Semenjak ditampilkannya pilihan dead or kill beserta werewolf or vampire, mereka menjaga jarak satu sama lain karena curiga.
Sekarang terbagi menjadi beberapa kubu, yaitu kubunya Jeno yang berisi Jeno, Jaemin, Haechan, dan Renjun. Lalu kubunya Hwall yang berisi Hwall, Sunwoo, Yoonbin, Jihoon, dan Junkyu. Kemudian kubunya Hyunjin yaitu Hyunjin dan Jisung. Setelah itu ada kubunya Seungmin dengan Felix, dan yang terakhir Jinyoung dengan Sanha.
Loh, kok Jinyoung bisa bareng Sanha?
Iya, Sanha lebih percaya Jinyoung si laki-laki dingin dan jutek satu sekolah daripada percaya sama teman-temannya yang blangsak nggak karuan.
Padahal dia nggak kalah blangsak dari yang lain.
"Eh Nyong, si Yonghee kapan balik?"
Saat ini, Jinyoung dan Sanha berada di kantin di meja paling pojok belakang. Mereka hanya berdua dengan alasan ingin membicarakan hal penting.
"Gak tau, dia bilang minggu depan. Tapi gue gak yakin, soalnya urusan dia di luar negeri belom selesai."
Sanha menautkan alisnya bingung. "Urusannya belom selesai juga sama keluarganya si 'itu'?"
Jinyoung mengangguk malas dan mencomot roti yang dipegang Sanha.
"Eh eh eh, lo kan gak bisa makan ini?!" Seru Sanha panik sambil merebut rotinya.
"Loh, gue laper, masa gue gak boleh makan?"
"Maksud gue, beli aja sendiri. Enak aja roti gue main ambil, mahal tau."
Jinyoung mendelik. "Cuma lima ribu kok mahal, dasar raskin."
Sanha balas mendelik. "Lo beli rumah segede istana kayak Jungmo aja gak bisa. Dasar raskin," balasnya meledek sambil menjulurkan lidah.
Jinyoung mendengus. Sanha benar sih, dia nggak sekaya Jungmo yang bisa beli semua barang sesuai keinginan dia.
"Btw San, lo ngeliatin apaan sih?" Tanya Jinyoung heran.
Sanha menyuruh Jinyoung diam dengan jari telunjuk yang ditempelkan ke bibirnya.
"Gue lagi nolong lo bego," bisiknya serius.
Jinyoung yang penasaran sama apa yang lagi dilihat Sanha berbalik badan mengabaikan Sanha yang menyuruhnya untuk diam.
Ternyata dari ambang pintu kantin, Jeno, Jaemin, Haechan, dan Renjun menatap mereka berdua.
"Jadi, mereka masih curiga sama gue?" Desis Jinyoung dengan mata mengkilat marah.
Sanha bergidik ngeri.
Gawat, ini gawat.
"Ahh seger."
Jisung mengusap lehernya seperti di iklan-iklan setelah meneguk segelas jus jeruk yang dibelikan oleh Hyunjin.
"Mau jadi model iklan dimana lo?" Tanya Hyunjin yang sejak tadi memperhatikan temannya itu.
"Di hatimu! Eaaaa!"
"Gue masih lurus ya anjing!"
"Selow napa sih, lo mah gak bisa diajak bercanda," sungut Jisung yang kesal setelah dilempar sepatu oleh Hyunjin.
Hyunjin mendengus sebal.
"Eh Jin, si Seungmin sama Felix kok gak mau kumpul sama kita lagi, ya?"
Hyunjin yang hendak bangun dari duduknya itu langsung mendelik sinis. "Biarin aja sih, ngapain nanyain mereka."
"Loh, kan mereka temen kita, ya wajar gue nanyain mereka."
"Sorry, mereka bukan temen gue lagi, terutama Felix."
Jisung makin heran. "Lo kenapa sih? Lo habis berantem sama mereka? Ada masalah apaan?" Tanyanya.
Hyunjin menyampirkan jaketnya di pundak sambil tersenyum miring penuh dengan kesinisan.
"Kalo lo mau selamat, jauhin Felix."
"Karena dia itu licik, Sung," lanjut Hyunjin yang membuat Jisung terkekeh.
"Bukannya lo yang lebih licik, ya? Sorry aja, gue bukan orang yang gampang dibohongin. Lo lupa gue siapa?"
Serius deh, cerita ini aneh banget, ku unpub aja lah.