Rajata Love

6.1K 831 39
                                    

Tidak seperti kemarin, hari ini mood Ola sangat buruk. Pagi hari yang harusnya indah karena mentari terbit dengan hangatnya, namun rusak karena bercak darah dan rasa kram dalam perutnya. Yah, wanita dan PMSnya.

Dari masuk sampai duduk di ruangan Rajata, ia tak berkata apapun. Wajahnya tertekuk masam, dengan tangan yang tak lepas dari perutnya. Andaikan ia tak bekerja, biasanya Ola akan sujud sepanjang hari untuk menetralkan rasa sakitnya ini.

Air hangat yang biasanya selalu ia bawa ketika mendapati pms pertama sedikit meredakan sakit di perutnya. Ada untungnya juga Rajata menyuruhnya untuk satu ruangan dengannya. Ya setidaknya sofa panjang yang menghias ruang pria menjengkelkan itu bisa ia gunakan untuk tiduran. Jangan salahkan Ola, Rajata sendiri yang mengatakan Ola bisa melakukan apapun di ruangannya termasuk tidur.

"Kamu kenapa?" Tanya Rajata ketika masuk dan mendapati Ola yang tiduran di kursi panjangnya.

Pria yang hari ini berkemeja hitam itu menghampiri Ola yang sudah bangun dari rebahannya. "Gue lagi pms, jadi gak usah ganggu." Ketus Ola dengan tatapan yang amat sangat tak suka melihat Rajata.

Rajata diam lalu mengangguk, "Terus, gimana? Kamu mau pulang?" Tanya Rajata pelan yang menurut Ola terdengar datar.

"Ntar Lo pecat, gaji gue Lo potong."  Kata Ola dengan nada yang masih ketus.

Rajata menggaruk alisnya yang tidak gatal, ia tahu seberapa mengesalkan wanita yang sedang pms. "Saya ijin kan, jadi gak ada potong gaji dan pemecatan. Jadi kamu bisa pulang, atau perlu supir untuk mengantar kamu?"

Ola mengangguk, lalu mengambil tas LV coklatnya, lalu berdiri. "Oke gue pulang sendiri aja, selamat pagi." Dan dengan santainya Ola keluar meninggalkan Rajata yang menggeleng melihat tingkah wanita yang akan dijodohkan olehnya itu.

"Ola dan tingkahnya." Kata Rajata lalu berjalan menuju meja kerjanya.

Dan Ola, bukannya langsung pulang sesuai ijinnya malah menyuruh supir taksi mengantarkan ke apotek untuk membeli obat pereda nyeri yang biasa ia minum dengan resep dokter tentunya. Setelah meminumnya, Ola terlihat sedikit bernafas lega.

"Lanjut ke Soetta ya, pak." Pesan Ola pada supir taksi.

Satu jam tanpa hambatan, ia sampai di pintu keluar. Yah setidaknya ada untungnya ia pms dan diijinkan pulang, sehingga ia dapat menjemput si pria tampan yang sedang melambai dengan seragam kebanggaannya.

Abizar Akbar

"Lama?" Tanyanya setelah mendekat dan mencium pipi Ola penuh kerinduan.

"Baru sampai." Jawab Ola, dan pria yang dipanggil Abi oleh Ola itu memeluknya lagi.

"Kangen."

"Banget." Jawab Ola.

"Masa' sih? Bukannya ada Rajata sekarang." Oke, pertanyaan yang mulai mengesalkan.

Ola mendorong tubuh besar Abizar lalu menatap tajam pada pria yang tingginya melebihi Rajata itu.

"Iya, terus kenapa? Kamu cemburu? Please, anak Mamah Amel ternyata minder juga."

Abizar tertawa, tawa renyah seperti Mamahnya dan hal itu yang membuat dulu Ola jatuh cinta. "Gak minder, tapi takut ditinggal sama kamu."

"Udah kerasa mau ditinggal ya, pak?" Goda Ola.

"Iya nih, apa daya pilot in command gak bisa nyangingin yang punya perusahaan kelas Asia." Balas Abizar dengan guyonan yang membuat Ola tertawa lalu memeluk pria itu.

"Kangen aku tuh." Kata Ola manja.

Sudah dua bulan ia tak bertemu Abizar, karena kesibukannya menjadi pilot dengan perusahaan maskapainya yang bertempat di Singapura. Jadi bisa dibayangkan bagaimana rindunya dua pasang manusia itu.

"Me too, La. Jadi, kita makan siang?" Tanya Abizar, Ola mendongak dan mengangguk.

"Ayo, aku mau makan di PIM."

Disepanjang perjalanan, Oleh bercerita banyak pada Abizar. Tentang kehidupan belanjanya hingga tentang Rajata. Abizar tersenyum lalu mengelus lembut rambut Ola.

"Jangan benci nanti cinta, aku yang patah hati." Kata Abizar membuat Ola tertawa.

Di tengah Ola tertawa, suara ponsel Abizar berbunyi dengan panggilan video call. "Siapa?" Tanya Ola.

"Mamah." Jawab Abizar langsung menggeser panggilannya.

"Assalamualaikum, anak Mamah Amel. Udah sampai anak ganteng, Mamah?" Suara khas di telinga Ola menyambut ceria dibalik ralat ponsel Abizar.

Dan seperti tau, Abizar mengarahkan layar ponselnya pada Ola. "Walaikum salam Temel yang cantik." Balas Ola tak kalah riang. Hilang sudah mood jelek akibat pms tadi. Yang ada senyum cerah yang menghiasi wajah cantik Ola.

"Loh, kok ada anak gadis Tempel berduan lagi. Jangan macem-macem loh sebelum Papah Tian lamar kamu. Bisa ditilang di KUA tanpa resepsi kan."

Kata Amel, Mamah dari Abizar yang membuat tawa Ola membahana. Sumpah demi apapun, ia sangat menyukai Temel ini. Hidupnya penuh warna nan riang gembira. Sedangkan Abizar yang mendengar itu hanya diam dengan senyum yang membuatnya semakin tampan.

"Ical nemenin Ola makan siang bentar ya, Mah." Kata Abizar yang memanggil dirinya Ical kepada mamahnya. Panggilan sayang dari keluarga Abizar tentunya. Padahal dulu Ola dibuat ketawa karena panggilan yang demi apapun sangat menggemaskan untuk pria tangguh seperti Abizar.

Amel semakin tersenyum dengan anggukan kepala. "Iya gapapa, pokoknya dijaga tuh anak gadis Mamah, awas kalau hilang."

"Iya, Mamah." Jawab Abizar penuh kesabaran.

"Ya udah, assalamualaikum."

"Walaikum salam." Balas Ola dan Abizar bersamaan.

"Mama kamu itu lucu pakek banget." Ujar Ola ketika Abizar menyimpan kembali ponselnya.

Pria tampan itu mengangguk, "Iya, mangkanya aku heran kenapa Papah yang pendiam jatuh cinta dengan Mamah yang kata Papah comelnya minta ampun." Cerita Abizar dengan kekehan yang diikuti oleh Ola.

"Bener, padahal Om Tian sangat gitu wajahnya. Dulu pertama kali ketemu aku takut dibentak gara-gara nabrakinbak Zia." Kata Ola mengingat pertemuan pertamanya dengan Papanya Abizar yang ketika itu menangani kasus kecelakaan mobilnya.

"Pappi dan Mammi aku juga. Malah Pappi keras Mammi pun keras dan itu malah bikin jatuh cinta katanya. Aneh banget kan." Balas Ola menceritakan dua orang tuanya.

"Itu namanya jodoh, La. Gak bisa direncanakan dan gak bisa ditolak."

Ola diam dan mengangguk, lalu menatap Abizar. "Kayak kita?"

"Iya, seperti kamu, aku dan Rajata."


TBC

fiachea
30 Juli 2019

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang