Siang hari kali ini terlihat sangat terik dan Jae Hyun bisa merasakan kulitnya meremang akibat panas yang terpancar dari luar. Ia mendengus gelisah dan berkali-kali bangkit dari duduknya hanya untuk kembali berkeliling di dalam ruangannya lalu duduk dengan paksaan kaki yang lelah. Ponsel di tangannya tak menunjukkan adanya panggilan masuk dan itu kembali membuatnya kecemasan.
Siang ini seharusnya Lucas datang ke perusahaan, memperkenalkan dirinya pada anggota direksi juga mencoba untuk memberi masukan dalam pemilihan partner kerjanya. Tapi nyatanya, walaupun mentari kini sudah tinggi ia masih belum mendapatkan panggilan apapun dari Lucas. Seharusnya ia sesegera mungkin menempatkan seseorang untuk menjadi manajer pria pemalasan itu.
Detik demi detik berlalu, dengan tidak sabar ia menekan tombol panggil pada nomor Lucas. Ia menekan-nekan telunjuknya di atas permukaan meja, berharap dengan melakukan hal itu ia bisa sedikit lebih sabar dari sebelumnya.
"Ada apa hyung?"
Suara di ujung sana terdengar begitu serak, benar-benar menandakan bahwa Lucas baru saja terbangun dari mimpinya.
"Apa kau lupa hari ini kau harus pergi ke perusahaan dan mencari partner yang tepat untukmu?"
Jae Hyun bisa mendengar Lucas yang kini sepertinya terburu-buru untuk bangun dan juga sepertinya sepupunya itu tersandung sesuatu karena ia menyumpahi apapun yang membuatnya tersandung.
"Oh hyung! Kenapa baru membangunkanku sekarang?!"
Jae Hyun tak menjawabnya dan segera memutuskan panggilan yang sedang berlangsung.
🌸 Gangnam, Seoul.
"Hyung?! Hyung! Aish."
Lucas melemparkan ponselnya ke atas kasur dan segera menyentuh kelingking kakinya yang tadi mengenai kaki ranjang. Ia yang hanya menggunakan pakaian tipis dengan celana panjang, kondisi rambutnya begitu acak-acakan sama seperti sprai dan selimut yang begitu tidak enak dipandang.
Ia mendengus dan segera berlari terseok-seok ke arah kamar mandi. Seharusnya semalam ia tidak keluar dari apartemennya. Ia berakhir mendapatkan waktu tidur selama lima jam karena hal itu. Meskipun sebenarnya ia tidak terlalu menyesal karena ia bisa mendengarkan suara indah yang masih terngiang di telinganya.
Dengan tergesa-gesa ia menggunakan pakaian yang setidaknya terlihat fashionable namun profesional secara bersamaan. Mata yang bisa membuat banyak wanita jatuh cinta itu memandang pantulannya dan menaikkan sebelah alisnya dengan bangga. Ia berhenti merapikan rambutnya ketika terdengar suara seseorang dari intercom.
"Tuan, saya adalah supir yang diberi tugas untuk mengantar anda ke kantor."
Sekali lagi Lucas merapikan rambutnya dan memastikan semuanya perfect. Ia mengedipkan matanya pada pantulan dirinya sendiri dan membuka pintu apartemennya dengan senang. Ia melihat pria cukup berumur yang kini memandangnya dengan senyuman yang sepertinya menjadi ekspresi defaultnya.
Tidak banyak bertukar kalimat, mereka sesegera mungkin pergi menuju kantor. Tapi siapa sangka pria yang ia kira lemah lembut itu akan melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Tidak, di atas rata-rata terdengar sangat biasa. Mungkin lebih cocok jika dikatakan seperti kesetanan. Selama di perjalanan, Lucas tak henti-hentinya berteriak nyaring seperti layaknya seorang perempuan remaja Jepang yang begitu nyaring dan membuat kepalamu terkadang kehilangan akal ketika mendengarnya.
Lucas mematung ketika pria tersebut mengatakan bahwa mereka sudah sampai ditempat tujuan. Jelas sekali ini merupakan hal yang tidak masuk di akal pikiran. Ia memandang dirinya di kaca sepion, rambut yang tadinya tampak sempurna kini terlihat berantakan seakan terkena badai.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Know I Know You Know [FF LUQI]
FanfictionSejak kecil ia selalu diberitahu bahwa keluarga harus menjadi yang utama. Maka ketika Lucas mendengar bahwa pamannya, Jung Jae Hyun, membutuhkan model untuk cabang perusahaan yang sedang dikelolanya, ia segera memaksa untuk kembali ke Korea. Bekerja...