27. Watch Phone.

492 34 15
                                    

"Bang ayo ngantin!" Teriak Zeva di telinga Nathan yang sedang tertidur.

"Ganggu aja. Pergi sana!" Bentak Nathan sambil membenarkan posisi tidurnya.

Zeva merengut sebal mendapat bentakan dari Kakaknya itu.

"Gausah sok ngambek gue bilang. Lo ngambek malah bikin ilfeel."

Dan lagi-lagi Zeva merengut sebal. Wajah flatnya bertambah flat saat Nathan mengatai dirinya.

"Sabar ya, Zev. Tapi gapapa, calon kakak ipar lo ini bakal selalu dukung lo kok!"

"Gausah ngekhayal. Pergi sana!" Usir Nathan sebal.

"Galak banget jadi orang! Gue bilangin Bunda ntar!" Kesal Zeva lalu meninggalkan Nathan dengan cepat.

"Tukan Zeva ngambek! Mampus lo Nath, ntar Zeva aduin!" Kesal Alifa lalu menyusul Zeva.

"Alay." Cibir Nathan setengah hati.

Zeva berjalan dengan cepat, ia tak memperdulikan Alifa dan Rean yang mengejar dirinya. Iya, Rean. Anak itu ikut mengejar Zeva.

"Zeva!" Panggil Rean.

"ZEVAAAA!!" Teriak Alifa.

Zeva terus berlari sampai menuju kantin. Namun tanpa di sadari, saat Zeva sedang menoleh ke arah belakang, ia tak menyadari kalau di depannya ada Al yang menghadang dirinya. Alhasil, Zeva tertabrak dada bidang Alaska. Ia terhuyung ke belakang.

"Siapa sih yang naro tiang disini?!" Omel Zeva sambil menganggap Alaska adalah tiang.

Alaska bersedekap dada dengan kesal, "Gak usah lari-lari, disini banyak orang!"

"Lo ngapain ngalangin gue lari?!"

"Gue ngalangin juga supaya lo gak nabrak tiang beneran. Lo gak liat nih ada tiang?!"

"Mendingan gue nabrak tiang daripada nabrak lo!" Bentak Zeva kesal.

"Zeva, lo jelek tapi baperan." Cibir Rean yang sudah berada di sebelah Zeva.

"Setau gue, Babi gak keringetan, tapi kok lo keringetan sih, Rean?" Ucap Zeva membalas ledekan Rean.

"Sial lo Zev!" Cibir Rean kesal lalu Zeva tertawa.

"ZEVAA LARI LO KAYAK KUDA!" Jerit Alifa dengan nafas terengah-engah.

"Udah ya, Zev. Lain kali lo gak usah lari-lari kayak gitu. Tar kalo lo kenapa-napa, gue sama Nathan yang di salahin. Lo kan tau kalo lo anak kesayangan Bunda lo." Kesal Alaska sambil membenarkan dasi Zeva.

"Tapi gue jelek, bego, ceroboh. Sedangkan Bunda ama Ayah gak gitu! Gue anak pungut, Bang Al!"

"Bwahahahahhahahahaha... Zeva.. Zeva.. udah ahh gausah ngomong yang aneh-aneh. Mendingan ke kantin deh lo sana!" Ucap Alaska lalu mendorong Zeva agar cepat-cepat ke kantin.

"Abang! Apaan sih?! Zeva lagi nanya loh!" Ucap Zeva memberontak.

"Bacot, lo itu anak kesayangan Bunda lo. Mana mungkin lo anak pungut." Kesal Alaska.

Differently TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang