"Ada apa sih, Zeva.." Tanya Jessika sambil mengusap wajahnya kasar.
"Dia ngehina fisik Zeva."
"Ya kenapa harus pukul-pukulan? Zeva bisa kan ledek balik? Katain balik. Jangan maen kekerasan gitu."
"Gak bisa lah, Zeva gak bisa terima gitu aja."
"Kakak tau Zeva jago bela diri, tapi jangan di gunain buat hal yang salah, Zeva.."
"Salah dimananya sih, Kak? Dimana salahnya?! Zeva cuma ngebela diri! Ahh tau gitu mendingan gue jadi gelandangan gausah sekolah, gausah puyeng-puyeng mikirin pelajaran, gausah patuh sama peraturan!"
"Zeva! Kakak bilangin ya ke Bunda kamu?!"
"Sana bilangin aja. Zeva juga udah muak. Zeva pengen bebas! Zeva pengen ngelakuin semua hal yang Zeva suka! Balapan, tawuran, Zeva pengen ngelakuin hal itu semua! Zeva gak mau di kekang."
"Di kekang dimananya sih, Zev? Kakak disini cuma pengen kamu jadi cewek seutuhnya. Kakak gak mau sikap kamu itu kayak cowok banget tau gak?"
"Zeva itu cuma ngebela diri! Coba Kakak di katain tampang pas-pasan, marah gak? Sebenernya Kakak itu jelek banget kayak ondel-ondel jalanan atau ngga boneka mampang!"
"Kakak pasti bakal marah tapi Kakak gak pernah gegabah kayak kamu. Coba kalo orang tua siswa tadi gak terima, terus Bunda kamu disuruh dateng ke sekolah? Kamu tau kan mulut Bunda kamu kayak apa?"
"Ahh Zeva gak peduli. Pokoknya Zeva mau ngelakuin hal yang menurut Zeva baik!"
"Terus balapan ama tawuran itu hal yang baik?"
"Baik."
"Baik untuk bikin beban sekolah berkurang." Lanjut Zeva enteng.
"Arghh rasanya kepala Kakak mau pecah gegara ngomong terus sama kamu!"
"Yaudah bagus. Zeva ke kelas dulu, bye!" Ucap Zeva enteng kemudian langsung meninggalkan Jessika yang diam terpaku.
"Tan, nyerah gue didik anak lo yang satu ini.." Gumam Jessika sambil menghembuskan nafasnya.
Zeva mengelilingi koridor menuju kelasnya dengan santai. Tak peduli dengan banyak pasang mata yang tertuju padanya.
"Duh 10 IPS 4 ada dimana sih?"
Dan beberapa menit kemudian, seseorang menepuk bahunya. Dengan sigap, Zeva memegang tangan itu lalu memutarnya dengan cepat.
"Aduhhh sakitt begoo!!" Ringis Rean sambil menarik tangannya.
"Ngapain lo nepok-nepok punggung gue?"
"Gatau lah. Males gue sama lo, niatnya pengen ngasih tau lo dimana kelas kita, malah tangan gue kena pelintir."
"Siapa suruh lo begitu."
"Jadi cewek gabisa lembut sedikit apa? Fisik lo cewek tapi kelakuan lo cowok. Capek gue dari TK sampe SMA harus bareng terus sama lo."
"Halah tai kucing! Bilang aja lo yang ngikutin gue, biar selalu deket ama gue. Ngaku aja lo! Dasar modus."
"Sotoy! Jangan kepedean!" Ucap Rean lalu menoyor dahi Zeva dengan kencang sampai kepala Zeva terhuyung ke belakang. Setelah itu, Rean berlari menghindari Zeva yang sepertinya akan mengamuk.
"Goblok!" Umpatnya kasar.
"Rean anjing! Reanjing!"
"Sakit yaaa? Kasihan deh lo!! Ohh iya by the way, pantun lo gak asik!"
"Anak haram!!" Teriak Zeva sudah naik pitam lalu melepaskan sepatunya dan melemparnya ke arah Rean namun cowok itu berhasil menghindar dan malah mengambil sepatu milik Zeva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Differently Twins
Ficción General[SEQUEL QAHS] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [WARNING]⚠️ Bagaimana jadinya jika Qyrha dan Arthur menjadi sepasang suami istri lalu mempunyai anak kembar? Akankah anak kembar mereka seperti mereka di masa lalu? Mereka terlahir kembar, namun berbeda. Da...