Ola love Seven

6.4K 954 63
                                    

"Kenapa kamu, La?" Tanya pria yang sedang berdiri di ujung anak tangga terakhir. Ola semakin menekuk bibirnya, dan berderap turun mendekati pria yang tak kalah lebih tampan dari Rajata.

"Lo kok di rumah?" Tanya Ola setelah di dua undakan terakhir tangga. Tangannya melipat seolah mengintograsi dengan tatapan menyipit curiga. "Lo bolos ya." Lanjutnya lagi.

"Lah, lo sendiri ngapain bolos?" balas pria itu tanpa menjawab pertanyaan Ola.

"Lo kalau ditanya kenapa balik nanya sih."

Pria itu terkekeh, "Lo juga sama, gue tanya apa jawab apa."

"Terus lo ngapain siang-siang begini gak kerja?" tanya Ola lagi.

"Namanya juga bos, terserah dong ngapain." jawaban yang mengesalkan. "Terus lo ngapain di rumah gue?" lanjutnya.

"Terserah gue dong. Minggir ah, gue mau lewat." kata Ola lalu berjalan di

Ola berdecak sebal, lalu melewati pria itu begitu saja. Biar saja dia dianggap tak sopan, lagian yang punya rumah tak sopan menciumnya begitu saja. Untung di hidung, kalau di tempat lain kan Ola jadi susah pulang.

"La," panggilnya lagi. Membuat Ola berbalik.

"Abang Lo tuh sakit tapi nyebelin banget!" Adu Ola sebal.

Alis pria bernama Rajendra itu naik sebelah, "Abang sakit apaan?" Tanya Rajendra mengikuti Ola yang masuk ke dalam dapur rumahnya. Ola terlihat bertanya pada bi Ida tentang sesuatu lalu kembali menatap adik Rajata itu.

"Sakit hati paling baru gue tolak." Kata Ola asal, dan Rajendra hanya memutar matanya malas. Seperti abangnya, ia sudah mengenal Ola lama. Ola adik kelasnya saat di bangku SMA, dan tahu bagaimana sukanya Ola pada kakak pertamanya itu.

"Lo paling yang masih sakit hati ditolak dulu sama Abang." Kata Rajendra santai dengan meminum air dingin yang langsung tersedak karena pukulan Ola di lengannya.

Ola mendelik pada Rajendra, "Lo kalau ngomong suka ngasal banget deh."

"Uhuk, Lo mah kebangetan gue mati kesedak nanti gimana!" Omel Rajendra pada Ola yang kadang kebangetan.

"Tinggal di kubur, di doain beres." Jawab Ola tak merasa bersalah dan hal itu menimbulkan kikikan geli dari bi Ida yang mendengarkan pertengkaran kecil dua orang itu. Ola dan Rajendra jika dipertemukan akan menghasilkan adu mulut yang tak pernah selesai, sama-sama anak bungsu membuat mereka berdua memiliki bakat untuk keras kepala dengan segala jawaban yang ada.

"Lo kalau ngomong minta gue cubit bibirnya."

Ola meleletkan lidahnya tanda menantang, "Lo cubit gue, Abang Lo yang bales cubit Lo."

Rajendra menggeleng, lalu duduk di kursi kitchen island. Ia berpangku tangan memperhatikan Ola yang sedang mengulik dapurnya.

"Lo mau bikin apa?" Tanya Rajendra akhirnya, lelah juga jika diam saja.

Ola bergerak ke kulkas, mengambil dua telur dengan daun bawang di tangannya. "Buat telur dadar, Lo mau?" Kata Ola lalu melihat Rajendra.

"Iya deh gue mau, tapi Lo bisa masak kan?" Tanya Rajendra serius sekali. Ola adalah seorang putri Soeteja yang apapun keinginannya selalu tersedia tanpa ia harus menggerakkan tubuhnya. Jadi wajar jika Rajendra sedikit ragu dengan keahlian memasak Ola.

"Please, hanya telur dadar mah kecil." Kata Ola, lalu mulai memecahkan cangkang telur ke dalam wadah. Setelah itu, Ola mulai memasukkan garam lada dan daun bawang lalu mengocoknya. Ola kembali berjalan menuju kulkas, mengambil sosis lalu kembali menuju tempatnya tadi. Setelah semuanya jadi, Ola mulai memanaskan teplon yang sudah disiapkan oleh bi Ida.

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang