai. Bagaimana tidak? Qyrha sudah ingin melahirkan, dan posisi mereka saat ini adalah di dalam mobil menuju rumah sakit terdekat.

Sudah ada seluruh kerabat dekat Qyrha disini. Bahkan orang tua dan mertuanya pun hadir. Namun yang ada di dalam mobil yang sama hanya Arthur, Keano, Sania, Evan, dan Anton. Dan sisanya menyusul di belakang dengan beberapa mobil.

"Thur, perut gue sakit banget asli, hiks.. hikss..." Ringis Qyrha sambil memegangi perutnya.

"Perut kamu sakit banget ya, Rha? Tahan, Rha, hiks.. hiks.." Ucap Arthur sambil mengelus pelan perut Qyrha.

"Iya, Nak.. ayo sabar dulu sebentar lagi pasti kita sampe.." Ucap Sania menenangkan.

"Bu, ini sa-sakittt bangettt.."

"Iya sayang ayo tahan dulu nanti kita sampe kok yah," Jawab Sania sambil menghapus air matanya yang menetes.

Sungguh, ia sangat tidak tega melihat putri kecilnya yang kesakitan seperti ini dan sebentar lagi akan menjadi Ibu.

"Awwhhhh sakiiittt hiks.. hikss... ini lebih sakitt dari apapun please... ini lebih perih daripada di sayat..."

"Rha, ayo tahan dulu.. kamu jangan bikin aku makin panik dong.." Ucap Arthur frustasi. Ini anak pertamanya.

Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di rumah sakit dan Qyrha langsung di larikan ke ruang persalinan.

"Thur, kamu harus ikutt!!" Rengeknya dan Arthur hanya mengangguk. Ia harus menemani istrinya disaat detik-detik melahirkan seperti ini. Sejujurnya, ia belum ada perencanaan harus berbuat apa saat Qyrha melahirkan.

Detik-detik menegangkan cukup membuat suasana membeku seketika. 

"Mari ikut saya, Tuan." Ucap Dokter itu, Arthur pun ikut masuk ke dalam ruangan itu.

Arthur menemani Qyrha yang bercucuran keringat di seluruh pelipisnya. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia tidak yakin jika bisa melahirkan anaknya.

"Rha, kamu pasti bisa, jangan gugup."

"Ga gugup gimana anjing!"

"Stt stt sttt, gaboleh ngomong kasar, malu sama bidannya,"

"Ahh operasi aja deh, Bubid!"

"Ihh jangan Rha, ini persalinan pertama kamu, masa mau langsung di caesar aja!"

"Gabisa gue gabisa! Lagian ntar gimana caranya!"

Bidan yang sedang mempersiapkan hanya bisa tersenyum menyaksikan perdebatan antara suami istri di detik-detik persalinannya.

"Gapapa Nyonya, lebih baik lahir normal. Nanti kami akan ajari kok. Maaf sebelumnya, apa Nyonya pernah ikut kegiatan-kegiatan sebelum melahirkan? Kayak step-step gitu?" Tanya salah satu Bidan.

"Ngga," Jawab Qyrha seadanya.

"Ohh baiklah tidak masalah, Nyonya jangan tegang yah, atur nafas dulu,"

"Hufttt," Hembusnya pasrah.

Qyrha mencengkram erat tangan Arthur, tak peduli dengan kuku-kukunya yang menancap cukup dalam di lengan Arthur.

"Kamu pasti bisa," Bisik Arthur sambil tersenyum.

"Oke, Nyonya. Tarik nafas pelan, hembuskan.."

"Jangan terlalu di dorong, Nyonya,"

Sementara itu, Qyrha terus mengejan dan senantiasa berdoa agar anaknya itu bisa lahir dengan selamat ke dunia.

"Huffttt.. huftttt... huftttt.... kok gak keluar-keluar sih?!" Ucap Qyrha kesal.

Differently TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang